Share

Kaya Beneran Gak, sih?

Penulis: OptimisNa_12
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-08 00:49:12

Pagi ini aku bersiap untuk menyusul mas Umair ke cafe dekat ma'had Abu Bakar yang ternyata adalah tempat ia mengajar. Pantas kemarin mas Umair berkata pada bu Restu bahwa akan ada jadwal mengajar hari ini.

Sebuah fakta baru yang ku tahu tentang suamiku. Ia tak hanya lulusan dari universitas di Kairo, namun ternyata suamiku juga seorang dosen bahasa arab di Ma'had Abu Bakar ini.

Dibilang beruntung, tentu saja aku beruntung menjadi istrinya. Mas Umair tak hanya kaya harta, tapi juga kaya hati. Yah, meski wajahnya banyak yang bilang tampan standar tapi bagiku katampanannya melebihi aktor Kim Hyun Joong.

Dengan berjalan kaki, hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai di cafe yang dimaksudkan mas Umair.

Selain ma'had ada juga sebuah kampus swasta yang letaknya tak jauh dari ma'had. Selain itu, ada juga sekolah modern dan supermarket tak jauh dari sini. Jadi, kalau harus berjalan kaki pun aku bisa menikmatinya dengan santai. Banyak temannya.

Sesampainya aku di cafe, t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yedi S Nugraha
seorang yg tau agama tp g bs mempraktekannya jd yg joblok disini author,kl sdh rmh tangga itu apa" itu dibicarakan sm istri.
goodnovel comment avatar
Erick Poeswa Joenaidi
cerita sampah pepek ngentot anjing
goodnovel comment avatar
Dewi Astati
ceritanya sangat menarik sekali ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Rumah Siapa, lagi?

    "Aku mau pergi, kamu mau ikut gak?" tanya mas Umair ketika kami tengah sarapan. Yah, seperti sebelum-sebelumnya, sarapan kami pun dipesan via online. "Kalau gak mau ikut, masih marah, ya sudah jaga rumah gak pa-pa, " kata mas Umair lagi. Huh, kenapa suamiku ini? Memang sejak mobil jadul miliknya dibawa pulang Bayu kemarin, suasana hatiku memang memburuk, tapi bukan berarti aku marah padanya. Lagian, tumben sekali ia menawariku untuk pergi, biasanya juga langsung diajak atau disuruh menyusul. Sepertinya mas Umair ini yang marah, bukan aku. "Emang mau kemana?" tanyaku penasaran. "Ambil hadiah buat temenku. ""Belanja dong? Kalau gitu aku ikut. Jam berapa kita berangkat? Terus belanja dimana?" Aku sangat antusias mendengar tujuan mas Umair mengajakku pergi hari ini, meski hanya mengambil hadiah untuk orang lain, bukan untukku, tapi pasti ambilnya di tokonya langsung. Ah, paling tidak bisa cuci mata. Aku pun diminta suamiku untuk bersegera siap-siap karena kurang dari 30 menit taksi

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Teman Hidup

    "Ini rumah siapa lagi? " tanyaku setengah berbisik pada mas Umair yang akan mengambil kue kering tersebut. "Nanti juga tahu, makan dulu," katanya. Ah, suamiku ini senang sekali membuatku kebingungan, membuatku menebak-nebak yang hampir bikin kepala nyut-nyutan. Langsung menjawab saja apa susahnya, sih? Selalu begini. Menyebalkan. Singkat cerita, setelah berbincang-bincang cukup lama akhirnya aku mengerti siapa pemilik rumah ini. Duh, suamiku yang dari desa ini ternyata tak hanya kaya harta tapi juga kaya hati. MasyaaAllah. Bagaimana tidak, rupanya mas Umair adalah pembeli mobil dari orang pemilik rumah ini. Bahkan dibayar lunas olehnya. Dan Risa, aku sudah salah menduga. Ia sebenarnya masih ada darah keturunan dengan mas Umair, hanya saja dari jalur keturunan mana aku hanya bisa mengangguk ketika dijelaskan. Saking bingungnya dan banhak jalurnya. Mas Umair sendiri katanya pernah bercerita saat di pernikahan kami karena ia tak bisa hadir dikarenakan masih di luar negeri. Namun, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kedatangan Mama ke Rumah

