"Pasti karena dia 'kan kakak aku masuk rumah sakit? Aku sudah liat video yang beredar, kamu mau menyelamatkan wanita ini, tapi kakak aku yang menjadi korbannya!" ucap wanita yang menampar wajah Nauma. Wanita itu adalah adik Tomi, dia mengatakaan semuanya sambil menangis. Ada wanita tua juga yang berada di sampingnya, wanita itu adalah Ibu Tomi. Ibu Tomi tidak menyalahkan Nauma, justru dia menyalahkan anaknya karena sudah sembarangan menampar orang. "Maafkan anak saya, dia sangat tepukul saat tahu kakaknya mengalami kecelakaan," timpal Ibu Tomi. Azlan yang tadinya sudah dilingkupi amarah, seketika mereda dan merasa penuh penyesalan saat tahu jika mereka adalah keluarga Tomi. Azlan tahu, mereka pasti merasa terpukul karena kejadian ini. Tomi adalah tulang punggung mereka. "Tidak, Bu. Kami yang harusnya meminta maaf, harusnya aku yang berada di ruangan itu," balas Azlan. Ibu Tomi memeluk tubuh anak perempuannya, dia menangis sambil memandangi pintu masuk UGD. Tidak ada yang perlu dis
"Iya dok, bagaimana keadaan rekan saya? Dia selamat 'kan?" timpal Azlan. Dia juga mencemaskan keselamatan asistennya. Mereka semua menatap dokter yang menangani Tomi dengan penuh harap cemas. Mereka takut terjadi hal buruk yang dapat membuat Tomi pergi untuk selamanya. "Kondisi pasien buruk, pendarahan di kepalanya sudah berhasil ditangani. Tapi pasien mengalami koma," balas dokter. Sontak Ibu Tomi pingsan saat mendengar kabar tentang anaknya, Azlan dengan sigap menangkapnya dan mendudukkannya di bangku tunggu. Nauma dan adik Tomi menemaini dan berusaha menyadarkannya, adik Tomi menangisi keadaan ibunya. "Ibu... bangun Bu... jika Ibu dan kak Tomi meninggalkanku aku dengan siapa, Bu?" tangis adik Tomi. "Tenang... ibumu hanya pingsan saja. Kamu harus tenang," ucap Nauma menenangkan adik Tomi. Tidak berselang lama, Tomi dipindahkan ke ruang ICU oleh para perawat. Mereka tidak bisa sembarangan masuk, hanya boleh satu orang yang masuk dan harus menggunakan pakaian steril. Azlan masuk
"Sebentar, saya ingin menjawab pertanyaan kedua kalian, sebenarnya wanita yang ada di samping saya ini asisten baru saya. Dia yang akan menemani saya selama Tomi tidak sadarkan diri," ucap Azlan pada para wartawan. Agnes dan Nauma tercengang mendengar pernyataan Azlan, Agnes pikir, Azlan akan mengumumkan istrinya di hadapan publik, tapi ternyata tidak. Sedangkan Nauma merasa bingung dengan apa yang dia dengar. Nuama menatap wajaah suaminya dengan tatapan penuh tanya, dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Azlan. Azlan membalas tatapan Nauma dengan senyuman, lalu merangkulnya di hadapan para wartawan. "Lalu, siapa pelaku tabrak lari yang ingin menabrak anda?" tanya wartawan lagi. "Kalian benar ingin tahu?" balas Azlan sambil melirik Agnes yang sudah ketakutan. Azlan menarik tangan Agnes dan memposisikan Agnes di hadapannya, para wartawan merasa aneh dengan sikap Azlan, begitu juga dengan Agnes. Jantung Agnes sudah berdetak tidak menentu, dia takut Azlan mengungkapkan kebenara
"Kenapa kamu cemberut gitu, Neng?" tanya Azlan setelah selesai melakukan tugasnya. "Nggakpapa, mulai besok aku mau jadi OB aja," balas Nauma cuek. "Loh, kok gitu?" tanya Azlan bingung. "Buat apa aku ikut Akang kalau hanya disuruh melihat keromantisan kalian?" Nauma pergi dari hadapan Azlan dengan kekesalannya, tanpa mendengar jawaban Azlan. Azlan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia bingung dengan perubahan sikap Nauma. 'Apa gue ngelakuin kesalahan lagi ya? Kan tadi cuma akting aja. Oh, dia pasti cemburu nih saat melihat adegan pelukan tadi,' batin Azlan sambil tersenyum. Azlan mengikuti langkah Nauma yang sedang menuju mobil mereka, Azlan mengikutinya sambil terkekeh. Baginya, kecemburuan Nauma adalah hiburan untuknya dan dia merasa sangat dicintai. Azlan berusaha mendekati istrinya dan mengodanya. "Kamu lagi cemburu ya? Hayo, ngaku," ledek Azlan sambil mencolek dagunya. "Apaan sih, nggak tuh, aku nggak cemburu," balas Nauma cuek, dia langsung masuk dan duduk di bangku pen
