Yusuf akhirnya menyelesaikan kalimat paling berat itu. Matanya berkaca kaca menahan rasa hati sekaligus penasaran mendengar tanggapan Bryan. "Tapi laki laki itu tidak pernah ada bersama Bryan dan kata kakek sejak lahir Bryan hanya punya mama." Jawaban Bryan tentu saja tidak pernah disangka oleh Yusuf. "Tapi laki laki itu masih hidup, sayang. Namanya Alex dan suatu saat pasti akan menemui mu dan mengatakan pada mu kalau dia adalah papa kandung mu." "Aku tidak mengenalnya jadi aku tidak akan peduli." "Tapi bagaimana kalau dia memaksa agar Bryan ikut dengannya?" Tentu saja Yusuf masih sangat takut memikirkan hal itu. Memikirkan akan kehilangan Bryan saja membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Apa papa tidak sayang lagi padaku hingga membicarakan hal ini? Apa papa akan meninggalkanku karena tahu papaku masih ada?" Pertanyaan Bryan tentu saja langsung membuat Yusuf menyadari kalau anak itu terluka dan sedang bersedih. "Kalau papa
Yusuf membuka mata dan melihat Bella masih dalam dekapannya sama seperti sebelum mereka terlelap. 'Terimakasih ya allah dan terimakasih istriku sayang akhirnya engkau menjadikan ku sebagai suami mu seutuhnya.' Yusuf tersenyum membayangkan hubungan intim yang baru saja mereka lakukan hingga membuat Bella terlelap karena kelelahan. *** Yusuf menghentikan ciumannya dan mengira Bella akan protes atau bahkan marah padanya tapi semua tidak seperti yang dipikirkannya. Bella bahkan tidak berusaha menolak dan menghindari ciuman yang dilakukannya. 'Apa ini berarti dia memberi kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari ini.' Yusuf tentu saja masih bingung dengan situasi yang terjadi. Beberapa saat dia hanya melihat Bella dengan jarak wajah mereka yang begitu dekat. 'Apa yang dipikirkan laki laki ini hingga menatapku seperti ini? Apa dia berpikir aku marah? Apa sikap diam ku ini belum cukup sebagai tanda kalau aku tidak keberatan bila dia melakuka
Bella tampak menggeliat saat Yusuf benar benar memasukkan miliknya dan menyentuh bagian terdalam didalam miliknya. Miliknya terasa penuh oleh sesuatu yang mendesak masuk dan mengganjal didalam miliknya. Jangan tanya rasanya seperti apa karena hanya Bella yang dapat menceritakannya yang jelas Bella tidak henti mendesah setiap kali Yusuf menggerakkan tubuh bagian bawahnya. Dia memang pernah melakukan hubungan intim tapi sama sekali tidak menikmati prosesnya tapi kali ini rasanya sungguh berbeda dan tidak dapat dilukiskan dengan kata kata. Rasa yang sama pun dirasakan Yusuf. Setiap kali menggerakkan bagian bawahnya makin masuk maka rasa nikmat itu makin terasa dan membuatnya lebih bersemangat lagi untuk menggerakkan badannya dengan irama yang semakin cepat. 'Kenapa aku merasa kali ini jauh lebih menyenangkan dan rasanya seperti nikmat sekali.' Bukan bermaksud untuk membandingkan tapi yang dirasakan oleh Yusuf memang seperti itu. Saat bercinta dengan Selia