    "Mau main-main sama saya? Ayo! " ku tantang mereka sebelum mengambil kembali plastik belanjaanku. Ku ambil posisi kuda-kuda, bersiap menghadapi mereka. Dan dengan cepat aku mengambil kembali plastik belanjaanku lalu berlari dengan sekencang-kencangnya. "Hey! Dasar wanita gil*!" teriak wanita muda itu setelah aku berhasil menjauh darinya. Untung saja bagian bawah gamisku yang ku pakai pagi ini lebar, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Sampai di rumah, nafasku rasanya hampir kehabisan. Saking lelahnya, belanjaanku, ku biarkan begitu saja di atas meja. Dan aku pun mengambil posisi duduk dengan menyadarkan badanku di sofa. "Kenapa? Pulang-pulang bukannya ngasih salam malah ngeloyor begitu aja, " kata mas Umair sembari duduk di sebelahku. Duh, perkataan suamiku barusan rasanya mengganggu kebebasanku, astagfirullah. "Assalamualaikum," kataku dengan sangat malas. "Astagfirullah." Mataku membulat kala suamiku beristighfar, meski pelan namun aku masih bisa mendengarnya. Apa ada yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kesepakatan

    "Kami sadar atas kesalahan kami dulu, makanya kami juga minta maaf akan itu, suamimu 'kan orang baik dan bijaksana, pasti mau memaafkan kami, " ujar mas Bima percaya diri. Sudah ku duga, pasti kebaikan suamiku benar-benar dimanfaatkan oleh mereka. Dasar muka tembok. Ku lihat lagi wajah suamiku yang duduk di sebelahku ini. Mendadak jatungku berdegup kencang menunggu jawaban apa yang akan ia berikan. Ku harap suamiku ini mengambil keputusan yang tepat. "Kami bisa bantu tapi bukan meminjamkan uang melainkan sebuah kesepakatan, " kata mas Umair. Aku mengernyitkan dahiku mendengar jawaban mas Umair, apa maksudnya sebuah kesempatan? Memberikan pinjaman pada manusia model mereka saja aku tak sudi, apalagi ini, mengajak mereka untuk bersepakat. Tapi, kenapa tiba-tiba mas Umair mengajukan kesepakatan untuk membantu mereka? Biasanya mas Umair memberikan apa yang mereka inginkan secara cuma-cuma. Apa suamiku ini sudah mulai itung-itungan dengan mereka? "Kesepakatan apa Mas? Tolonglah, jang

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Rental Mobil

    Aku dan mas Umair kompak memandangi mobil di hadapan kami. Mobil dari mas Bima yang dibeli mas Umair atas tawarannya untuk membantu mas Bima guna dijadikan modal usahanya. Ku lihat wajah serius suamiku, dari apa yang ku lihat, ia tampak bingung. Aku sendiri juga tak tahu akan diapakan mobil tersebut, karena sejak tadi malam mas Umair tak memberitahukanku sama sekali. "Tuh, mau diapain mobilnya?" kataku dengan wajah masam lalu mendudukkan diri ke kursi di dekat kami. Sebenarnya masih ada rasa sedikit kesal karena keputusan mas Umair kali ini menurutku tidak tepat. Ku pikir masih ada cara lain untuk membantu mas Bima tanpa membeli mobilnya, karena kami sebelumnya sudah mengeluarkan uang banyak untuk membeli mobil. Memang suamiku bisa dikatakan saat ini tidak kekurangan uang, tapi dengan pengeluaran yang berjumlah besar dalam jarak dekat, bukankah itu pemborosan? Duh, kenapa suamiku ini? Apa ia ingin terlihat kaya di depan keluarga mama. Setiap kali ada masalah yang berkaitan dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Mematikan Lampu

    Dalam hati pun sebenarnya ingin menangis karena keputusan mas Umair, namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. 'Kenapa dijual Mas? Ku pikir kamu mau nyewain mobil tersebut lewat si pengusaha rental itu,' umpatku dalam hati. "Sini sini sini." Mas Umair menarik paksa tanganku setelah aku selesi meletakkan gelas-gelas di rak. Ia medekapku tanpa mempedulikan wajah masam dan tubuhku yang tak menerima pelukannya. Kembali ia mengusap rambutku dengan lembut. "Mas gak jual mobil itu, Mas hanya menitipkan pada Zaid untuk bisnis rentalnya, dengan begitu Mas juga akan mendapatkan keuntungan dari mobil jika ada yang menyewanya." Mas Umair berbicara tanpa ku pinta. Ku hela nafasku dalam pelukannya. Hatiku yang tadinya kesal, kini berubah menjadi trenyuh karena perkataannya barusan. Lagi lagi aku salah menduga tentang suamiku. Aku terlalu gegabah dengan setiap ucapannya. Aku salah, dan aku menyadarinya. "Jangan marah lagi ya, Mas 'kan sudah bilang kalau Mas sudah memikirkan kenapa Mas mau m

