Beranda / Pernikahan / Suami Wasiat Kakek / Tidak ada Pembunuh yang Mengaku!

Share

Tidak ada Pembunuh yang Mengaku!

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

‘Dia terbangun?’ batin Rafka dalam benaknya.

Matanya mengedar ke sebelahnya, ditatapnya Katarina masih terpejam. Rafka mengelus dadanya pelan. Ia berniat menggendong Katarina masuk ke kamar, dengan bersusah payah ia menggendong tubuh mungil Katarina.

“Cepat sembuh, Kata. Nanti kita jalani hidup dengan lebih bahagia bersama,” ucap Rafka lirih.

Mata Rafka tidak beralih dari wajah cantik Katarina yang masih terpejam, rapat senyum Rafka yang tipis terulas di bibir. Usapan pelan pada puncak kepala Katarina, ia yang bersandar di sandaran ranjang.

“Aku ingin kamu mengetahui aku mulai mencintaimu, ayo kita buat keluarga yang hangat seperti kemauanmu,” ucap Rafka lirih.

“Aku senang berbicara denganmu, Kata. Ayo bertahan lebih lama, lawan rasa takutmu atas apa yang terjadi. Aku menyayangimu, sungguh!” bisik Rafka pada telinga Katarina.

Tanpa disadari Rafka, secara tiba-tiba Katarina memeluk erat tubuh Rafka. Tanpa membuka matanya sama sekali. Dekapan hangat itu membuat Rafka ikut terlelap dalam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Wasiat Kakek    Buah Kesabaran

    “Kata, maafkan kelakuan Jeni,” ujar Rengga menepuk pundak Katarina.Katarina masih menangis tersedu-sedu dalam dekapan Rafka, tangisnya masih pecah meskipun sudah menjauh dari lobi kantor. Ia masih mengingat betul betapa Jeni mengatakan dia adalah pembunuh.“Mas, Rengga, aku bukan pembunuh!” sergahnya keras dengan suara samar-samar.“Iya, Sayang. Biarkan mulut Jeni itu disumpal kaos kaki sama Rengga, sudah ya jangan menangis lagi. Aku tidak ingin kamu menangis seperti ini,” ucap Rafka dengan sangat lembut.Katarina mendongak menatap lekat wajah Rafka dari bawah, di dalam mobil itu yang mendadak hening. Rengga yang berdiri tegak di sebelah mobil dengan mondar-mandir, rasanya ia bingung dan panik.“Raf, aku mau dia di ....” ucapannya terhenti saat Rafka memberinya isyarat tangan.“Oh, oke.” Rengga beranjak pergi dari jangkauan Rafka dan Katarina, ia berjalan entah ke mana. Yang pasti ia menjauh dari pandangan mata Rafka.“Mas,” panggil Katarina lirih.“Sekarang kita ke pantai saja bagai

  • Suami Wasiat Kakek    Untuk Pertama Kalinya

    “Aku seperti bermimpi, Mas!” ucap Katarina takjub saat sampai di Yogyakarta.“Apa yang membuatmu merasa bermimpi, Sayang. Aku sudah memenuhi janjiku sekarang,” ujar Rafka lirih sembari berbisik.“Percakapan kita malam itu yang berakhir aku terlelap dalam pelukanmu, aku masih bertanya-tanya tentang mengapa kamu takut menikah? Padahal kata kakek menikah dengan seseorang yang dicintai itu menyenangkan,” tanya Katarina menyelidik.Rafka sempat terdiam sejenak sebelum memberikan jawaban pada istrinya, kini keduanya duduk di ranjang yang ada di sebuah hotel yang Rafka pesan. Menghadap ke jendela besar yang menampakkan kota Yogyakarta sangat indah.“Aku dulu merasa belum pantas memiliki istri, karena ambisiku terhadap pekerjaan yang sangat tinggi. Bahkan aku tidak paham bagaimana cara memperlakukan seorang wanita dengan baik, aku terlalu dingin kalau kata Elegi. Maka dari itu, aku belum ingin menikah saat itu. Namun, dengan terpaksa aku harus menikah denganmu, Kata,” jelas Rafka dengan tatap

