"Bu, maaf, jangan tinggalkan aku ...."Zico tertegun, dia menatap tangan Cassie yang sedang menggenggam kerah bajunya. Matanya perlahan-lahan beralih ke wajah Cassie, sepertinya Cassie sangat menderita dan kesakitan.Zico mengerutkan keningnya. "Cassie?"Cassie tidak mendengarnya, seolah-olah terperangkap dalam ketakutan dan sangat gelisah. Namun, emosinya segera kembali tenang. Dia melepaskan Zico dan kembali tertidur.Zico perlahan-lahan menegakkan badannya. Setelah menatap Cassie beberapa detik, dia keluar dari kamar.Hazel duduk di sofa sambil menggenggam erat gelas di tangannya. Makin lama Zico berada di kamar, makin panas hatinya.Bukankah seharusnya Cassie merawat ibunya di rumah sakit?Kenapa punya waktu untuk pulang ke rumah?Hazel mendapati Jason ingin menyelidiki Cassie. Jadi, sebelum Jason mengirim orang pergi ke Negara Aruna untuk menyelidiki Cassie, bawahan Hazel sudah membunuh wanita yang menawarkan bisnis itu pada Cassie. Kematian wanita itu dirancang dengan cermat hing
Menghadapi tatapan Zico, Hazel agak kaget. Mata Zico diselimuti dengan hawa dingin yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Seketika, dia gugup. "Aku ...."Dia yang selalu bersikap patuh dan anggun pun kehilangan kendali. "Aku takut, karena aku takut!"Dia melepaskan dirinya dari pelukan Zico, lalu menutup wajahnya sambil berkata dengan terisak-isak, "Aku takut kamu memberikan tanah ini pada Nona Cassie. Aku takut karena dia menjadi istrimu, kamu akan jatuh cinta padanya. Aku takut kamu akan meninggalkanku ...."Sembari berbicara, Hazel mulai menangis. Dia tampak sangat sedih!Zico tidak pernah melihatnya seperti ini.Zico memejamkan matanya, keningnya berkerut dan ekspresinya sangat rumit. Saking rumitnya, tidak ada yang bisa menebak isi hatinya.Setelah sekian lama, Hazel pun berhenti menangis.Dia tahu ada saatnya dia harus menahan amarahnya, tetapi terkadang dia juga perlu menggunakan air mata untuk memikat hati pria.Zico membuka matanya, suasana hatinya pulih.Dia mengulurkan tang
Cassie berdiri di depan pintu sambil menatap Hazel.Hazel ketakutan dengan benda yang dilihat Cassie. Dia melirik layar ponsel Cassie, tetapi jarak mereka cukup jauh dan dia tidak dapat melihat dengan jelas. Selain itu, Zico berada di sini dan dia harus menjaga citranya. Jadi, dia bertanya dengan tenang, "Nona Cassie, kenapa kamu menatapku seperti itu?"Pikiran Cassie disela oleh suara Hazel. Tadi, dia hampir menanyakan hal ini di depan Zico.Namun, setelah menenangkan diri, dia tidak berbuat seperti itu.Hazel adalah wanita yang dicintai oleh Zico. Sekalipun Hazel berbuat jahat, Zico tidak mungkin menghukum wanita yang dia cintai demi seorang istri kontrak.Dia mengepalkan tangannya yang sedang menggenggam ponsel. Setelah sekian lama, suasana hatinya kembali tenangDia tersenyum pada Hazel. "Aku terpana oleh kecantikan Nona Hazel. Nona Hazel nggak keberatan, 'kan?"Setelah berkata demikian, Cassie berjalan menghampiri mereka. Matanya tertuju pada dokumen di atas meja kopi. Dia mengulu
Wanita bisa berubah kapan saja.Jelas-jelas sebelumnya dia tampak sangat tidak berdaya dan menyedihkan, tetapi sekarang malah sangat garang.Sebenarnya wanita seperti apa dia?Tidak ada yang bisa memprediksi isi hati Zico, termasuk Jason. Namun, dia tahu salah satu dari mereka harus pergi dari sini.Meskipun Jason tidak memahami keseluruhan masalah, dia sangat cerdas.Dia berdiri, lalu menepuk bahu Hazel sambil berkata, "Ayo pergi."Hazel enggan.Dia ingin mengetahui posisinya di hati Zico.Namun, kalau Zico memilih Cassie, semua usahanya akan terbuang sia-sia. Zico tidak mencintainya, dia jelas akan hal ini.Zico baik padanya karena malam itu dan kesetiaannya selama beberapa tahun ini.Tidak ada suka maupun cinta.Dia tidak boleh bertaruh.Dia tidak ingin kalah!"Aku nggak ingin mempersulit Zico, kamu menang." Pada akhirnya, Hazel pergi dengan terhormat.Dia tidak mengaku kalah, melainkan tidak ingin melihat Zico kesulitan.Dia baik hati dan pengertian.Tak lama kemudian, seisi ruanga