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sikap Rima

    Mendadak jantungku berdegup kencang menunggu langkah selanjutnya yang akan dilakukan mas Umair. Tetapi mas Umair malah membuka laci nakas, tampaknya ia sedang mencari sesuatu yang aku tak tahu apa itu. Duh, makin deg-degan saja. Mas Umair lalu mengambil ponselnya dan diarahkan ke dalam laci nakas. "Alhamdulillah, ketemu." Mas Umair mengeluarkan sebuah lampu dari dalam nakas. Astaga, suamiku bikin deg-degan saja. Ku pikir ia akan melakukan itu, ternyata aku salah sangka. Tapi, kalau pun melakukan itu aku tak masalah, karena selelah apapun diriku, sebagai istri wajib bagiku untuk taat padanya selama dalam kebaikan yang diatur agama. Setelah mengambil lampu cadangan, lalu mas Umair segera mengganti lampu sebelumnya. "Yang tadi udah mulai redup, Mas gak bisa tidur kalau kayak gitu," kata mas Umair setelah menyelesaikan kegiatannya mengganti lampu. Ku hela nafasku, beruntung tadi aku tak berkata apa pun yang menjurus kearah sana, dan mas Umair sendiri tampaknya juga tak menyadarinya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Balasan untuk Rima

    Dengan tersenyum aku menyusul Rima yang dimana biasanya ia bersama umi. Rima memang pandai bersandiwara, ia bersikap layaknya seorang perempuan baik-baik di depan umi dan lainnya. Setelah siap mas Umair pun menyusul abi ke penggilingan, sementara aku tetap di rumah bersama umi dan perempuan tak jelas asal usulnya ini. Umi pamit untuk pergi mandi setelah kepergian mas Umair, dan membiarkanku untuk mengobrol dengan Rima seperti biasanya. Ya, biasanya aku banyak mengobrol dengan Rima layaknya teman biasa. Namun kali ini, ada rasa berbeda diantara kami. Apalagi kalau bukan karena sifat asli yang Rima tunjukkan padaku di dapur tadi. Huh. Tak ada obrolan seperti biasanya, aku dan Rima saling terdiam dan sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Ku toleh sejenak arah dalam rumah untuk memastikan jika umi sudah tak terlihat lagi. Ku posisikan dudukku lebih dekat dengan Rima, meski sebenarnya aku tak sudi. Biarpun demikian, demi memperlancar rencanaku, terpaksa aku harus melakukannya. "Ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11

Bab terbaru

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Tamat

    #SKDYpart 120 TamatPetang sudah menjelang, matahari hampir turun ke peraduan dan Mas Umair baru saja sampai ke rumah dengan Mas Bima yang seraya pulang bersama Mbak Sinta. Setelah selesai sholat maghrib, mendadak pintu rumah kami diketuk dan seseorang yang datang, mengejutkan aku serta Mas Umair seketika.Romi … Benar, lelaki yang sempat menyatakan perasaannya lewat suamiku itu kembali muncul. Ku pikir setelah kepergiannya dari bumi perkemahan waktu itu ia sudah menghilang bersama istrinya. Sebab, semenjak itu pula lah mas Umair mengaku tidak pernah lagi berkomunikasi. Padahal hubungan kami terbilang baik-baik saja. “Assalamuallaikum … Umair?” Romi mengulas sebuah senyuman di hadapan suamiku.“Waalaikum salam. Oh kamu, Romi? Ayo masuk – masuk! Silahkan masuk,” kata suamiku yang justru terlihat lebih tenang dan santai.“Tidak usah, aku duduk di teras saja.” Romi menolak dan langsung berbalik mencari kursi di teras rumah kami yang langsung menghadap ke pekarangan yang lumayan luas.

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Siapa yang Datang?

    #SKDYPart 119 Siapa yang datang? Keluar dari kamar, kami berdua sudah saling bergandengan tangan. Atau lebih tepatnya, Mbak Sinta yang terus menggandeng tanganku tanpa berniat melepaskannya begitu saja. Meski masih ada jejak air mata di kedua pipi Mbak Sinta. Bisa ku lihat dengan jelas sebuah senyum merekah di bibir kecilnya. Senyuman yang hampir tak pernah ku lihat bahkan semenjak kami bersama dulu. Mas Bima terlihat ikut senang dengan perdamaian antara kami berdua. Begitu pun dengan Mas Umair yang ikut tersenyum dan memperlihatkan ekspresi bangga dengan kebesaran hati yang kuberikan pada Mbak Sinta. Sementara Abi hanya mengucapkan kata ‘Alhamdulillah’ secara lirih dan pergi begitu saja keluar rumah diikuti oleh Umi. Entah kenapa mereka melakukannya setelah sempat menyampaikan keinginan mereka agar kami saling memaafkan. Tapi aku enggan memikirkannya untuk saat ini.“Karena semua sudah membaik, bagaimana kalau kalian juga ikut hadir dalam acara aqiqah putri kami hari ini?” Mas Uma

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Memaafkan?