  • Suami Wasiat Kakek    Mandi Serius

    “Suara ponsel Mas Rafka ya?” tanya Katarina pelan.Matanya membulat menatap Rafka yang ada di sampingnya, lelaki itu tertidur pulas di atas ranjang. Katarina mendengus pelan, ia berusaha memejamkan matanya rapat.‘Bodo amat, aku mau tidur saja,' batinnya lirih.Katarina tertidur di sebelah Rafka, memeluk erat tubuh laki-laki di sampingnya. Hingga ia tidak lagi sadar apa yang terjadi sebelumnya.“Hoam! Dia masih tidur saja,” ujar Rafka lirih.Tangannya mengusap pelan puncak kepala Katarina, mengamati wanita di sampingnya itu yang meringkuk membelakangi tubuhnya.“Kata, kamu benar-benar melakukan tugasmu menjadi istri ya, aku tidak pernah menyangka kalau kamu akan menerimaku dengan baik,” ucap Rafka lirih.Matanya tidak beralih dari tubuh Katarina, usapan pelan pada lengan istrinya itu membuat Katarina menggeliat. Kini keduanya saling berhadapan, mata Katarina yang masih terpejam rapat. Rafka hanya bisa mengulas senyum tipis.‘Aku akan menepati semua janjiku padamu, Sayang. Apa pun itu

  • Suami Wasiat Kakek    Definisi Bahagia

    ‘Aku bisa membuatnya bahagia?’ tanya Katarina dalam hatinya.Satu jam setelah mandi bersama Rafka, Katarina masih merasa tersipu malu. Ia hanya diam menatap wajahnya di depan cermin. Wanita itu masih senyum-senyum sendiri mengingat beberapa ucapan Rafka yang membuat hatinya berbunga-bunga.“Aku tidak percaya laki-laki es batu seperti Mas Rafka bisa mengatakan kalimat semanis itu,” gumamnya lirih.“Kamu kita aku tidak bisa romantis ya?” suara itu terdengar mendekat ke arah Katarina.Katarina terkejut saat Rafka tiba-tiba sudah ada di kamar, padahal beberapa menit yang lalu ia turun ke lantai bawah untuk mengambil sesuatu di mobil.“Mas, kok udah balik lagi ke sini?” tanya Katarina menyelidik.“Iya, karena aku malas turun ke bawah,” jawabnya dengan singkat.Katarina hanya melongo bingung, suaminya ini penuh teka-teki baginya. Secara tiba-tiba tangan itu melingkar di leher Katarina.“Lebih baik kita turun bersama, terus kita ke Malioboro,” bisik Rafka pada telinga Katarina.“Aku belum se

  • Suami Wasiat Kakek    Marah!

    “Gimana, Kak? Sudah ditunggu sama anak fotografer,” ujar Dini mendekati dua sejoli yang terlihat canggung itu.“Oh iya, sebentar,” Katarina terlihat gugup dengan pipi merona.Katarina bergegas berganti pakaian, dengan penataan rambut yang simple, make up tipis khasnya membuat Rafka melongo. Dini hanya mengulas senyum tipis saat Katarina keluar dari ruang ganti.“Kakak cantik banget,” pujinya.“Eh, biasa aja. Oh iya, ini nanti kita bebas pilih spot kan ya?” tanya Katarina.“Iya, kakak bebas pilih spot di mana. Karena kakak pesannya VIP,” jawab Dini dengan senyum merekah.Mereka kembali menaiki becak menuju spot foto, Katarina yang secara tiba-tiba ingin berfoto itu merasa senang. Melihat Rafka yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.“Jangan cuma liatin begitu, dipuji dong sayang,” ledek Rafka lirih.“Malu sama bapaknya!” gerutu Katarina merutuki sikap Rafka.Terlalu asik mengobrol sampai tidak sadar keduanya sudah sampai di jalan Malioboro, keduanya diarahkan berfoto dengan berbaga

