Home / Urban / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / Bab 52. Awal dari Fitnah dan Salah Paham

Share

Bab 52. Awal dari Fitnah dan Salah Paham

Author: Nocil Bawel
last update Last Updated: 2025-01-04 19:59:38
Pagi itu, aku berdiri di balkon rumah baru kami, memandangi taman kecil di depan. Andi sudah berangkat lebih awal ke Mal Srikandi, meninggalkanku dengan janji bahwa dia akan menjelaskan semuanya kepada keluarga besar Wicaksono suatu saat nanti. Aku tidak bisa memaksa, meskipun aku tahu itu akan sulit.

Bel pintu berbunyi, membuatku tersentak dari lamunan. Aku bergegas membukanya dan menemukan Vanya, adikku, berdiri di depan pintu dengan senyum sinisnya yang biasa.

“Inggit, apa kabar?” tanyanya sambil melangkah masuk tanpa diundang.

“Aku baik, Van. Ada apa?” tanyaku hati-hati, karena aku tahu kunjungannya tidak pernah sederhana.

“Aku cuma ingin lihat bagaimana hidupmu sekarang setelah ‘keluar’ dari rumah. Sebenarnya, aku khawatir, sih. Apa Andi bisa memenuhi kebutuhanmu di tempat ini?” ucapnya, matanya memindai setiap sudut rumah dengan tatapan merendahkan.

Aku menahan napas, mencoba menenangkan diri. “Kami baik-baik saja, Van. Rumah ini cukup nyaman untuk kami.”

Dia tertawa kecil, lalu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 53. Badai dalam Kepercayaan

    Pagi itu, matahari masuk dengan lembut melalui celah gorden kamar. Aku terbangun lebih awal dari biasanya, namun rasa berat di dadaku membuatku enggan beranjak dari tempat tidur. Pikiranku masih penuh dengan bayangan Andi dan Rere di Mal Srikandi kemarin. Bahkan ketika aku mencoba mengalihkan pikiran, perasaan cemburu dan ragu terus menghantuiku.”Tapi kenapa mereka sangat mirip, seperti kembar?” tanyaku pada diri sendiri lirih.Andi masih tertidur di sebelahku. Wajahnya terlihat damai, seakan tidak ada beban yang ia pikul. Namun, di mataku, wajah itu kini menyimpan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Siapa sebenarnya Rere baginya? Apakah aku terlalu naif mempercayainya tanpa syarat?Perlahan, aku bangkit dan menuju dapur. Aku memutuskan membuat sarapan sederhana, teh hangat dan roti panggang. Tapi tangan ini gemetar saat memegang pisau. Pikiranku melayang pada kata-kata Vanya. Kepercayaan itu bisa jadi senjata makan tuan. Apa mungkin aku salah menaruh kepercayaan pada Andi?“Git, k

    Last Updated : 2025-01-04
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 54. Bukti yang Mengguncang

    Tangan ini gemetar saat memegang ponsel. Pesan dari Vanya terpampang jelas di layar, membuat pikiranku bimbang. Apa benar aku harus melihat bukti yang ia tawarkan? Atau mungkin ini hanya cara lain Vanya untuk memecah belah aku dan Andi?Aku menggigit bibir, mencoba menenangkan diriku. Tapi rasa penasaran itu terlalu kuat untuk diabaikan. Aku mengetik balasan singkat: “Kirim saja.”Beberapa detik kemudian, sebuah foto masuk. Dalam foto itu, Andi terlihat berdiri di depan Mal Srikandi, berbicara dengan Rere. Mereka tampak serius, tapi ada sesuatu di ekspresi Andi yang membuatku bertanya-tanya. Dia tidak terlihat seperti pria yang sedang berselingkuh. Meski begitu, kedekatan mereka jelas terlihat, dan itu cukup untuk membuat hatiku terasa diremas.Pesan lain masuk dari Vanya: “Aku nggak tahu apa maksud pertemuan mereka, Kak. Tapi aku pikir kamu berhak tahu. Jangan sampai kamu dibohongi.”Aku mengepalkan tangan. Satu sisi diriku ingin langsung menghadapi Andi, tapi sisi lain takut kalau ak