    #SKDYPart 119 Memaafkan? Mungkin karena melihat Mbak Sinta yang tak kunjung mendapatkan maaf dari kami, membuat Mas Bima yang sejak tadi hanya diam dan menundukkan kepala. Kemudian ikut berlutut di hadapan Abi dan Umi. Kini pria berusia hampir 40 tahun tersebut menunjukkan ekspresi kesedihan yang begitu dalam dan membuat Abi yang awalnya membuang muka, kini mulai menatap wajah Mas Bima.“Abi … Bima sadar, sebagai suami … Bima sudah gagal mendidik istri Bima selama ini, hingga membuat Sinta mampu melakukan hal yang tidak seharusnya.” Mas Bima terlihat menangis sejurus kemudian, mengejutkan kami semua termasuk aku.“Sepertinya, mereka benar – benar sudah menyesal, Dek.” Mas Umair membisiki telingaku.Aku kembali mengernyitkan kening dan melihat ke arah suamiku ini. Kebiasaan mas Umair yang bisa semudah ini untuk memaafkan mbak Sinta dan mas Bima. Setelah semua yang mereka lakukan pada kami?Seolah mengerti dengan jalan pikiranku, Mas Umair kembali berbisik.“Coba kamu tarik nafas dala

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kemunculan Mbak Sinta

    #SKDYPart 118 Kemunculan Mbak SintaRahma membuntutiku dari belakang dan beberapa kali mengintip. Sementara aku merasakan jantungku berdegup cukup kuat dan kencang. Perasaan penasaran dan takut kalau kejadian buruk yang lalu terulang kembali, kini mulai merasuk ke dalam benak dan pikiranku. Aku takut, kalau Mbak Sinta datang untuk kembali membuat ulah seperti dulu.Menghancurkan kebahagiaan yang sedang ku rasakan bersama keluargaku baru – baru ini. Kalau sampai itu terjadi, rasanya aku pasti akan sangat gila dan siap mengamuk di depan perempuan itu. Sumpah serapah juga sudah siap ku lontarkan dari mulutku ini, jika dia menyerukan kata – kata pahitnya lagi. Tak akan ada rasa peduli lagi dengan sikap apa yang akan diperingatkan oleh mas Umair terhadapku. Tak akan ku biarkan acara untuk kebahagiaan putriku dihancurkan oleh kakak tiriku itu. Memang setelah menghilangnya mbak Sinta dulu aku sudah memaafkan semua kesalahannya. Namun, entah bagaimana perasaan takut dan was-was jika mbak Si

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Beberapa Bulan Berlalu

    #SKDYPart 117 Beberapa Bulan BerlaluHari pun menjelang siang. Aku dan mas Umair bergegas membereskan semua perlengkapan camping kami. Ya, suamiku itu memutuskan untuk segera pulang. Sebab, bukan hanya Shaka yang menjadi alasan kami tetapi juga paper bag pemberian Romi tadi dimana mas Umair sendiri juga mengungkapkan rasa penasarannya. "Ha ha ha! Penasaran juga 'kan kamu!" batinku sambil melihat mas Umair. Sesampainya di rumah, entah mengapa tiba-tiba aku juga ikut tak sabar untuk melihat isi paperbag pemberian Romi tadi. Begitu juga dengan mas Umair. Suamiku itu bahkan hanya meletakkan barang-barang kami begitu saja di dekat meja. "Alhamdulillah .... " Serentak aku dan mas Umair berucap ketika mengetahui apa yang ada di dalam paperbag tersebut. Benar, di dalam paperbag tersebut berisikan sebuah hexa frame yang berukuran mini yang mana terdapat lampu yang bisa meneranginya jika ditekan pada tombol di salah satu sudutnya. Terlihat sederhana memang tetapi aku tahu maksud dari hexa