  • Suami Wasiat Kakek    Khawatir

    “Ada, apa, Kata? Ini semua buat kamu,” ucap Rafka dengan senyum yang merekah.Sebuah bucket mawar putih yang sangat cantik dengan sekotak coklat dan bingkisan. Mata Katarina memicing e pintu.“Untuk apa?” tanya Katarina singkat.“Membujukmu agar tidak marah, kamu kalau marah aneh cum diam saja. Ini buat kamu, Kata,” jawab Rafka dengan menyerahkan bucket bunga mawar dan coklat. 9“Mas, tanpa bunga dan coklat juga bakalan aku maafkan. Tidak perlu berlebihan seperti ini, kamu dapat dari mana juga bucket dadakan seperti ini? mana kamu keluar cuma 15 menit lagi,” berondong tanya Katarina.Rafka hanya tertawa mendengar pertanyaan Katarina, tidak tahu saja jika ia sudah menyiapkan semua ini. Hanya saja ia mencari waktu yang tepat saja, Katarina terlihat bahagia melihat bunga dan coklat di tangannya.“Coba senyum dulu,” ujar Rafka dengan bersiap mengambil foto.Dengan satu senyuman yang merekah di wajahnya, satu foto berhasil Rafka abadikan. Senyuman manis di bibir Katarina yang membuatnya sa

  • Suami Wasiat Kakek    Benar Adanya!

    “Apa, Kata? Tatapanmu kenapa seperti itu,” tanya Rafka yang masih diam.“Em, aku takut sekali, Mas. Bagaimana bisa …?” tanya Katarina dengan ragu.Pertanyaan itu menggantung di udara, Katarina yang hanya menatap langit-langit mengalihkan pandangannya dari Rafka. Merasa jika ia masih menatap mata sang lelaki, ia bisa menebak apa yang ada dipikiran Katarina.“Ada apa? kamu jangan terlalu risau dengan keadaan di rumah kedepannya, semua itu bisa diatur, Kata.” Rafka menggenggam tangan Katarina dengan erat.“Apa yang masih membuatmu risau, Kata?” tanya Rafka saat melihat Katarina yang masih diam membisu.“A-aku tidak yakin dengan ayah, Mas. Aku takut jika kita nanti pulang ke Malang, beliau masih belum bisa menerima aku secara penuh. Aku bahkan ragu setelah kejadian itu,” jelasnya.Rafka dengan seksama melihat fokus istrinya yang masih ketakutan. Ia merasa belum sepenuhnya bisa menenangkan Katarina.“Sekarang kita tidur saja, ita pikirkan besok lagi ya,” ajak Rafka dengan menggendong Katar

  • Suami Wasiat Kakek    Mimpi Buruk yang Nyata

    “Mas Rafka, tolongin aku,” keluh Katarina keras.Mata yang sudah basah itu menatap nanar ke arah Rafka, suaminya itu menarik mundur Pramana dengan paksa.“Apa yang kamu lakukan, Bajingan!” maki Rafka kasar.“Stop! jangan berkelahi di sini,” teriak Katarina keras.Detak jantungnya berdetak sangat kencang, tubuhnya gemetaran hebat. Keringat bercucuran deras mengaliri kepalanya. Matanya basah akan air mata yang tidak terbendung.“Kata! Bangun,” ujar Rafka mengoyak tubuh Katarina.“Katarina bangun, kamu kenapa?” tanya Rafka yang panik dengan keadaan istrinya.Berulang kali Rafka meminta Katarina bangun, namun wanita itu hanya menangis meski matanya terpejam rapat. Dengan berusaha mengoyak lagi dan lagi, agar Katarina terbangun dari tidurnya.“Mas!” teriaknya saat sadar dari mimpi buruknya.Katarina memeluk erat tubuh Rafka, tangisnya pecah tidak terbendung saat itu. Hari masih terlalu larut, Rafka memberikan segelas air putih yang ada di nakas dekat ranjang.“Minum dulu, sayang. Kamu baru