Yusuf baru saja menyelesaikan doanya sesudah shalat subuh dan bermaksud untuk membaca ayat suci Alquran beberapa ayat tapi Bella sudah memanggilnya. "Sudah selesai kan! Ayo kesini!" Tentu saja sebuah ajakan yang sangat menyenangkan untuk Yusuf tapi dalam hati Yusuf terjadi pergolakan. 'Aku memang sangat ingin berada disamping Bella saat ini juga tapi kewajibanku dan kebiasaanku tidak boleh lalai karena godaan seperti ini. Bisa saja setan sedang menggodaku dengan menggunakan istriku agar aku lalai dan lupa.' "Sebentar yah sayang, mas mengaji dulu." Itulah akhirnya yang dilakukan oleh Yusuf walau hatinya sedikit resah juga bila Bella ngambek dan cuek padanya lagi. Tapi pikiran pikiran negatif itu segera diusirnya dan menyerahkan semuanya pada Allah subhanahu wa ta'ala. 'Alhamdulillah.' Yusuf mengucapkan itu dalam hati karena merasa senang telah melalui salah satu ujian berat dalam hidup yaitu melawan hawa nafsu. Yusuf menoleh dan melih
Hartawan tersenyum melihat kepergian Yusuf yang terburu buru. 'Kalian pikir bisa menyembunyikan sesuatu dari papa?' Hartawan kembali tersenyum dan dari ucapannya sepertinya dia tahu sesuatu tentang Yusuf dan Bella. *** "Mama sakit apa?" Pertanyaan itu yang langsung dilontarkan oleh Bryan saat sudah berada didekat mamanya yang masih berada dibalik selimut. "Mama tidak apa apa sayang! Mama hanya kecapaian saja." Bella sebenarnya sedikit gugup melihat kehadiran Bryan dan menanyakan tentang sakitnya. "Apa yang harus Bryan lakukan untuk mama?" "Mama tidak apa apa kok, setelah istirahat sebentar mama akan sembuh lagi." Kali ini Yusuf yang menjawab karena dia tahu Bryan akan terus bertanya dan tentu saja itu tidak baik untuk Bella yang sedang bersandiwara. "Jadi tidak perlu khawatir apalagi hari ini mama tidak akan ke kantor dan hanya dirumah saja." Tentu saja Bella terusik mendengar itu karena sama sekali belum membicarakan
Yusuf dan Bryan segera pergi karena Bryan hampir terlambat. "Apa sih yang papa lakukan hingga lama sekali di kamar?" Tentu itu adalah sebuah pertanyaan yang wajar diutarakan oleh Bryan yang belum tahu urusan dewasa. "Bryan tahu kan, kalau mama lagi sakit dan papa harus membantu mama dulu jadi agak telat." Jadi terpaksa Yusuf memakai alasan sakit itu lagi untuk menenangkan Bryan. 'Maafkan papa sayang, terpaksa papa tidak mengatakan yang sesungguhnya karena kau masih sangat kecil dan belum waktunya mengerti persoalan dewasa.' Sejujurnya Yusuf sedikit merasa bersalah karena sudah berbohong pada Hartawan dan juga Bryan walaupun itu dengan alasan untuk kebaikan. Yusuf dan Bryan sampai disekolah. Bryan buru buru turun dari mobil dan bermaksud segera berlari ke kelasnya. "Sayang kau melupakan sesuatu!" Ucap Yusuf pada Bryan yang lupa mengambil bekal yang dibawanya. Yusuf pun turun dari mobil dan memberikan bekal itu pada Bryan. Memang selam
Linda kemudian mengatakan apa saja yang ingin disampaikan olehnya hari itu tentu saja dengan gaya sok imut dan manja yang sengaja dibuat buatnya. 'Apa sih maksudnya bicara sok manja begini.' Tentu saja bukan hanya Yusuf yang merasa teriritasi dengan sikap Linda tapi Fredy pun merasakan hal yang sama dan muak melihat tingkah Linda yang sok kecantikan. "Kau cacingan! Berbicara dengan menggoyangkan badan seperti itu?" Tentu saja Fredy mengatakan itu karena merasa kesal dengan kelakuan Linda. 'Berani yah kau mengatai ku seperti itu. Awas aja!' Linda baru saja mengatakan ancaman itu pada Fredy yang kini memandangnya penuh selidik. "Ada lagi? Kalau sudah tidak ada silahkan keluar!" Yusuf akhirnya mengatakan itu pada Linda. Sebenarnya dia ingin mengatakan itu dengan intonasi yang lebih tegas lagi tapi dia masih berusaha untuk bersikap baik didepan Linda dan Fredy walau bagaimanapun tetap harus menjaga wibawa didepan karyawannya. "Iya pak semuany
