Pukul 21.00 WITA ponsel Mario di nakas berbunyi, sebuah panggilan masuk dari Inez tertera di layar ponsel itu. Tangan kanan Mario terulur meraih benda pipih berisik itu dengan mata terpejam. Kelopak matanya sulit membuka karena kelelahan bercinta sepanjang sore tadi hingga ia melewatkan makan malam. Wanita tanpa busana itu bergelung nyaman di bawah ketiak Mario. Kedua tangannya serta kaki kirinya melilit tubuh kekar Mario. Dia terbangun karena bunyi berisik dering telepon, tetapi ia tak berbicara sepatah kata pun dan hanya mendengarkan pembicaraan pria itu."Halo, Nez. Hmm ... maaf, Mas kecapekan terus tidur tadi sore—ohh, baguslah. Reyvan sehat 'kan? Besok pagi kutelepon lagi ya, ini mau pergi cari makan malam. Oke, bye!" Mario mengakhiri perbincangan singkatnya dengan Inez lalu memeriksa apa ada pesan lain di inbox ponselnya. Ternyata ada sebuah pesan dari Justin yang menanyakan kenapa tidak kunjung menghubunginya sejak sore lalu berpamitan pergi ke Hardrock Cafe di Kuta, sedangka
Sudah beberapa bulan Meirasty dan Edward menjalani tour dengan kapal pesiar New Starlet Goddess. Kehamilan wanita muda itu tak bisa lagi ditutupi, perutnya membuncit dan badannya mulai lebih berisi dibanding ketika masih lajang dulu.Beberapa hari lagi kapal pesiar itu akan sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tentunya Edward merasa begitu bersemangat, rencananya untuk membalaskan dendamnya akan segera tercapai. Dia pun menanamkan ide-idenya ke dalam otak istrinya mengenai bagaimana mereka akan merawat kehamilan itu."Kita memang sebaiknya tinggal bersama keluarga kakakmu Mario saja, Mey. Istrinya 'kan sudah beberapa kali punya bayi pastinya," ujar Edward saat mereka sedang duduk makan malam di restoran kapal.Tanpa merasa curiga Meirasty pun menjawab suaminya, "Kak Edu benar, Mbak Inez itu memang sudah pengalaman merawat bayi. Paling nggak anaknya sama Mas Mario kan masih batita, aku mungkin bisa latihan dulu merawat Reyvan sementara menunggu bayiku sendiri lahir nanti."Denga
Seiring berjalannya waktu, hubungan affair rahasia Mario dengan Anna Bianca Blanche semakin intens. Wanita bule Amerika itu begitu pandai membuat Mario tertarik secara seksual. Pertemuan mereka di luar negeri terutama di California atau New York semakin sering, apalagi Mario sering didaulat untuk memberikan coaching sebagai atlet pro MMA di Negeri Paman Sam itu.Federasi yang menaungi para atlet pro MMA yang berpusat di New York menjadikan Mario sebagai atlet senior yang dapat dijadikan kiblat gaya bertarung MMA yang baik dan mematikan. Hal itu dikarenakan ia sering membuat lawannya K.O di atas arena octagon.Anna Bianca Blanche semakin tergila-gila saja ketika ia melihat Mario bertarung ganas di atas ring octagon menghajar lawan-lawan tarungnya. Setiap kali Mario menyelesaikan turnamen MMA baik di Amerika maupun Eropa, selebriti holywood itu juga minta dihajar di atas ranjang. Dan nampaknya Mario tak jua kehabisan stamina, dia selalu memberikan kepuasan maksimal bagi kekasih gelapnya