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kehadiran Romi

    #SKDYPart 116 Kehadiran Romi"Mas jangan kayak ginilah. Hanya gara-gara Romi biar terlihat baik-baik aja di hari pernikahannya malah membuat Mas gak bertindak apa-apa. Dia itu kayak Rima lho, Mas. Tolong, jangan diam aja kalau sudah menyangkut rumah tangga kita," tuturku panjang lebar. Berusaha meyakinkan mas Umair agar tidak berserah diri dengan keadaan. "Kamu yang tenang, Dik. Mas ada alasan lain kenapa Mas ambil keputusan ini," kata mas Umair yang membuatku menautkan kedua alisku. Alasan lain? Alasan apalagi ini? "Maksud, Mas?" tanyaku kebingungan. Bukannya menjawab pertanyaanku mas Umair malah melihat kearah jam tangan yang melingkar dj lengan kirinya. "Sudah malam rupanya. Ayo tidur!" kata mas Umair setelah mengetahui waktu yang menunjukkan hampir tengah malam. "Tapi Mas—" dengan cepat mas Umair meletakkan kedua tangannya di sisi bahuku sambil berkata," tidur dulu ya, biar tendanya gak sia-sia." Mas Umair tersenyum lalu masuk ke dalam tenda. Mendengar mas Umair berkata dem

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ancaman

    #SKDYPart 115 AncamanNamun, karena mas Umair menyebut nama Shaka, hal itu membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia katakan sehingga tak ingin anaknya itu tahu.Pikiranku pun tanpa dipaksa mendadak ikut menebak-nebak tentang apa yang akan disampaikan oleh suamiku itu. Jika tentang pekerjaannya rasanya tak mungkin. Jika tentang rasa cintanya terhadapku, bukankah barusan ia mengungkapkannya? Ah, benar-benar aku tak bisa mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi pada diri mas Umair. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku. "Kamu kenal Romi?" mas Umair menoleh kearahku sebentar. "Romi?" gumamku lalu mengingat-ingat kembali siapa yang dimaksud mas Umair. Beberapa detik kemudian aku pun tersadar dan teringat dengan sosok Romi yang dimaksudkan oleh suamiku itu. Ya, Romi adalah temanku di masa sekolah. Waktu itu memang kami terbilang dekat, namun bukan berarti kami ada hubungan spesial. Kami hanya teman biasa. Kami pun sudah lama tak berkomunikasi. Lebih tepatnya semenjak Romi memutusk

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sikap Berbeda dari Mas Umair

    #SKDYPart 114 Sikap Berbeda dari Mas Umair"Emangnya Mas mau ngomongin apa?" perlahan dengan suara pelan aku menoleh kearah suamiku itu. Mas Umair membalas tolehanku. Ia tersenyum kecil sembari berkata," nanti kamu juga tau."Belum sempat aku membalas perkataannya mas Umair sudah melangkahkan kakinya menuju mobil. Mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan camping hari ini. Sedangkan aku masih terdiam di tempat dan mencoba mencerna apa saja yang dikatakan mas Umair sebelumnya. ***Sembari menikmati suasana malam yang teramat dingin aku dan mas Umair menyantap makanan yang kami beli di warung makan yang memang berada di sini. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku sembari menyiapkan peralatan makan yang sudah kami bawa dari rumah. "Makan dulu, ya," kata mas Umair menoleh kearahku lalu kembali memandangi bintang-bintang di atas sana. "Selalu begitu," gerutuku. Meski agak kesal karena masih dibuat penasaran, tetapi mau bagaimana lagi? Sebab memang begitulah tabiat suamiku itu. Awalnya a

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ke Suatu Tempat

    #SKDYPart 113 Ke Suatu TempatNamun, sedetik setelah menutup pintu kamar tidur langkahku langsung terhenti. Aku terdiam tepat di depan pintu dan menyadari sesuatu hal yang membuatku beristighfar sembari mengusap wajahku dengan kedua telapak tanganku. "Astaghfirullah," ucapku kesal pada diriku sendiri. Dengan langkah malas sembari menahan malu akhirnya aku berbalik badan kembali ke kamar. Sebab, ternyata tanpa ku sadari kalau sebetulnya waktu sudahlah gelap. Bahkan saat sudah membuka pintu kamar netraku langsung tertuju pada jam dinding yang berada di ruang kamar tidur. Memastikan apakah kegelapan yang ku lihat benar adanya. Dan ternyata memang begitu keadaannya. "Tau 'kan jam berapa?" tanya mas Umair yang melihatku kembali masuk ke dalam kamar. "Iya, Mas, maaf," kataku sembari menghampiri suamiku. Sekarang aku sadar mengapa mas Umair menyuruhku melepas gamis yang ia berikan tadi. Karena memang waktu yang sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam tentu diwaktu seperti ini ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status