    Last Updated : 2025-01-04
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 55. Jejak yang Mengabur

    Rasa bingung dan curiga membawaku kembali ke rumah dengan kepala penuh pertanyaan. Apa mungkin Rere benar-benar tidak mengenal Andi? Tapi foto itu jelas menunjukkan mereka berbicara. Wajah Andi tampak jelas dalam foto itu, berdiri di depan Mal Srikandi, berbicara dengan Rere. Aku mencoba mengingat setiap kata yang keluar dari mulutnya, mencoba mencari celah yang bisa memberiku jawaban.Sore itu, aku duduk di ruang tamu, memainkan ponselku dengan gugup. Perasaan gelisah ini semakin menjadi-jadi. Di satu sisi, aku ingin mempercayai Andi, tapi di sisi lain, ada sesuatu yang terus membisikkanku bahwa aku harus mencari tahu lebih jauh.Pintu depan terbuka, dan Andi masuk dengan langkah lelah. Kemejanya basah oleh keringat, dan kantung belanja ada di tangannya. Wajahnya yang biasanya penuh senyum kini tampak lebih serius, seolah ada sesuatu yang sedang dipikirkannya.“Mas,” panggilku pelan.Dia menoleh, memberikan senyum tipis. “Ada apa, Git?”Aku berdiri, ragu-ragu untuk langsung mengungkap

    Last Updated : 2025-01-04
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 56. Ketidaknyamanan Menjelang Pertemuan

    ”Siapa yang mengirim pesan itu, aku coba hubungi Wibunya tidak ada respon,” gumamku sepanjang jalan kembali.Aku melamun hingga sampai di rumah, bahkan ada pesan masuk dari Ibu. Menginggatkan acara pertemuan kasta. Lokasinya tidak jadi di rumah. Kakek memindahkan tempatnya. Hanya seperti angin lalu. Sampai aku sudah berada di dalam kamar.Aku terdiam tepat di depan kaca, sambil menatap wajahku dan beberapa susunan make up. Tidak lama pintu kamar terbuka mas Andi menghampiriku.Di belakangku, mas Andi berdiri dengan sabar. Sosoknya yang tinggi dan tenang tampak bertolak belakang dengan kekhawatiranku.“Aku nggak mau pergi, Mas,” gumamku akhirnya. Aku menatap Andi lewat pantulan cermin, sorot mataku penuh beban. “Apa gunanya? Nanti kita cuma dihina lagi. Aku capek jadi bahan lelucon mereka.”Seolah perseteruan kami tentang Rere teralihkan begitu saja, masalah yang menjadi pikiranku kali ini terfokus pada acara kasta yang harus aku hadiri.Andi melangkah mendekat dan berhenti tepat di bel

    Last Updated : 2025-01-05
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab  57.  Sambutan Beracun  

    Setibanya di acara pertemuan kasta keluarga Wicaksono, kemewahan langsung menyambut kami. Karpet merah terbentang megah, chandelier kristal menggantung anggun di langit-langit, dan orkestra memainkan musik klasik yang semakin mempertegas suasana eksklusif ini. Aku menggenggam lengan Andi lebih erat, mencoba mengumpulkan keberanian. Namun, kegelisahan dalam hatiku sulit sekali untuk diabaikan.“Mas, aku merasa seperti alien di sini,” bisikku pelan sambil mencuri pandang ke para tamu yang berpakaian mewah. Gaun biru mudaku terasa begitu sederhana dibandingkan dengan gaun-gaun berkilau para wanita di sekitar kami.Andi tersenyum dan menoleh padaku. “Kalau kamu alien, berarti aku ini apa? Astronot yang mau nemenin kamu keliling galaksi?” katanya dengan nada bercanda, membuatku tertawa kecil meski rasa canggung tetap menyelimuti.Baru saja kami melangkah masuk, suara tajam yang sangat aku kenal menghentikan langkah kami. Ibu, Ana, mendekati kami dengan senyuman sinis yang langsung membuat t