Justin dengan gusar merangsek masuk ke kamar hotel tempat Mario menginap. Ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri Anna Bianca Blanche duduk di atas ranjang hanya tertutupi oleh selimut dan kemungkinan besar tanpa mengenakan pakaian di tubuhnya. Pria itu menyugar rambut gondrong selehernya lalu berkacak pinggang. "Coba jelaskan kepadaku, Mas Mario! Katamu hubungan kalian sudah selesai saat bertemu di Bali waktu itu. Ini apa kalau begitu?!" desak Justin sarat emosi menatap tajam ke arah Mario.Sedangkan, Mario bersedekap terdiam bingung harus menjawab pertanyaan managernya. Sudah tiga bulan ini memang ia dan Anna Bianca menjalin affair panas yang tertutup dari publik. Justin pun mengatakan bagaimana ia bisa tahu dan konsekuensinya, "Mas Mario, ada yang melihat kalian bersama dan membuat postingan di medsos. Saat ini pun menjadi trending topik yang dibahas banyak netizen. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi dengan karir Mas Mario ke depannya kalau hubungan kotor ini terus dil
Pesawat Luftansa yang membawa pulang Mario dari Milan ke Jakarta mendarat di landasan Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 17.00 WIB. Dia turun dari pesawat bersama Justin dan Hernandes. Para pengawalnya yang telah stand by di pintu gerbang kedatangan penumpang international menunggu kehadirannya.Berita viral yang sempat menjadi trending topic semalam di media sosial menimbulkan kerumunan wartawan majalah gosip serta acara infotainment layar kaca. Itu adalah sebuah berita super hot karena Mario selama ini dikenal sebagai selebriti tanah air yang alim, sayang keluarga, dan jauh dari affair perselingkuhan.Sebuah daya tarik gosip yang tak kalah menariknya yaitu pasangan selingkuh Mario adalah selebriti holywood yang tengah naik daun. Film box office yang dibintangi Anna Bianca Blanche sangat laris di bioskop seluruh dunia. Wanita itu juga seolah menjadi obyek impian panas kaum Adam tua muda. Betapa beruntungnya Mario bisa bermantap-mantap ria dengan Anna Bianca Blanche.Kilatan blitz k
Selepas meninggalkan kapal pesiar mewah New Starlet Goddess, Edward dan Meirasty naik mobil Honda Jazz putih yang diantarkan oleh anak buah Edward ke Pelabuhan Tanjung Priok. Dia menyetir sendiri mobil yang baginya berharga murah karena ia terbiasa menggunakan mobil import Eropa. Tujuannya agar Inez dan Mario tidak curiga bila ia mengunjungi rumah mereka bersama Meirasty. Pertemuan ini sudah lama ia tunggu-tunggu, waktunya menyusup masuk ke dalam kehidupan pasangan laknat itu, pikirnya riang."Nanti kalau sudah sampai di daerah Perumahan Menteng Permai aku pandu arahnya, Kak," ujar Meirasty kepada Edward yang sedang sibuk menyetir di tengah hiruk pikuk lalu lintas siang kota Jakarta."Oke. Siap, Sayangku," sahut Edward mesra agar istrinya tidak curiga. Dia diam-diam merasakan kepuasan tersendiri. Dulu Mario, kakak Meirasty adalah suami kontrak Inez. Sama statusnya dengan dia sekarang bagi adik Mario itu tanpa gadis itu sadari, pernikahan kontrak yang mereka jalani menjadikan Edward s
Sore itu Edward sengaja mampir ke bakery Minuette, itu adalah sebuah perusahaan waralaba yang menjual berbagai kue lezat asal perusahaan Perancis. Memory pria itu masih segar untuk mengingat segala kenangan manis di Paris bersama pujaan hatinya. Kadang saat sore ia pulang ke rumah mewahnya yang balkon lantai tiganya menghadap ke Menara Eifel, Edward biasanya menikmati Strawberry Cheese Cake dingin bersama secangkir teh madu bersama Inez yang saat itu berstatus sebagai istrinya. "Totalnya empat ratus lima puluh ribu rupiah, Pak!" ucap pegawai kasir bakery Minuette kepada Edward yang berdiri di depan konter kasir.Pria ganteng mirip bintang drakor itu menyerahkan sebuah kartu debit ke kasir untuk menyelesaikan transaksi pembelian kue favoritnya dan Inez. Dia tersenyum sendiri, penasaran apa yang akan Inez pikirkan bila ia mengorek kenangan manis mereka dengan membawakan Strawberry Cheese Cake buatan Minuette."Silakan kuenya, Pak!" Petugas kasir itu menyerahkan bungkusan plastik beris
