Ketika Cassie sampai di rumah sakit, Reynold sedang duduk di koridor. Dia meletakkan tangannya di lutut dan sedikit membungkukkan badan, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Bahkan saat Cassie sudah berdiri di sampingnya pun, dia tidak sadar."Lagi pikir apa?"Reynold mendongak. Melihat Cassie datang, dia menstabilkan emosinya dan melihat ke dalam bangsal. "Sepertinya emosi ibumu nggak stabil."Cassie sudah mempersiapkan diri. "Ya, pulanglah untuk beristirahat, biar aku yang jaga ibuku."Reynold menatap perutnya sambil berkata, "Kamu pun perlu istirahat.""Jangan khawatir, aku bisa menjaga diri diriku sendiri." Cassie tersenyum padanya.Reynold terdiam beberapa saat, lalu mengangguk. "Kalau butuh sesuatu, hubungi aku."Cassie mengiakan, lalu Reynold bangkit dan berjalan keluar. Cassie memandang punggung Reynold sambil mengerutkan kening. Meskipun mereka sudah lama kenal, Cassie tidak tahu apa-apa soal Reynold, termasuk latar belakang dan keluarganya.Terlihat jelas dia sedang memikir
"Apa bisa diobati?" kata Cassie dengan linglung. Dia berusaha untuk bertahan.Dokter mengembuskan napas. "Gangguan jiwa sulit diobati. Bukannya kamu kenal Dokter Reynold, dia psikiater, seharusnya dia bisa membantumu."Cassie teringat akan sikap Reynold, apa dia menyadari sesuatu?Namun, tidak berani memberitahunya?"Kusarankan pindahkan ibumu ke rumah sakit jiwa."Cassie mengangguk untuk mengiakan.Setelah mengantar dokter pergi, Cassie duduk di lantai. Dia menatap wajah Debby yang terluka, hatinya sangat sesak.Momen Debby kehilangan kendali dan terus melukai diri sendiri melekat di benaknya.Hari ini, Debby dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Karena pasien sakit jiwa tidak bisa mengendalikan emosi, dapat melukai diri sendiri dan orang lain, keluarga pasien hanya boleh berkunjung pada waktu yang ditentukan.Mereka diisolasi untuk menjalani pengobatan.Setelah meninggalkan rumah sakit, Cassie mengemas barang-barang Debby dan mengosongkan rumah.Karena benda-benda di depan pintu, pemilik
"Bu, maaf, jangan tinggalkan aku ...."Zico tertegun, dia menatap tangan Cassie yang sedang menggenggam kerah bajunya. Matanya perlahan-lahan beralih ke wajah Cassie, sepertinya Cassie sangat menderita dan kesakitan.Zico mengerutkan keningnya. "Cassie?"Cassie tidak mendengarnya, seolah-olah terperangkap dalam ketakutan dan sangat gelisah. Namun, emosinya segera kembali tenang. Dia melepaskan Zico dan kembali tertidur.Zico perlahan-lahan menegakkan badannya. Setelah menatap Cassie beberapa detik, dia keluar dari kamar.Hazel duduk di sofa sambil menggenggam erat gelas di tangannya. Makin lama Zico berada di kamar, makin panas hatinya.Bukankah seharusnya Cassie merawat ibunya di rumah sakit?Kenapa punya waktu untuk pulang ke rumah?Hazel mendapati Jason ingin menyelidiki Cassie. Jadi, sebelum Jason mengirim orang pergi ke Negara Aruna untuk menyelidiki Cassie, bawahan Hazel sudah membunuh wanita yang menawarkan bisnis itu pada Cassie. Kematian wanita itu dirancang dengan cermat hing
Menghadapi tatapan Zico, Hazel agak kaget. Mata Zico diselimuti dengan hawa dingin yang belum pernah dia lihat sebelumnya.Seketika, dia gugup. "Aku ...."Dia yang selalu bersikap patuh dan anggun pun kehilangan kendali. "Aku takut, karena aku takut!"Dia melepaskan dirinya dari pelukan Zico, lalu menutup wajahnya sambil berkata dengan terisak-isak, "Aku takut kamu memberikan tanah ini pada Nona Cassie. Aku takut karena dia menjadi istrimu, kamu akan jatuh cinta padanya. Aku takut kamu akan meninggalkanku ...."Sembari berbicara, Hazel mulai menangis. Dia tampak sangat sedih!Zico tidak pernah melihatnya seperti ini.Zico memejamkan matanya, keningnya berkerut dan ekspresinya sangat rumit. Saking rumitnya, tidak ada yang bisa menebak isi hatinya.Setelah sekian lama, Hazel pun berhenti menangis.Dia tahu ada saatnya dia harus menahan amarahnya, tetapi terkadang dia juga perlu menggunakan air mata untuk memikat hati pria.Zico membuka matanya, suasana hatinya pulih.Dia mengulurkan tang