    Last Updated : 2025-01-05
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 58. Munculnya Laras  

    Di tengah acara yang semakin terasa menegangkan, aku merasa seolah-olah terjebak dalam sebuah drama yang tak berujung. Setiap kata yang terucap di antara kami seakan berisi lapisan-lapisan ketegangan, semua berkutat pada bisnis keluarga dan tradisi yang berat. Pandanganku menyapu ruangan, dan aku merasa semakin terperangkap dalam atmosfer yang penuh dengan ketidaknyamanan.”Aku ngak nyaman, sesak di sini,”gumamku lirih mengeluh.Andi duduk di sampingku, senyumannya lelah, mencoba untuk mengerti situasi, meskipun jelas raut cemas mulai terlihat di wajahnya. Aku bisa merasakannya, betapa beratnya bagi dia untuk berada di sini, di tengah keluarga yang penuh dengan tatapan sinis dan kata-kata tajam yang seolah tak pernah berhenti mengarah padaku.”Sabar, ada kejutan nantinya,” ujarnya tetap berusaha terlihat nyaman.”Kamu sok nyaman mas, padahal kamu juga bosan,” protesku yang di balas senyuman dan tatapan tajamnya.Namun, tiba-tiba, di tengah obrolan yang semakin panas, seseorang muncul d

    Last Updated : 2025-01-05
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 59. Arena Sindiran  

    Makan malam itu seperti dirancang untuk menjadi panggung drama penuh jebakan. Setiap kata yang keluar dari mulut Gunawan terasa seperti pisau, tepat mengincar titik paling rentanku. Sejujurnya, aku merasa seperti sedang ditonton dalam acara yang sengaja dibuat untuk membuatku tak nyaman.Gunawan, dengan senyum sinisnya yang seperti trademark, memulai. "Andi, sekarang kerja apa? Masih buruh serabutan?"Aku menahan napas. Rasanya semua orang di meja ini sedang menatap kami, menunggu reaksiku. Tapi Andi, seperti biasa, tetap tenang. Bahkan dia tersenyum, senyum tipis yang jelas-jelas adalah bentuk kontrol diri."Sekarang jadi kurir, Mas," jawabnya santai. "Lumayan, kerja sambil olahraga."Aku bisa merasakan suasana di meja berubah. Udara jadi lebih kaku. Aku tahu Gunawan belum selesai.Gunawan tertawa keras, seperti sengaja menarik perhatian semua orang. "Kurir? Wah, cocok banget sama kamu! Pantesan si Inggit kelihatan makin kurus, ya. Pengaruh dari suami kayaknya."Kalimat itu menghanta

    Last Updated : 2025-01-07
  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 60. Gunawan Membeku

    “Apa aku terlalu keras tadi?” bisik Laras, sembari menyesap air mineral dari gelasnya.Aku menggeleng kecil. “Tidak, kamu melakukan hal yang benar. Mereka butuh mendengar itu, terutama Gunawan.”Walau sebenarnya aku tahu, pasti mereka akan melakukan segala cara untuk membuat mas Andi dan aku malu nantinya. Hanya sampai saat ini kakek Wicaksono masih belum terlihat.Laras tersenyum tipis, seolah lega. “Kadang, aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak melewati batas.”“Kalau pun iya,” balasku sambil menatapnya, “itu batas yang memang sudah seharusnya dilanggar.”Laras tertawa kecil, melonggarkan suasana yang sempat tegang beberapa saat sebelumnya. Namun, sebelum percakapan kami berlanjut, aku menangkap tatapan samar seseorang yang duduk tidak jauh dari kami.Dia terlihat sibuk berbicara dengan orang di sebelahnya, tapi aku tahu dia mendengar. Cara dia melirik sesekali, dengan sudut senyumnya yang tipis, sudah cukup memberi tanda bahwa dia tahu ada sesuatu yang terjadi di meja ini.“Si