Bab terbaru

  • Suami Wasiat Kakek    Bahagia Untuk Selamanya

    "Sudahlah, Ayah. Sekarang keadaan sudah lebih baik, ayah juga sekarang memiliki cucu yang lucu dan menggemaskan. Tidak perlu mengingat masalalu yang sudah-sudah," jelas Rafka panjang. "Benar juga!" Pramana menepuk pundak Rafka dengan terkekeh. Dua pria itu kini berjalan keluar dari ruangan bayi, menemui Elegi untuk bertanya ruang inap Katarina. Sepanjang koridor Rafka merasa senang sekaligus terharu. "Raf, kamu sudah mengabari Rengga? Ayah rasa dia sangat cemas denganmu yang selama beberapa jam ini sibuk menemani Katarina di ruang bersalin," ujar Pramana. Rafka hanya mengangguk, sudah beberapa jam ponsel itu tidak ia sentuh. Beberapa pesan dan telepon masuk dari Rengga. "Ayah duluan saja, ini Rengga mau telepon," ucapnya. Tidak berselang lama ponsel itu bersering, notifikasi telepon masuk dari Rengga. "Halo, ke mana aja?!" tanya Rengga dengan keras dari seberang. "Katarina lahiran, ada apa? telepon banyak banget, tadi ponselnya mati," jelas Rafka tanpa di minta. "Wah aku jadi

  • Suami Wasiat Kakek    Lahirnya bayi pewaris

    "Aku mau hidup sama kamu seumur hidup aku," bisik Rafka dengan memeluk tubuh istrinya. Katarina hanya pasrah dalam dekapan Rafka, ia menitikkan air matanya. Ucapan Rafka membuat hati Katarina tersentuh dalam. Jarang sekali Rafka mengatakan kalimat magic tersebut. "Mas, aku juga ingin bersamamu seumur hidupku, jangan lagi menjadi dingin seperti es batu, ya!" tegas Katarina terisak. Keduanya saling menguatkan satu sama lain, enggan melepas pelukan satu sama lain. Malam itu semua hal terasa sangat menguras air mata, namun dalam hati Katarina paling dalam ia ingin bahagia bersama Rafka. "Kita jaga anak ini sama-sama, dan kita akan menjadi orang tua kebanggaan mereka!" ucap Rafka dengan antusias. "Iya, mereka akan sangat bangga dengan kita, Mas!" ujar Katarina keras. *** Tiga bulan setelah perubahan Pramana, laki-laki paruh baya itu mempersiapkan semua kebutuhan acara tujuh bulanan Katarina. Dan hari ini adalah waktu acaranya, seluruh rumah didekorasi dengan sangat cantik dan Elegan

  • Suami Wasiat Kakek    Perubahan Pramana

    "Ayah, ada apa?" tanya Rafka dengan penasaran saat Pramana diam tidak melanjutkan ucapannya. "Em, Ayah sudah memikirkan sesuatu tentang ... anak kalian," ucap Pramana dengan ragu. Rafka dan Katarina berakhir saling menatap, keduanya tidak percaya akan ucapan Pramana. Sejak di awal kehamilan Katarina, Pramana terlihat acuh dan tidak peduli sama sekali. "Maksud ayah apa?"" tanya Katarina lirih. "Acara tujuh bulanan anak kembar kalian biar ayah yang persiapkan. Terus ayah juga kepikiran menyumbang nama untuk anak kalian nanti," jelas Pramana dengan antusias. "Hah! ini ayah serius?" tanya Rafka dengan penuh keraguan. Matanya masih memicing ke arah Pramana yang kini duduk di hadapannya. Laki-laki yang dulunya sangat menentang keras hubungan keduanya kini luluh karena kabar bayi kembar? "Iya, ayah sudah mencari vendor yang bagus untuk acara tujuh bulanan anak kalian. Terus ayah sudah memikirkan nama anak yang sangat lucu, sayangnya kita belum tahu ya jenis kelaminnya," keluh Pramana