'Dari mana Mr. Jhon tahu kalau gue udah nikah? Apa mungkin Agnes yang ngasih tau? Tapi rasanya tidak mungkin Agnes ingin menggali lubangnya sendiri,' batin Azlan. "Kenapa diam saja? Kamu penasaran dari mana aku tahu tentang kehidupanmu yang sebenarnya? Jangan pernah remehkan aku. Sekarang juga kamu ke kantor polisi, lalu temui aku di rumah, ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucap Mr. Jhon. Azlan terpaku di tempatnya, ucapan demi ucapan Mr. Jhon sampai di telinga dan otaknya. Dia berpikir, bagaimana cara melawan Mr. Jhon jika Nauma yang menjadi jaminannya. Mr. Jhon pergi meninggalkan Azlan yang masih mematung, dia tidak perduli dengan hidup Azlan. Baginya, nama baik keluarga dan adiknya harus bersih, bagaimanapun caranya. "Untuk apa dia menyuruhku ke rumahnya?" gumam Azlan. Karena ancaman dari Mr. Jhon, Azlan membatalkan niat berkunjung ke makam mertuanya. Dia harus memenuhi perintah Mr. Jhon demi kelangsungan hidupnya. Jika ia bisa melawan Agnes, maka tidak dengan Mr. Jhon. Mr.
"TIDAK! Tidak mungkin aku menceraikan istriku, apalagi menikahi adikmu!" tolak Azlan tegas. Mr. Jhon merasa kesal dengan keputusan Azlan, tangannya mengcengkeram gelas yang ada di tangannya sampai gelas itu pecah dan melukai tangannya. Baru kali ini dia melihat pria yang menolak adiknya. Selama ini begitu banyak pria yang menginginkan posisi sebagai suami adiknya, tapi Jenifer selalu mengabaikannya. "Aku juga tidak mau adikku terus-terusan mengejarmu seperti orang bodoh! Banyak pria yang menginginkannya, tetapi adikku sungguh bodoh dan lebih memilih gembel seperti kamu!" ucap Mr. Jhon dengan menghina Azlan. Mr. Jhon bangkit dari duduknya, ia berjalan mengahampiri Azlan sambil mengelap darah yang ada di tangannya. Tatapannya seperti tatapan seorang pembunuh yang haus darah. Lalu ia mengitari tubuh Azlan dan memperhatikannya dari atas kepala sampai kaki. "Apa bagusnya kamu, sampai adikku seperti orang gila yang terus menginginkanmu? Bahkan sampai dia nekat untuk membunuh wanita itu,"
'Tawaran gila, seluruh saham Jhon company? Benar-benar keluarga gila. Gue nggak mungkin ninggalin Nauma hanya karena saham itu,' batinnya setelah mendengar ucapan Mr. Jhon. "Kenapa kamu terdiam? Pasti kamu tergiur dengan apa yang akan aku berikan bukan? Tidak ada yang bisa menolak saham Jhon Company, perusahaan nomor satu di Indonesia. Kamu akan menjadi kaya dengan saham itu," ucap Mr. Jhon. Azlan tersenyum kecut saat mendengar perkataan Mr. Jhon. "Apa yang akan anda lakukan jika aku menolaknya?" tanya Azlan dengan berani. Mr. Jhon tertawa. "Tidak ada yang bisa menolak kekayaan sebesar itu di dunia ini." "Aku menolaknya!" ucap Azlan tegas. Mr. Jhon terdiam, matanya membola dan dia langsung menatap wajah Azlan. Pria di hadapannya ini menolak kekayaan Jhon Company, kekayaan yang diinginkan semua orang. Mr. Jhon menatap Azlan tidak percaya, baru kali ini dia melihat manusia yang tidak goyah jika dihadapkan dengan kekayaan. "Kamu yakin dengan ucapanmu? Dalam sekejap mata kamu bisa me
"Tidak bisa, istriku harus tahu, aku tidak mau menyakiti perasaannya," tolak Azlan. Selama menjalani profesi sebagai artis dia sering sekali menyakiti hati istrinya. Dia tidak mau ada yang ditutupi dari Nauma. Bagaimanapun, perasaan Nauma yang harus diutamakan. "Silahkan saja beritahu istrimu jika kamu tidak sayang dengan keselamatannya," balas Mr. Jhon. 'Aku tidak akan biarkan kalian bahagia, aku harus bisa memisahkan kalian demi kebahagiaan Jenifer,' sambung Mr. Jhon dalam hati. "Berengsek kalian semua!" bentak Azlan lalu keluar dari ruang kerja Mr. Jhon. Azlan pulang dengan kekesalan di hati, Mr. Jhon tertawa bahagia melihat kekesalan Azlan. Azlan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, dia mengkhawatirkan keadaan Nauma. Azlan takut orang bayaran Mr. Jhon melukai istrinya. "Berengsek kalian semua! Argh!...." teriak Azlan frustasi sambil terus memukul-mukul kemudi di hadapannya. "Gue nggak mau nyakitin perasaan Nauma, tapi gue juga nggak mungkin membahayakan keselamatannya
"Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero
"Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu
"Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp
"Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang
"Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga
"Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya
Nauma : Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Benar apa yang kau katakan, masih ada cinta untuknya. Tapi saat mengingat pengkhianatannya aku merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terlebih kemarin ada seorang pria yang melamarku, pria itu yang selama ini menjagaku dan anakku.Azlan tak langsung membalas pesan itu, ia sadar jika kesalahannya tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja. Azlan pun yakin, pria yang dimaksud Nauma adalah Mr. Jhon. Senyum pahit terukir di wajahnya, merasa tak memiliki harapan sama sekali.Azlan : Ikutilah apa yang hatimu katakan, aku doakan kebahagiaan untukmu. Semoga kau mendapatkan cinta yang tulus dan tak tersakiti lagi.Nauma : Terima kasih kau sudah mau mendengarkanku, padahal kita tak pernah saling mengenal, tapi entah mengapa rasanya nyaman sekali berbicara denganmu.Azlan : Jangan berterima kasih karena aku tak melakukan apapun. Jika kau membutuhkan teman bercerita kau bisa menghubungiku. "Ya, lebih baik kau bersama dengan Mr. Jhon, pria it
"Kau yang siapa? Mengapa pintu rumahku tak bisa dibuka seperti ini?" tanya Azlan ksal."Ini adalah rumahku, sudah dua tahun aku membeli rumah ini dari Jenifer," balas pria paruh baya yang ada di hadapan Azlan."Kakak dan adik itu membuat hidupku menderita saja, seenaknya menjual rumahku," gumam Azlan."Aku tak pernah menjual rumah ini, dan aku tak pernah menandatangani surat jual beli rumah ini," ucap Azlan pada pemilik rumahnya."Tapi aku membelinya dengan resmi, apakah kau Tuan Azlan?""Ya, benar aku Azlan.""Masuklah Tuan, aku akan tunjukkan berkas pembelianku dulu, tanda tanganmu pun ada di berkas itu."Azlan memasuki rumah dan menunggu di ruang tamu, sudah banyak perubahan di rumah ini. Bahkan barang-barang yang dulu sudah di ganti oleh pemilik barunya. Azlan menaruh kesal di hati saat mengetahui rumahnya telah dijual oleh Jenifer."Sebelumnya perkenalkan, aku Ryan," ucap pemilik rumah memperkanalkan diri."Mana berkasnya?" tanya Azlan tak sabar.Ryan mengeluarkan surat perjanjia
Azlan : Aku berasal dari Indonesia.Nauma : Kebetulan, aku juga berasal dari Indonesia, senang berkenalan denganmu.Pesan demi pesan mereka balas hingga menjelang malam. Ketenangan hadir di hati saat bisa bertukar pesan dengan wanita yang dicintainya. Azlan tidur dengan nyenyak sambil memeluk ponselnya. Berbulan-bulan sudah ia tinggal di negara orang.Berkali-kali pula ia mencoba mendekati Nauma dan Axcel, tapi hanya penolakan yang ia terima. Tabungannya pun sudah hampir habis, pekerjaan di Jakarta pun sedang menunggunya. Azlan memutuskan untuk menemui Nauma dan Axcel, ia ingin sekali lagi memperjuangkan perasaannya."Ya, ini adalah yang terkahir, jika mereka masih menolakku, maka aku akan pulang ke Indonesia," gumamnya sambil mengenakan jaket.Azlan menuju apartemen Nauma menggunakan bus, sepanjang perjalanan ia berdoa agar Nauma mau menerimanya lagi. Hanya sekedar harapan dengan kemungkinan kecil, ia tak begitu yakin jika Nauma mau menerimanya lagi. Terlebih penolakan-penolakan yang