Langit sudah sedikit gelap. awan hitam pun mulai menyapa malam dan menyembunyikan ribuan bintang serta bulan yang biasanya menghibur orang orang dengan kilauannya.
Hawa dingin pun ikut menusuk tulang seiring dengan turunnya setetes demi setetes hujan dari langit.
Clara mengusap lengannya yang terasa dingin, ia melirik mark yang saat ini terbaring di pangkuannya.
Clara melirik jam di tangannya ini sudah nyari 1 jam pria itu tertidur dan belum ada tanda-tanda Mark akan terbangun, bahkan helaan nafas pria itu masih saja teratur seperti orang yang tidur begitu nyenyak.
Clara memijit lehernya yang terasa pegal, Ia ingin membangunkan Mark namun Entah kenapa ia tak tega untuk melakukan hal tersebut.
Pasalnya Mark terlihat seperti orang yang sudah lama tak tidur dengan nyaman. Clara menatap wajah tirus Mark.
pria itu memang terlihat semakin kurus. berbeda dengan saat terakhir ia melihatnya secara dekat yaitu ketika mala
Hujan sudah kembali reda, namun malam sudah sangat larut. Walaupun begitu, Mark dan Clara tetap memutuskan untuk kembali ke apartemen. Pasalnya di rumah itu pun tak ada apa-apa. Hanya ada tikar yang tadi Mark bawa. Tak mungkin ia bertahan dengan tikar tersebut sedangkan suhu udara semakin lama semakin menurun.Kini mereka sudah berada di dalam mobil Mark. Pria itu tampak lelah dan mengantuk.Sudah keberapa kalinya Clara memergoki Mark yang menguap. Dan ia takut Mark akan tertidur saat menyetir nantinya."Jika kau tak keberatan, kita bisa mencari penginapan terdekat. Besok aku ada kuliah siang, jadi tak masalah jika kita beristirahat sejenak." ucap Clara memberikan saran pada Mark.Pria itu nampak berpikir, "Baiklah. Di dekat sini ada penginapan. Kita ke sana saja."Clara mengangguk. Ia lalu mengencangkan sabuk pengamannya dan duduk dengan tenang.Mark mulai melajukan mobilnya dengan santai untuk menuju penginapan. Benar kata Mark
BRAAAKKK!"BODOH KALIAN SEMUA!!!"Lauren berteriak seperti orang kesetanan saat mengetahui jika anak buah dari Rudi tak berhasil mengikuti Mark dan Clara.Bahkan teriakan Lauren membuat Rudi jengah. Wanita ini selalu membuatnya sakit kepala. Banyak maunya namun sulit disentuh."Mengikuti dua orang saja kalian...."Dooor! Doorr! Door!Doorr! Doorr! Dooorr!Ucapan Lauren terhenti saat ia mendengat enam kali suara tembakan dan yang membuatnya ternganga adalah, enam orang yang tadi ia marahi kini tersungkur dengar darah yang mengalir dari kepala mereka.Lauren menatap Rudi tak percaya."RUDI!! apa yang..""Aku tak mau melihatmu berteriak terus sayang. Kau selalu mengatai mereka gagal ,itu artinya mereka tak pantas menjadi bawahanku. Dan sebelum mengikutiku, mereka sudah tahu konsekuensinya.""Ko...konsekuensi apa?"Rudi berjalan mendekati Lauren yang sebenarnya ketakutan. Rudi bisa saja nekat menemba
kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita satu detik kemudian. begitu juga dengan Clara. ia bahkan tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. setelah seorang Mark memberinya ciuman lembut di bibirnya.ciuman itu perlahan berganti menjadi sebuah lumatan. jujur, ia tak bisa berpikir jernih setelahnya. entah apa yang ada dalam otaknya. Clara justru menginginkan lebih. seharusnya ia menolaknya. memberontak bahkan mendorong Mark. namun perlakuan lembut yang Mark berikan padanya justru membuatnya terbuai.Clara melingkarkan lengannya pada leher Mark. ia memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mengikuti arah ciuman Mark sampai akhirnya ciuman itu terlepas.Clara menatap Mark dengan tatapan gairah. ia tak habis pikir jika ia kembali bergelora hanya karena kecupan dari pria di atasnya ini."apa kau masih menjadi kitty ku?" tanya Mark lembut.Clara langsung terdiam. ia tak tahu harus mejawab apa. jika ia jawab 'Masih',