Linda sengaja menemui Fredy diruangannya. Fredy yang sudah bersiap menemani Yusuf bertemu klien sedikit terkejut saat Linda tiba tiba masuk dan memaksa untuk berbicara dengannya. "Aku ingin bicara serius denganmu?" Ucap Linda mencoba menghalangi Fredy yang akan keluar dari ruangan itu. "Maaf, aku harus pergi karena pak Yusuf sudah menungguku." Fredy tentu saja menolak permintaan Linda. "Batalkan atau akan menyesal." "Apa maksudmu?" Fredy sedikit terusik dengan ancaman Linda. Dia memang tidaklah terlalu dekat dengan Linda dan biasanya bertemu secara kebetulan diruangan pak Yusuf dan ibu Bella. "Kalau kau tidak mau mengikuti perintahku terpaksa hari ini kau ada dalam masalah." "Tidak usah menggangguku Linda! Aku ini sekretaris pak Yusuf sekarang jadi jangan pernah mengancamku." "Jadi begitu." Linda tersenyum sinis lalu berjalan mendekati Fredy. Fredy sudah sedikit curiga melihat tangan Linda yang mulai membuka kancing pakaian ata
Haikal baru saja menyelesaikan shalat berjamaah dan bermaksud untuk beristirahat sejenak sebelum memantau kembali proses pembangunan mesjid seperti yang diminta oleh Jelita. Ibu Jelita memang memintanya memantau dan mengirimkan laporan setiap perkembangan pembangunan mesjid itu. Haikal baru saja memejamkan mata saat pintu rumahnya diketuk oleh seseorang. Hati Haikal sebenarnya sedikit dongkol karena dia hampir saja tertidur tapi karena ketukan pintu itu membuat rasa kantuknya seolah terbang entah kemana. Haikal kembali memakai pakaian muslimnya dan merapikan dirinya sebelum beranjak untuk membuka pintu. Pintu terbuka dan Haikal langsung terkejut melihat seseorang yang berdiri didepan pintu. "Lila!" Seseorang itu memang Lila tapi seperti sedang menyamar karena tidak berpakaian tidak seperti sebelumnya saat datang bersama suaminya. Haikal tahu kalau itu agar tidak membuat orang orang curiga. "Apa kabar mas?" Sebuah sapaan yang te
Pintu ruangan Cleo dibuka oleh seseorang dan orang itu adalah Bram."Maaf mbak Cleo! Laki laki ini memaksa masuk dan mengancam akan merusak barang barang butik!Nina segera menjelaskan situasi yang sedang terjadi diluar."Tidak apa apa Nina! Biar ini menjadi urusanku! Suruh saja security berjaga didepan siapa tahu aku membutuhkannya untuk menyeret laki laki tidak tahu malu ini. " Ucap Cleo ketus bercampur geram menatap Bram."Baik mbak!"Nina bergegas melakukan yang diperintahkan Cleo."Apa maksudmu seperti itu? Kau ingin mengusirku paksa!""Iya karena kau sangat mengganggu ketenangan tempat ini.""Karena kau sedang berduaan dengan laki laki miskin ini sehingga kau berkata kasar padaku!"Surya langsung terusik mendengar kata kata hinaan untuknya itu tapi masih mencoba ditahannya karena ingin tahu siapa laki laki kurang ajar ini."Untuk apa lagi kau datang ketempat ini! Kita tidak punya hubungan apapun sejak bebera