  • Suami Wasiat Kakek    Hari USG

    "Hm," singkat jawaban Pramana beranjak meninggalkan Rafka begitu saja. 'Ada apa dengan ayah? kenapa dia tidak suka aku punya anak, bukannya ini hal baik ya dia akan menimang cucu dari anak sulungnya,' gumam Rafka dalam batinnya. Rafka hanya menghela napas panjang, ia berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat tingkah Pramana yang seolah biasa saja, membuat perasaan Rafka sedikit kacau dan takut. "Tapi ayah tidak akan berbuat yang macam-macam pada Katarina, em lagian semua asetnya sudah aku kembalikan sesuai janji. Kalau ayah masih nekat mencelakai Katarina, seharusnya dia tahu apa akibatnya," ucap Rafka sepanjang langkah ke kamar. "Kak!" seru Elegi keras. Rafka menoleh, "Ada apa, El?" tanya Rafka dengan ketus."Gak apa-apa, cuma manggil aja. Kak Kata di mana, Kak?" tanya Elegi lagi. "Kamar," singkat jawaban Rafka lalu beranjak meninggalkan adiknya. *** Saat tiba di kamar, Rafka melihat Katarina sudah bangun dari tidurnya. Hanya saja ia hanya duduk diam di ranjang, matanya menatap

  • Suami Wasiat Kakek    Calon Bapak Baru

    "Raf, maaf ganggu. Ini ada meeting yang kamu harus datang," ucap Rengga di telepon. "Emang gak bisa diwakili? biasanya juga kamu yang wakili," tanya Rafka sedikit berbisik."Enggak bisa, client pengennya kamu yang presentasi. Udah sempet aku rayu tapi tetep gak mau," jelas Rengga. "Siapa sih, Reng?" tanya Rafka dengan tegas. Rengga sejenak diam, ditelpon Rafka sudah menunggu jawaban dengan penuh tanda tanya. "Andini," singkat jawaban Rengga membuat Rafka bungkam. "Duh, aku lagi gak bisa ninggal Katarina sendirian di rumah. Reng, Katarina hamil, badannya masih belum kuat banget trimester pertama," jelas Rafka dengan antusias. "Terus ini gimana? Andini tetep minta kamu," tegas Rengga. Sejenak Rafka menghela napasnya, berpikir panjang apakah ia bisa meninggalkan Katarina 1-3 jam saja. "Gimana? aku butuh jawaban," tegas Rengga di telepon. "Bentar aku mikir!" gertak Rafka. Rafka mempertimbangkan banyak hal, meeting hanya 1-3 jam. Akan tetapi, keselamatan Katarina selama 1-3 jam i

  • Suami Wasiat Kakek    Kabar Yang Ditunggu

    "Kak!" teriak Elegi keras dari luar kamar.Mata Katarina dan Rafka kini tertuju pada pintu, percakapan itu terhenti begitu saja. Rafka segera beranjak ke pintu, menemui Elegi yang secara tiba-tiba mengetuk pintu dan berteriak sangat keras. "Ada apa?" tanya Rafka setelah membuka pintu. "Em, itu, ayah aneh banget!" gerutunya. "Terus? kamu ngapain malem-malem ke sini?" tanya Rafka dengan sedikit keras."Gak apa-apa sih, cuma pengen iseng aja," Elegi terkekeh lalu berlari ke kamarnya. Rafka hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah adiknya yang sangat aneh itu. Kini ia hanya memijit pelan pelipisnya yang terasa sakit. "Mas, ada apa?" tanya Katarina lirih. "Adik iparmu, cari ribut mulu," jawab Rafka terkekeh."Apa katanya?" Katarina berbalik tanya dengan melihat tangan Rafka yang memijit pelipisnya. pria itu hanya menggelengkan kepalanya, merebahkan tubuhnya di dekat Katarina. secara tiba-tiba Katarina ikut memijat pelipis Rafka, tanpa permisi dan basa-basi. "Pusing ya? kamu k