"Clara!!" Clara mendongakan kepalanya ke atas saat ia mendengar seseorang memanggilnya."Iya miss?""Ada yang cari kamu di luar. Cowok."Clara mengerutkan keningnya, "Cowok?"Wanita paruh baya itu mengangguk, "Ya sudah. Saya cuma mau sampaikan itu. Dia di parkiran."ucap dosennya tersebut.Walaupun ragu, clara tetap berdiri dari duduknya dan berjalan menuju parkiran yang tadi dosen itu katakan.Clara berjalan sambil melihat ponselnya. Ia melirik ke sana kemari saat ia sampai di parkiran.Clara berdiri di sebuah mobil. Ia melirik ponselnya kembali. Namun hanya hitungan detik, clara dibuat bergetar saat pintu mobil di belakangnya terbuka dan dengan cepatnya ia ditarik masuk ke dalam dan seseorang menyumpal hidungnya dengan kain. Setelahnya, ia tak tahu apa-apa lagi.****Siang ini, Mark baru saja selesai rapat. Hari ini bisa dikatakan hari yang paling ia sukai. Pasalnya semua yang ia mau bisa dengan mudah ia dap
Clara menatap Mark dengan tatapan lirih. Ia tak bisa berteriak karena mulutnya ditutupi kain yang terikat kuat. Sungguh, ini penderitaan hebat yang ia alami seumur hidupnya. Tolong! ucap Clara lirih dalam hatinya. Bahkan ia tak bisa berkutik saat pria pria sialan di sekelilingnya ini meremas dadanya. Ia tak bisa melakukan apa-apa. Dengan tangan diikat dan mulut disumpal.Dooorr!!Clara terkejut saat mendengar suara tembakan. Ia melihat Mark, Jun dan Harry mematung dan si pelepas tembakan itu adalah Rudi.Clara menangis lirih. Ia tak tahu harus melakukan apa . Ia tak ingin gara-gara menolongnya, teman-temannya dan orang yang ia cintai meregang nyawa. Dan itu karena dirinya."Kalian akan mati jika sedikit saja kalian bergerak!" ancam Rudi yang terdengar jelas di telinga Clara.Clara menggeleng memohon pada Mark untuk tak melakukan apapun dan Mark melihat itu. Ia tak tega meliha
Hai semua.. "Sugar Daddy I Love You" bentar lagi bakalan finis dan ninggalin teman2 semua nih. Apa kesan kesan kalian setelah baca ini dan apa ada masukan buat aku sebagai penulis? Yuk ketik di kolom komentar.Oh ya, cerita aku yang seru bukan ini aja lho, masih ada DEVIL BODYGUARD dan I HATE YOU BUT LOVE YOU yang dua-duanya juga udah tamat nih. Yuk mampir.Selamat membaca ^^*******Sakit kepala hebat ia rasakan saat ia terbangun. Dengan sedikit menahahannya, Clara mencoba membuka mata dan ia pun melihat di sekelilingnya hanya ada ruangan bercaat putih dan sangat sesak dengan aroma obat.Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Dan tiba-tiba ia merasakan dadanya langsung sesak. Otaknya memikirkan bagaimana ko