    Last Updated : 2025-01-07

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 66. Identitas Hampir Terungkap

    "Kalau kamu merasa dirugikan, Gunawan," Laras melanjutkan dengan senyum yang penuh arti, "lebih baik kita bicara seperti orang dewasa. Tidak perlu mengerahkan tangan untuk membuktikan siapa yang lebih kuat. Kalau mau berdebat, mari berdiskusi dengan tenang." Nadanya sepertinya sedikit mengejek, namun tetap penuh dengan kelas dan kecerdasan. Laras selalu punya cara untuk melontarkan sindiran tanpa kehilangan kewibawaannya.Gunawan menatap Laras dengan penuh kebencian, namun dia tidak melawan. Ada semacam kebingungan yang terpancar dari wajahnya dan aku tahu, dia sedang berjuang untuk mengendalikan dirinya.Tapi, apa yang bisa dilakukan seseorang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia bukanlah satu-satunya yang berkuasa? Aku bisa merasakan ketegangan semakin meningkat, tapi ada hal yang lebih besar yang sedang terjadi di balik semua ini.Mas Andi, dengan ketenangannya, malah menunjukkan pada kita bahwa kadang keheningan lebih berbicara banyak daripada kemarahan.Aku menyandarkan p

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 65.Kesabaran yang Membayar  

    Suasana ruangan itu terasa begitu padat. Ketegangan yang semula meletup, kini mulai mereda, namun ada bekasnya. Aku bisa merasakan udara di sekelilingku yang terasa berat. Andi, meskipun baru saja dijatuhkan dan dihina dengan begitu kejam, tetap berdiri tegak.Ada ketenangan dalam dirinya yang benar-benar memukau. Aku selalu tahu dia tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, tapi aku tak pernah menyangka dia bisa tetap sabar dan tenang dalam kondisi yang begitu memanas.Mas Andi menatap Gunawan sejenak, matanya tajam, tetapi tidak menunjukkan rasa marah sedikit pun. Dia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk karena luka kecil akibat terjatuh dan dengan senyum tipis, dia berkata, “Saya mungkin jatuh, tapi itu tidak membuat saya kalah. Kalau ada yang mau berdiskusi lebih jauh, saya di sini.”Aku terdiam sesaat, terkesima oleh cara Mas Andi menghadapinya. Dia begitu santai, bahkan bisa tersenyum dalam situasi yang hampir tidak bisa dipercaya ini. Setiap kata yang keluar dari mulutnya t

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 64. Reaksi Gunawan  

    “Tidak masuk akal,” gumam Naysila yang menatapku tajam.Aku merasakan ketegangan yang semakin membara di ruangan itu. Suara detak jantungku terdengar begitu keras, hampir bersaing dengan suara langkah kaki Gunawan yang kini berdiri dengan ekspresi yang tidak bisa kuartikan. Semua mata tertuju padanya, dan aku bisa merasakan hawa panas yang mulai menyelimuti ruangan. Aku tahu dia pasti marah, marah yang meledak-ledak dan tak terkendali.Gunawan berdiri dengan wajah yang memerah, seolah amarahnya memuncak. "Kek," katanya dengan suara yang hampir bergetar karena kekesalan. "Apa ini tidak terlalu berlebihan? Andi bahkan belum lama menjadi bagian dari keluarga besar ini. Saya yang sudah lama mengabdi dan bekerja keras, kok bisa begitu saja disingkirkan? Ini tidak adil!"Aku menatap Gunawan dengan cemas. Suaranya menggelegar, mengisi ruang makan yang sebelumnya tenang. Aku bisa merasakan gemuruh amarahnya yang hampir tidak bisa dibendung.“Ini bukan keputusanku, akupun tidak tau kalau Andi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 63. Perwakilan Resmi yang di Percaya.  