Beberapa jam sebelumnya.Surya segera membuka pintu mobil untuk Bryan saat mereka sudah sampai dihalaman sekolah."Mas bos setelah ini om akan ke butik nona Cleo dulu karena permintaan Bu bos!""Wah om Surya makin dekat saja sama Tante Cleo.""Mas bos ada ada saja! Ini juga karena di suruh oleh Bu bos, kalau tidak mana mungkin om berani bertemu nona Cleo.""Tapi Tante Cleo sering melihat om Surya diam diam. Waktu di restoran, waktu memperbaiki mobilnya dan saat mengantarnya.""Mas bos mungkin salah lihat! Sudahlah mas bos, sekarang masuk sekolah dan belajar yang rajin dan semangat supaya nanti bisa jadi orang yang sukses dan membuat bangga pak bos dan Bu bos dan tentunya juga om Surya yang sudah jadi supir mas bos selama ini.""Baiklah om, tapi kalau butuh bantuan ku untuk mendekati Tante Cleo, bilang saja padaku!"'Ihh anak ini, bisa bisanya punya pikiran seperti ini, mana mungkin seorang seperti nona Cleo mau sama laki laki t
Haikal melihat sebuah mobil mewah masuk dan parkir dihalaman mesjid. Dia lebih terkejut lagi saat melihat yang datang adalah ibu Jelita.Bergegas Haikal mendekat dan menyapa."Assalamualaikum, Selamat datang ibu Jelita!"Jelita hanya tersenyum mendengar sapaan Haikal yang masih menyebutnya ibu Jelita."Selamat siang." Jelita akhirnya menjawab juga. "Bagaimana pembangunan mesjid ini? Apa ada kendala?" Tanya Jelita selanjutnya."Semuanya lancar Bu, sekali lagi saya mewakili seluruh panitia mesjid ini mengucapkan terima kasih untuk ibu Jelita atas semua dukungannya selama ini.""Sama sama! Saya hanya melaksanakan amanat papa yang ingin agar mesjid ini dibangun dan baru kali ini bisa menyempatkan diri untuk melihat secara langsung.""Kalau begitu ibu Jelita ikut saya dan akan saya tunjukkan proses pembangunan mesjid ini.""Boleh, sekalian saya juga ingin membuktikan laporan yang disampaikan Bondan selama ini.""Tapi ibu haru
Yusuf dan Bella sudah bersiap untuk ke kantor. "Pokoknya di kantor kamu tidak boleh banyak bergerak yang tidak penting. Kalau mau apapun bilang sama mas." "Iya mas." Yusuf sudah beberapa kali mengatakan itu pada Bella padahal mereka belum juga berangkat dan itu sedikit membuat Bella sewot. "Mas sadar sudah berapa kali mengatakan hal yang sama?" "Berapa kali pun itu mas tidak peduli karena mas sangat menyayangimu dan tidak ingin terjadi apapun padamu dan calon anak kita." Yusuf masih akan terus berbicara kalau saja Bella tidak segera mengecup pipinya. "Iya aku akan mendengarkan semua kata kata mas." Yusuf akhirnya tidak berbicara lagi setelah kecupan di pipinya itu. Bella tersenyum melihat suaminya yang akhirnya diam. Mereka bergegas keluar dari kamar dan bertemu dengan Bryan yang juga sudah bersiap ke sekolah. "Bagaimana kabar adik Bryan didalam sini." Ucapnya sambil menyentuh perut Bella. Tingka
Jelita terkejut saat Dina menelpon dan memaksa untuk bertemu.'Pasti laki laki itu sudah bercerita yang tidak tidak pada Dina. Dasar laki laki kurang ajar.'Jelita menjadi sedikit geram karena Dina sudah mengganggu waktu kerjanya.'Baiklah kalau memang kau ingin seperti ini tapi jangan salahkan aku bila Dina akan membuat masalah untukmu.'Jelita akhirnya memutuskan itu sebelum melangkah menemui Dina."Kenapa bertemu disini sih? Kenapa tidak datang ke kantor saja." Protes ku pada Dina."Tidak enak bicara hal ini dikantor!""Jadi mbak Dina mengira disini adalah tempat yang tepat."Mereka memang sedang berada di cafe yang cukup ramai."Mbak hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu! Sudah lama loh kita sebagai sepupu tidak keluar berdua seperti ini."Cihhh...Hanya itu yang diucapkan Jelita dalam hatinya karena dia sangat yakin kalau sebentar lagi Dina akan membahas masalah suaminya yang tidak tahu diri i