Clara tak percaya dengan yang papinya ucapkan. Ia lalu melirik Harry dan Jun. Keduanya mengangguk membenarkan."Saat Mark meraih pelatuk pistol yang dipegang oleh mamimu, orang suruhan papimu datang dan menembak wanita itu. Tapi sayang, Lauren yang terkejut langsung menekan pelatuk pistolnya yang langsung menembak tepat pada dada Mark. Beruntung Mark cepat dilarikan ke rumah sakit, kalau tidak nyawanya tak akan tertolong." ucap Harry menceritakan kronologi sebenarnya."Kau tenang saja sayang. Urusan mamimu, biar papi yang urus. Dia akan di bawa ke Indonesia. Saat melakukan penggerebekan tempat penculikanmu, papi membawa Om Dirly ikut serta. Kau tahu kan siapa Om Dirly." ucap Indra yang membuat Clara lega.Ia kenal Om Dirly. Teman ayahnya yang cukup ditakuti oleh para mafia. Karena Om Dirly yang tak bisa ditebak bahkan kemampuannya dalam menganalisa sesuatu selalu menjadi so
Tuhan menciptakan Cinta bukan untuk dijadikan bahan taruhan. Tuhan menciptakan Cinta juga bukan untuk saling balas membalas, tapi Tuhan menciptakan Cinta untuk melepas kesedihan, melepas rasa sepi dan menggantinya dengan kehangatan.Seperti pagi ini. Pagi yang begitu membahagiakan bagi Clara. Terbangun dalam pelukan lelaki yang ia cintai dalah impian terbesarnya sejak dulu dan sekarang, semua itu bisa ia wujudkan.Tatapan Clara bahkan tak lepas dari wajah pria yang begitu amat sangat ia cintai.Clara mengusap wajah tersebut dengan lembut, memainkan bibirnya dengan jemari sampai-sampai membuat si pemiliknya pun terganggu."Bangun.." bisik Clara tepat di telinga prianya.Bukannya bangun, Clara justru semakin dipeluk erat oleh sang kekasih."Bangun sayang.." bujuk Clara lagi. Kali ini gadis itu mencoba merayu."Sebentar lagi Kitty.." ucapnya s
"Saya sudah menebak hal ini sebelum kau menikahi Clara, Tuan Mark." Indra menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu rumahnya.Di hadapannya, kini sudah ada Mark yang sudah datang sejak setengah jam yang lalu. Sebenarnya ini sudah ke lima kalinya Mark mencari Clara, namun tak bisa pria itu temui."Dan kau masih belum menyerah untuk meminta putriku kembali? Aku yakin kau pria bermartabat dan berprinsip. Karena prinsip mu itulah kau lebih mempertahankan mantan kekasihmu itu ketimbang putriku yang jelas-jelas adalah istrimu. Kau masih mencintai mantan kekasihmu itu.""Jangan asal bicara. Kau tak tahu isi hatiku." ucap Mark membela diri.Indra tertawa cukup renyah, "Kalau kau serius dengan putriku, kau tak akan membuangnya. Dan sekarang, setelah kau buang--""Aku tak membuangnya. Dia pergi dariku.""Dan kau pikir, dia pergi karena ulahnya?" Indra menatap Mark sinis, "Itu karena ulahmu, tuan Mark. Kau membuat keraguanku semakin jelas. Bahkan saat kau meminta Clara padaku untuk kau nikahi, di
PLAK! Lagi-lagi, sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Clara dan kali ini si pemilik tangan adalah Jessie. Clara tersenyum tepatnya senyum iblisnya. Ia menatap Jessie, "Hanya segitu kekuatanmu? Itu masih kecil bagiku Jessie. Tamparan Suamiku padaku jauh lebih sakit dari ini." Clara melirik Mark yang juga sedang menatapnya, "Betulkan? Suamiku?"Mark yang ditanya seperti itu hanya bisa terdiam. Ia merasa bersalah.Clara kembali meluruskan tubuhnya dan menatap Jessie."Ada yang perlu kau jelaskan, Jessie?" tanya Clara dengan santainya.Jessie bergetar karena marah. "Kau si brengsek kecil.""Hahaha. Kenapa aku lagi. Sudah kukatakan kaulah yang si brengsek itu. Kau pembunuh Jessie.""Apa buktinya jika aku seperti yang kau katakan?" tantang Jessie.Clara tersenyum miring. Ia kembali mengenakan pakaiannya dan langsung membuka pintu. Di depan pintu sudah ada Daisy yang menguping sedari tadi.Tanpa permisi, Clara menarik Daisy masuk ke dalam."Dia. Dia bukti hidup.""Daisy?" sahut Mark."