    Kata-kata itu menggantung di udara seperti petir yang menggelegar. Aku bisa merasakan dadaku berdetak lebih cepat, hatiku penuh dengan pertanyaan. “Komisaris Bramasta Group?” pikirku, masih mencoba mencerna apa yang baru saja Kakek katakan.Bramasta Group adalah nama besar yang tak bisa dipandang sebelah mata. Itu adalah sebuah kerajaan bisnis yang menguasai banyak sektor, dari properti hingga teknologi, dan memiliki jaringan yang sangat kuat. Jadi, bagaimana bisa Andi, yang selama ini dianggap hanya sebagai “kurir,” menjadi perwakilan resmi yang dipercayakan untuk membawa pesan dari mereka?Aku menatap mas Andi dengan rasa bangga yang semakin dalam, meskipun aku tahu bahwa ini adalah awal dari sebuah babak baru yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Namun, aku juga bisa merasakan adanya sebuah kegelisahan dalam hatiku. Bagaimana jika Kakek mengharapkan terlalu banyak dari mas Andi? Apa yang sebenarnya akan terjadi selanjutnya?Ibu Ana yang duduk di sebelahku, terlihat semakin pucat

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 62. Pengumuman Mengejutkan

    “Apa itu saya, Kek? Tentu saya siap untuk mewakili The Next King Bramasta,” kata Gunawan dengan nada yang lebih tinggi, seolah-olah sudah menganggap dirinya sebagai pilihan utama. Matanya sedikit menyipit, berharap agar Kakek menanggapi dengan cara yang sama seperti yang dia harapkan.Namun, Kakek hanya mengangguk pelan, memberikan jeda yang semakin menambah ketegangan di ruangan itu. Semua orang, termasuk aku, menunggu dengan cemas. Apa yang akan Kakek katakan selanjutnya?Aku setelah mendengar ucapan Gunawan juga sempat berpikir hal yang sama, kalian tau dia posisinya juga lumayan tinggi di mal Srikandi untuk keluarga Wicaksono di banding yang lainnya.Kakek kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mas Andi dan sebuah senyum tipis muncul di bibirnya. “Tentu, saya rasa Andi yang akan menjadi perwakilan beliau. Dia yang akan menyampaiakan pesan dari The Next King Bramasta,” ujar Kakek dengan tegas.Suasana di ruangan itu seketika menjadi hening. Gunawan, yang tadinya merasa yakin bah

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 61. Kedatangan Kakek Wicaksono  

    Suasana yang tadinya sedikit tegang dan penuh sindiran berubah seketika. Saat pintu ruang makan terbuka dengan suara berderit, semua mata langsung tertuju pada sosok yang masuk. Kakek Wicaksono, yang selalu memiliki daya tarik tak terelakkan, berdiri dengan tegap di ambang pintu. Semua tamu yang semula tenggelam dalam percakapan mereka langsung berdiri, memberikan penghormatan dengan sikap yang penuh respek, seolah-olah dunia di sekitar kami tiba-tiba berhenti sejenak.Kakek Wicaksono adalah pusat gravitasi di keluarga ini dan kehadirannya selalu membuat ruang penuh dengan wibawa, tanpa perlu berkata banyak. Senyum ramah namun penuh kekuatan itu, yang selalu aku lihat sejak kecil, masih sama, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang menyiratkan bahwa dia membawa kabar penting.“Apa kabar, semuanya?” Kakek menyapa dengan suara tegas namun penuh kehangatan. Matanya yang tajam memindai satu per satu wajah yang hadir, memberi kesan bahwa dia mampu menilai apa pun hanya dengan