Proses penyidikan polisi terus berlanjut. Selia menjadi salah satu pelaku yang dicurigai karena beberapa bukti mengarah padanya.Selia terkejut saat polisi datang ke rumahnya dan membawa surat penangkapan untuk dirinya. Selia menolak dengan tegas bahkan memaki polisi itu dengan kata kata kasar. Dia tidak mau dan menuduh polisi itu dibayar oleh keluarganya Bella yang sengaja ingin menjatuhkan nama baiknya."Sebaiknya ibu Selia jelaskan saja di kantor dan jangan membuat kami menjadi sulit!"Selia tetap menolak untuk dibawa. Dia melawan saat polisi itu akan memaksa membawanya."Lepaskan!"Sebuah suara terdengar keras muncul dan masuk berdiri tepat dihadapan polisi itu.'Ferdy!'Selia menyebut nama laki laki itu dalam hati.'Dia ada gunanya juga, datang disaat yang tepat seperti ini.'Selia sebenarnya tidak menyukai Ferdy tapi pada situasi ini kehadirannya sangat membantu."Pak Ferdy! Kami ada surat tugas untuk membaw
Jelita sengaja memanggil Bondan ke ruangannya. Dia ingin meluruskan masalah dana bantuan mesjid yang jumlahnya tidak sesuai dengan yang diberikannya.Bondan terkejut saat Jelita menunjukkan catatan jumlah uang yang difoto kan Haikal dari catatan keuangan mesjid.Bondan langsung pucat melihat yang ditunjukkan Jelita.'Dari mana perempuan ini mendapatkan informasi ini? Apa dia menguntit ku? Kurang ajar!'Bondan masih sempat mengumpat dalam hati saat melihat catatan itu."Kenapa bisa seperti ini? Saya tidak percaya pak Bondan bisa melakukan ini dengan melakukan kecurangan.""Ini tidak seperti yang ibu Jelita bayangkan!""Lalu seharusnya seperti apa? Jelaskan!"Jelita ini mang termasuk salah satu perempuan yang tegas kalau menyangkut pekerjaan apalagi kalau sudah melibatkan kepercayaan."Saya akui jumlah uang yang saya berikan itu kurang karena saya pakai dulu untuk memenuhi tuntutan Dina.""Dina?"Jelita mengg
Beberapa hari berlalu, kondisi Yusuf semakin membaik. Lukanya yang dijahit juga sudah kering dan dia pun sudah bisa bergerak dengan leluasa. Sebenarnya dia sudah mau pulang sejak beberapa hari yang lalu hanya saja Bella tidak mengizinkannya karena khawatir padanya hingga kepulangannya diundur beberapa hari.Yusuf pun tidak masalah karena kedua sahabatnya pun selalu datang untuk menemaninya. Haikal dan Surya betul betul menunjukkan kualitasnya sebagai sahabat terbaik untuk Yusuf. Yusuf sampai terharu melihat perhatian kedua sahabatnya itu.Yusuf baru saja membuka pintu dan bermaksud masuk ke dalam rumah bersama kedua sahabatnya, tapi dia terkejut melihat suasana rumah yang sedikit berbeda lebih semarak."Selamat datang papa...!"Bryan sudah menyambutnya dengan pelukan dan tentu saja diikuti yang lain yang tiba tiba muncul memberi ucapan selamat datang.Yusuf tidak menyangka karena yang dia tahu Bella dan papa sedang ada pekerjaan penting hingga tida