Mark dan Jun masih saling tatap. Bahkan leraian dari Clara tak bisa menghentikan aksi keduanya.Sedangkan Harry, pria itu justru merasa Jun sangat jantan. Sepertinya Jun memikirkan tentang ucapannya kemarin. Clara meminta bantuan Harry namun Harry hanya diam seolah tak peduli."Kau berniat merebut Clara dariku?" tanya Mark tenang. Jun langsung tertawa kecil. Tawa yang seperti sedang meremehkan Mark. "Apa aku terlihat sedang memainkan guyonan? Kenapa kau tertawa?" tanya Mark yang mulai terpancing emosi.Kini tawa Jun mulai terdengar. Ia memukul-mukul pelan meja dengan kuku tangannya."Tuan Mark, kenapa kau gugup? Kenapa kau terlihat cemas? Kau sungguh menyangka aku akan mengambil istrimu?" Mark terdiam, "Dari wajahmu ,kau yang terlihat gugup. Kau cemas jika Clara akan berpaling darimu dan mengejarku. Cih! Kau sangat lucu."Wajah Mark mendadak memerah. Entah karena malu atau karena Marah.Mark meraih pergelangan tangan Clara dan menarik Clara untuk berdiri, "Kita pergi!" perintah Mar
"Sepertinya ada sesuatu dengan Clara. Apa dia sedang bermasalah dengan suaminya?" tanya Harry pada Jun sembari memutar-mutar ponselnya dengan tangan kanan. Jun tak menjawab. pria itu hanya mengangkat bahunya pertanda ia tak tahu. ia tak bisa ikut campur dalam urusan rumah tangga Clara. Karena itu bukanlah urusannya."Kau yakin tak ingin mencari tahunya Jun? aku yakin kau juga penasaran." goda Harry pada Jun.Jun meletakkan minuman dingin yang tadi ia pegang ke atas meja. "walaupun aku penasaran, aku tak mungkin ikut campur dalam urusan rumah tangga mereka. Aku tak ingin Mark mengamuk padaku lantaran aku mendekati istrinya." jawab Jun yang sebenarnya masuk dalam logika. Namun selogika apapun isi kepala Jun, isi kepala Harry Justru lebih menantang. Ia tak suka dengan Jun yang langsung menerima begitu saja. seharusnya Jun mencari tahu terlebih dahulu Apa yang sebenarnya terjadi pada Clara. "Kau sungguh tak ingin mencari tahu Jun?" lagi-lagi Jun menggeleng.Harry seketika berdecak kesa
Suara kretek dari tulang-tulang yang diluruskan terdengar. Sumber suaranya berasal dari Mark yang baru saja bangun dari tidur lelahnya di sofa ruang TV rumahnya.Semalaman tidur di sofa, membuat tubuhnya terasa sakit semua. Bagaimana tidak, sofa itu terlalu kecil untuk tubuh tingginya. Apalagi Ia yang tak menggunakan selimut sehelaipun membuat rasa dingin saat malam hari menusuk ke tulangnya, yang membuat pagi ini tulangnya terasa ngilu. Mark kembali meregangkan tubuhnya secara perlahan. Mark merasakan tubuhnya kembali segar. Dia berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju Kamar tidurnya bersama Clara.Baru kali ini ia tak tidur sekamar dengan Clara dan rasanya cukup aneh di saat biasanya Ia tidur memeluk istri kecilnya tersebut, sekarang ia tak memeluk apa-apa, justru meringkuk kedinginan di ruang tv rumahnya sendiri. Tatapan Mark tak lepas dari pintu yang tertutup itu sampai langkahnya Terhenti Di depan kamar.Secara perlahan, ia meraih gagang pintu dan menariknya turun, lalu mendo