Zico tidak sempat menghindar dan hanya bisa melihat Cassie menimpanya.Kening Cassie membentur dagunya sehingga Cassie kesakitan. Sedangkan bibir Cassie menempel pada sesuatu yang keras dan berbentuk, aroma ini agak familier.Cassie tertegun sejenak. Ketika dia tersadar, dia segera bangun dan menemukan area yang disentuh oleh bibirnya adalah jakun Zico.Dia memegang keningnya yang sakit, pipinya memanas.Dia malu.Kontak fisik ini membuat Zico linglung sejenak. Dia perlahan-lahan mengangkat matanya, lalu menatap Cassie sambil bertanya, "Kalau aku mesum, kamu itu apa?"Sebelum Cassie menjawab, dia sudah bangun dan sengaja merapikan kerah bajunya. Dia menyentuh area yang dicium oleh Cassie sambil berkata dengan nakal, "Kita suami istri, kalau kamu ingin menciumku, bilang saja. Aku nggak sepelit itu."Cassie terdiam untuk beberapa saat.Siapa yang ingin menciumnya?Itu hanya kecelakaan!"Aku nggak ingin menciummu!" Cassie berbalik pergi, dia ingin segera meninggalkan ruang tamu.Zico dudu
Lasri mengembuskan napas. "Aku melakukan ini demi kamu."Setelah berkata demikian, dia berbalik pergi.Di ruang makan yang luas itu, hanya tersisa Zico seorang. Lampu kristal yang terpasang di plafon menyinari seisi ruangan, termasuk Zico. Dia memasukkan sepotong brokoli ke dalam mulut dan mengunyah secara perlahan.Keesokan harinya.Setelah Zico berangkat ke kantor, Cassie pun menyusul. Dia setuju akan bekerja di kantor, jadi dia perlu pergi ke restoran untuk mengundurkan diri.Saat mengganti sepatu di dekat pintu, Lasri bertanya, "Mau keluar?"Cassie mengangguk."Pulang lebih awal, jangan berkeliaran di malam hari, kamu sudah menikah," kata Lasri."Ya." Cassie memakai sepatu dan keluar.Sesampai di persimpangan jalan, dia memanggil taksi dan pergi ke restoran.Tidak ada bus umum yang melewati tempat ini.Di hari pertama bekerja, Cassie langsung meminta cuti dan sekarang ingin mengundurkan diri. Manajer agak kesal. "Kalau kamu nggak mau kerja, untuk apa melamar? Kamu menghambat pekerj
Melihat mereka berdua, Cassie menghentikan langkahnya. Shella pun mengerutkan kening."Bu, bukannya itu Cassie? Kok dia ada di sini?" Gita tidak sesabar Shella. "Dia makan di sini?"Hidangan dan rasa makanan di sini adalah yang terbaik, orang biasa tidak akan sanggup makan di sini.Cassie bisa makan di tempat seperti ini?Shella mendengus dingin. "Cassie sudah menjadi menantu Keluarga Carlo. Meskipun pria itu lumpuh, status dan kekayaannya nyata, nggak heran kalau Cassie datang ke tempat seperti ini."Cassie tidak ingin berurusan dengan mereka. Ketika dia hendak pergi, Gita menghalangi jalannya."Kamu menikah dengan pria lumpuh. Sekalipun kamu datang ke tempat mewah seperti ini, kamu cuma anak kampung." Sembari berbicara, dia memindai Cassie dari atas ke bawah sambil tersenyum sinis."Minggir!" kata Cassie dengan nada dingin.Gita menolak. "Buru-buru sekali? Karena aku bilang kamu menikah dengan pria lumpuh, kamu marah?"Jason mengerutkan kening. Ketika dia hendak menghentikan Gita, Zi
Kafin sedang mengkhawatirkan masalah ini."Tuk tuk ...."Siapa yang berani mengusiknya di saat seperti ini? Tepat ketika dia hendak mengumpat, pintu kantor dibuka. Melihat ekspresi Kafin, Shella pun bertanya dengan hati-hati, "Ada apa denganmu?"Suasana hati Kafin sangat buruk, dia duduk di kursi. "Ngapain datang ke sini?"Shella mengabaikan suasana hati Kafin. Dia berjalan mendekat sambil bertanya, "Kamu tahu nggak, Zico sudah bisa berdiri?"Kafin tertegun. Dia mengerutkan kening sambil memandang Shella. "Dia digigit ular beracun, bukannya nggak bisa diobati? Mana mungkin bisa berdiri?"Memang benar, Kafin pun tidak tahu. Ekspresi Shella makin muram. "Dia sudah bisa berdiri ....""Siapa yang bilang?" Sebelum Shella menyelesaikan ucapannya, Kafin sudah menyelanya."Kita lihat dengan mata kepala sendiri," jawab Gita.Masalah ini sudah berlalu beberapa waktu, suasana hatinya pun jauh lebih tenang. Dia berjalan ke depan meja sambil memandang Kafin. "Ayah, kita tertipu."Kabarnya tidak aka