  • Suami Wasiat Kakek    Penawaran Diterima

    “Raf, apa ini tidak berlebihan?” tanya Pramana dengan tatapan sendu.‘Ada masalah apa dia mengatakan ini berlebihan? Bukannya dia sendiri yang membuat ulah hingga kejadiannya seperti saat ini,’ batin Rafka bertanya-tanya.“Bagiku ini sudah tepat, ayah!” tegas Rafka.Matanya melihat Pramana yang sibuk memainkan tangannya berulang, laki-laki paruh baya itu terlihat ragu. Rafka yang tidak ada ampun mendesak ayahnya untuk memberi jawaban.“Gimana? Apakah ayah sudah memiliki jawaban?” tanya Rafka dengan suara sedikit mendesak. [“Raf … berikan ayah waktu untuk berpikir dan mempertimbangkannya sedikit lagi. Sepertinya waktu setengah jam masih kurang,” jawabnya dengan menghindari pandangan Rafka.“Tidak, ayo berikan jawaban ayah sekarang, aku tidak punya banyak waktu!” ujar Rafka dengan tegas.Pramana kini duduk menghadap Rafka, helaan napas panjang yang sempat terlihat oleh Rafka. Pria paruh baya itu hanya menunduk pilu, terlihat keresahan yang ada dalam dirinya.“Bagaimana ayah? Apa ayah m

  • Suami Wasiat Kakek    Gertakan Tanpa Ragu

    “Loh, Ra ....” Belum sempat Pramana melanjutkan ucapannya Rafka sudah menyangkal perkataan laki-laki paruh baya itu. “Bubar kalian semua!” teriak Rafka keras. Rafka saat itu hanya memijit pelipisnya pelan, tangan kanannya kini mempersilakan Katarina dan Elegi untuk masuk ke kamar. Meja ruang tamu yang kini berisi berbagai minuman dengan bau sangat menyengat. “Pamit dulu, Pram,” ujar seorang teman dengan membawa beberapa temannya. Mata Rafka hanya menatap nyalang ke arah Pramana, ia sudah keheranan dengan tingkah ayahnya yang tidak henti-hentinya berulah. “Ikut aku!” ujar Rafka dengan berjalan ke ruang kerjanya. Rafka menghela napas panjang, matanya masih tertuju pada laki-laki yang kini berdiri dengan wajah biasa saja. Pramana hanya mengulas senyum tipis tanpa banyak bicara. “Ada apa?” tanya Pramana tanpa berdosa. “Masih bisa tanya ada apa? Ayah, apa yang kamu lakukan beberapa hari setelah aku berangkat ke Yogyakarta? Pantas begitu!” dengan suara keras Rafka membentak

  • Suami Wasiat Kakek    Sudah Terjadi!

    “Jadi selama aku tidak pulang ke rumah ayah berbuat ulah ya, Kak. Seharusnya aku tidak meninggalkan rumah dan menjaga ayah,” ucap Elegi dengan suara purau.Usapan pelan pada pundak kiri Elegi dari Edgar membuatnya menoleh. Rafka yang menedengar ucapan ELegi semakin banyak beban di kepalanya.“Enggak apa-apa, semuanya sudah terjadi,” ujar Rafka.“Aku tidak paham lagi dengan maksud ayah, tapi kalau kakak butuh bantuan untuk ngobrol sama ayah aku bantu,” tegas Elegi dengan antusias.“El, terima kasih ya sudah mau membantu kakak menyelesaikan semua ini,” ucap Rafka dengan senyum yang terulas di bibirnya.Katarina hanya mendengarkan percakapan adik dan suaminya, ia merapal doa untuk apa pun yang mereka lakukan. Ia masih merasa sangat bersalah dengan apa yang sudah terjadi, mungkin jika Atalas masih hidup semua kejadian yang terjadi sekarang tidak akan terjadi.“Em, Mas, El. Maafkan aku ya, akibat dari kejadian yang bermula dari aku semuanya jadi seperti saat ini,” ungkap Katarina dengan m

DMCA.com Protection Status