Suasana makan malam di kediaman Mark sungguh tak menyenangkan. Semua terasa tegang. Apalagi Clara yang tak bicara sepatah katapun membuat Mark menahan emosi."Ada yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Mark dengan nada dinginnya.Clara meletakkan sendok yang tadi ia pegang dan melipat dengan manis tangannya di atas meja.Ia berdehem sejenak lalu menatap Mark sembari tersenyum penuh makna."Harusnya aku yang bertanya padamu Mark. Apa ada hal yang ingin kau ceritakan padaku? Aku siap menunggu ceritamu." Mark menggertakkan giginya. Ia tak suka Claranya yang ia kenal manis berubah menjadi wanita seperti ini."Ada apa denganmu? Kau masih mempermasalahkan soal Jessie yang menelpon ku? Atau kau mempermasalahkan Jessie yang datang ke kantorku? Kau mengira aku selingkuh?" Clara tertawa dalam hatinya. Ia merasa saat ini Mark seperti sedang membuka aibnya sendiri. Clara menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi. Ia menatap Mark tenang, "Aku tak menuduhmu seperti itu. Kenapa kau sampai berpikir
"Ap-apa maksudmu?" Clara tertegun tak percaya.Setetes air mata mengalir dari mata Daisy. Sungguh, saat ini Clara seolah sedang melihat Daisy yang berbeda. Tidak seperti Daisy beberapa menit yang lalu."Da--Daisy?" panggilnya gugup.Daisy menghapus air matanya lalu fokus kembali menatap Clara."Jessie, wanita yang saat ini bersama Mark, wanita itu sudah membunuh kakakku. Dia pembunuh, aku membencinya Clara, dia sangat jahat."Clara semakin dibuat bingung. Daisy semakin terisak. Tak tahu harus berkata apa, akhirnya Clara hanya memberikan sebuah pelukan pada Daisy. Sebuah pelukan hangat yang ia harap bisa menenangkan gadis tersebut."Sssttt. Tenanglah. Aku tak tahu apa masalahmu, tapi jika kau mau, kau bisa ceritakan padaku." ucap Clara.Daisy melepaskan pelukan Clara padanya. Ia kembali menghapus air matanya."Maaf, aku tiba-tiba cengeng begini." Clara mengangguk lalu tersenyum, "It's Okay." balasnya."Sekitar lima tahun yang lalu, aku mempunyai seorang kakak perempuan yang hidup baha
Clara masih terdiam di tempatnya tadi berdiri saat ia bertemu dengan Jessie. Pernyataan Jessie membuat Clara cemas bukan main. Ia takut Jessie membongkar semuanya pada orang lain dan Mark menjadi dapat masalah.Namun, ada satu hal yang membuat Clara bingung, yaitu tentang ceritanya di masa lalu. dari mana Jessie bisa mengetahui hal itu? tak mungkin kalau Mark yang membongkar semuanya pada Jessie.Tapi yang ia tahu, hanya Mark yang mengetahui cerita tersebut. Lalu dari mana dan dari siapa Jessie mengetahuinya?.Asik berkelana dengan pikirannya sendiri, Clara pun dikagetkan oleh sebuah tepukan pelan di bahunya yang ternyata dilakukan oleh Mark sang suami."Sayang?" Sapa Mark pada Clara.Clara yang baru saja tersadar dari lamunannya, seketika menatap suaminya itu dengan tatapan kosong."Mark?" panggilnya pelan.Mark mengangguk, "iya ini aku Clara. Kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya sambil menyentuh wajah sang istri.Clara mengangguk pelan, "aku baik-baik saja. A
"Aku menghubungimu semalam." Jessie membuka pembicaraan saat ia sedang duduk santai di sofa ruang kerja Mark.Mendengar itu, Mark yang tadi fokus dengan pekerjaannya seketika menghentikan kegiatan itu."Kau apa?" tanya Mark."Semalam aku menghubungi ponselmu dan yang mengangkat adalah istrimu." ucap Jessie santai saat mengulang kalimatnya tadi.Mark menatap Jessie marah. Ia berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Jessie. "Sudah kukatakan padamu jangan menghubungiku lebih dulu!" bentak Mark membuat Jessie terkejut."Kau membentakku karena ini?""Kau keras kepala Jessie! Aku sudah peringatkan!""Mark! Kau tak tahu betapa aku rindu?"Mark berdecih, "Rindu? Kau bilang rindu? Kau merusak semuanya. Sekarang, sekarang Clara sudah tahu hubungan kita, dia pasti akan curiga." Mark mengusap wajahnya kasar. Ia tak tahu apa yang setelah ini akan terjadi. Pantas saja Clara pagi tadi bersikap aneh dengannya. Jessie berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Mark sembari tersenyum licik. I