Cassie berdiri di depan pintu sambil menatap Hazel.Hazel ketakutan dengan benda yang dilihat Cassie. Dia melirik layar ponsel Cassie, tetapi jarak mereka cukup jauh dan dia tidak dapat melihat dengan jelas. Selain itu, Zico berada di sini dan dia harus menjaga citranya. Jadi, dia bertanya dengan tenang, "Nona Cassie, kenapa kamu menatapku seperti itu?"Pikiran Cassie disela oleh suara Hazel. Tadi, dia hampir menanyakan hal ini di depan Zico.Namun, setelah menenangkan diri, dia tidak berbuat seperti itu.Hazel adalah wanita yang dicintai oleh Zico. Sekalipun Hazel berbuat jahat, Zico tidak mungkin menghukum wanita yang dia cintai demi seorang istri kontrak.Dia mengepalkan tangannya yang sedang menggenggam ponsel. Setelah sekian lama, suasana hatinya kembali tenangDia tersenyum pada Hazel. "Aku terpana oleh kecantikan Nona Hazel. Nona Hazel nggak keberatan, 'kan?"Setelah berkata demikian, Cassie berjalan menghampiri mereka. Matanya tertuju pada dokumen di atas meja kopi. Dia mengulu
Wanita bisa berubah kapan saja.Jelas-jelas sebelumnya dia tampak sangat tidak berdaya dan menyedihkan, tetapi sekarang malah sangat garang.Sebenarnya wanita seperti apa dia?Tidak ada yang bisa memprediksi isi hati Zico, termasuk Jason. Namun, dia tahu salah satu dari mereka harus pergi dari sini.Meskipun Jason tidak memahami keseluruhan masalah, dia sangat cerdas.Dia berdiri, lalu menepuk bahu Hazel sambil berkata, "Ayo pergi."Hazel enggan.Dia ingin mengetahui posisinya di hati Zico.Namun, kalau Zico memilih Cassie, semua usahanya akan terbuang sia-sia. Zico tidak mencintainya, dia jelas akan hal ini.Zico baik padanya karena malam itu dan kesetiaannya selama beberapa tahun ini.Tidak ada suka maupun cinta.Dia tidak boleh bertaruh.Dia tidak ingin kalah!"Aku nggak ingin mempersulit Zico, kamu menang." Pada akhirnya, Hazel pergi dengan terhormat.Dia tidak mengaku kalah, melainkan tidak ingin melihat Zico kesulitan.Dia baik hati dan pengertian.Tak lama kemudian, seisi ruanga
Zico tidak sempat menghindar dan hanya bisa melihat Cassie menimpanya.Kening Cassie membentur dagunya sehingga Cassie kesakitan. Sedangkan bibir Cassie menempel pada sesuatu yang keras dan berbentuk, aroma ini agak familier.Cassie tertegun sejenak. Ketika dia tersadar, dia segera bangun dan menemukan area yang disentuh oleh bibirnya adalah jakun Zico.Dia memegang keningnya yang sakit, pipinya memanas.Dia malu.Kontak fisik ini membuat Zico linglung sejenak. Dia perlahan-lahan mengangkat matanya, lalu menatap Cassie sambil bertanya, "Kalau aku mesum, kamu itu apa?"Sebelum Cassie menjawab, dia sudah bangun dan sengaja merapikan kerah bajunya. Dia menyentuh area yang dicium oleh Cassie sambil berkata dengan nakal, "Kita suami istri, kalau kamu ingin menciumku, bilang saja. Aku nggak sepelit itu."Cassie terdiam untuk beberapa saat.Siapa yang ingin menciumnya?Itu hanya kecelakaan!"Aku nggak ingin menciummu!" Cassie berbalik pergi, dia ingin segera meninggalkan ruang tamu.Zico dudu
Lasri mengembuskan napas. "Aku melakukan ini demi kamu."Setelah berkata demikian, dia berbalik pergi.Di ruang makan yang luas itu, hanya tersisa Zico seorang. Lampu kristal yang terpasang di plafon menyinari seisi ruangan, termasuk Zico. Dia memasukkan sepotong brokoli ke dalam mulut dan mengunyah secara perlahan.Keesokan harinya.Setelah Zico berangkat ke kantor, Cassie pun menyusul. Dia setuju akan bekerja di kantor, jadi dia perlu pergi ke restoran untuk mengundurkan diri.Saat mengganti sepatu di dekat pintu, Lasri bertanya, "Mau keluar?"Cassie mengangguk."Pulang lebih awal, jangan berkeliaran di malam hari, kamu sudah menikah," kata Lasri."Ya." Cassie memakai sepatu dan keluar.Sesampai di persimpangan jalan, dia memanggil taksi dan pergi ke restoran.Tidak ada bus umum yang melewati tempat ini.Di hari pertama bekerja, Cassie langsung meminta cuti dan sekarang ingin mengundurkan diri. Manajer agak kesal. "Kalau kamu nggak mau kerja, untuk apa melamar? Kamu menghambat pekerj