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Bab 60. Gunawan Membeku

    “Apa aku terlalu keras tadi?” bisik Laras, sembari menyesap air mineral dari gelasnya.Aku menggeleng kecil. “Tidak, kamu melakukan hal yang benar. Mereka butuh mendengar itu, terutama Gunawan.”Walau sebenarnya aku tahu, pasti mereka akan melakukan segala cara untuk membuat mas Andi dan aku malu nantinya. Hanya sampai saat ini kakek Wicaksono masih belum terlihat.Laras tersenyum tipis, seolah lega. “Kadang, aku hanya ingin memastikan bahwa aku tidak melewati batas.”“Kalau pun iya,” balasku sambil menatapnya, “itu batas yang memang sudah seharusnya dilanggar.”Laras tertawa kecil, melonggarkan suasana yang sempat tegang beberapa saat sebelumnya. Namun, sebelum percakapan kami berlanjut, aku menangkap tatapan samar seseorang yang duduk tidak jauh dari kami.Dia terlihat sibuk berbicara dengan orang di sebelahnya, tapi aku tahu dia mendengar. Cara dia melirik sesekali, dengan sudut senyumnya yang tipis, sudah cukup memberi tanda bahwa dia tahu ada sesuatu yang terjadi di meja ini.“Si

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 59. Arena Sindiran  

    Makan malam itu seperti dirancang untuk menjadi panggung drama penuh jebakan. Setiap kata yang keluar dari mulut Gunawan terasa seperti pisau, tepat mengincar titik paling rentanku. Sejujurnya, aku merasa seperti sedang ditonton dalam acara yang sengaja dibuat untuk membuatku tak nyaman.Gunawan, dengan senyum sinisnya yang seperti trademark, memulai. "Andi, sekarang kerja apa? Masih buruh serabutan?"Aku menahan napas. Rasanya semua orang di meja ini sedang menatap kami, menunggu reaksiku. Tapi Andi, seperti biasa, tetap tenang. Bahkan dia tersenyum, senyum tipis yang jelas-jelas adalah bentuk kontrol diri."Sekarang jadi kurir, Mas," jawabnya santai. "Lumayan, kerja sambil olahraga."Aku bisa merasakan suasana di meja berubah. Udara jadi lebih kaku. Aku tahu Gunawan belum selesai.Gunawan tertawa keras, seperti sengaja menarik perhatian semua orang. "Kurir? Wah, cocok banget sama kamu! Pantesan si Inggit kelihatan makin kurus, ya. Pengaruh dari suami kayaknya."Kalimat itu menghanta

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat    Bab 58. Munculnya Laras  

    Di tengah acara yang semakin terasa menegangkan, aku merasa seolah-olah terjebak dalam sebuah drama yang tak berujung. Setiap kata yang terucap di antara kami seakan berisi lapisan-lapisan ketegangan, semua berkutat pada bisnis keluarga dan tradisi yang berat. Pandanganku menyapu ruangan, dan aku merasa semakin terperangkap dalam atmosfer yang penuh dengan ketidaknyamanan.”Aku ngak nyaman, sesak di sini,”gumamku lirih mengeluh.Andi duduk di sampingku, senyumannya lelah, mencoba untuk mengerti situasi, meskipun jelas raut cemas mulai terlihat di wajahnya. Aku bisa merasakannya, betapa beratnya bagi dia untuk berada di sini, di tengah keluarga yang penuh dengan tatapan sinis dan kata-kata tajam yang seolah tak pernah berhenti mengarah padaku.”Sabar, ada kejutan nantinya,” ujarnya tetap berusaha terlihat nyaman.”Kamu sok nyaman mas, padahal kamu juga bosan,” protesku yang di balas senyuman dan tatapan tajamnya.Namun, tiba-tiba, di tengah obrolan yang semakin panas, seseorang muncul d

DMCA.com Protection Status