Edward dan Meirasty sudah tinggal hampir sebulan di rumah Inez, mereka banyak berinteraksi dengan Inez serta Reyvan, putera Inez yang berusia setahunan. Sedangkan, Mario sesekali saja menghabiskan waktu bersama mereka di rumah. Jadwal pekerjaan Mario sangat padat karena selain menjadi model top internasional, ia juga atlet MMA pro yang sering diundang kemana-mana untuk berbagi pengalaman dan melatih petarung-petarung baru.Melihat situasi yang bercelah itu Edward pun mulai menyusun rencana yang rapi agar ia bisa mendekati Inez kembali pelan-pelan. Entah kenapa ia pun merasa Mario sedikit berbeda dari yang dulu saat mereka bertemu di London dan memperebutkan Inez. Apa pria itu sudah bosan dengan istrinya? Pagi itu Mario sudah siap dengan koper di depan pintu kamar tidurnya. Dia meninggalkan kopernya dan berjalan ke ruang makan untuk sarapan pagi bersama Inez dan yang lainnya. Mario duduk di sebelah kursi istrinya dan menyapa, "Selamat pagi, Semuanya!" Dia mengecup pipi halus Inez."M
Tepat pukul 18.00 WIB, pesawat private jet membawa Edward dan Meirasty yang tetap dikawal oleh John Whitman beserta 2 rekan pengawal lainnya terbang menuju ke Amsterdam. Sekitar 16 jam durasi perjalanan itu tanpa mendarat transit sama sekali. Pukul 04.00 waktu Amsterdam mereka tiba di bandara, memang ada perbedaan waktu kedua negara yang lebih cepat 6 jam di Indonesia bagian barat dengan Amsterdam."Mey, kita check in hotel dulu saja buat istirahat, nanti pukul 11.00 baru mulai jalan-jalan ke kota," ujar Edward menggandeng tangan Meirasty menuruni undakan pesawat private jet itu."Aku ngikut rencana Kak Edu aja," sahut Meirasty mengikuti langkah-langkah lebar kaki suaminya yang bertubuh jangkung itu melintasi lobi bandara internasional Amsterdam. Mereka dijemput karyawan kantor VES dengan mobil SUV hitam merk buatan Belanda.Hotel yang dipilih Edward sengaja sama seperti saat dia menginap di kota itu bersama Inez, Inntel Hotels Amsterdam Zaandam. Saat memasuki kamar yang sama, dia t
"Halo, Pak Edward. Ada sebuah kiriman lukisan dari Nyonya Inez Jansen di kantor VES Jakarta," ujar David Sutomo, sekretaris pribadi Edward yang mengurusi kantornya yang ada di Jakarta Pusat.Pria itu mengerutkan keningnya, dia menduga itu pasti lukisan replika karya Rembrandt berjudul The Storm on The Sea of Galilee yang dulu pernah ia kirimkan untuk mengancam Inez. Kemudian ia pun bertanya, "Apa ada surat yang dikirimkan untukku juga, David?""Ada, Pak Edward. Saya belum membukanya, apa perlu saya fotokan isinya atau bacakan di telepon?" jawab David yang memang sedang memegangi sepucuk surat beramplop putih dengan tulisan tangan di alamat tujuan penerima."Bacakan saja, tapi nanti fotokan juga dan kirim ke nomorku, oke?" balas Edward lalu diam menunggu sekretarisnya membacakan surat dari Inez.David pun membacakan isi surat dari Inez itu, "Hai, Mas Edward. Semoga kabarmu baik-baik saja di sana. Inez ingin mengembalikan lukisan ini, aku harap Mas sudah mengakhiri dendam yang ada di an
Seusai makan malam di rumahnya yang ada di Paris bersama keluarga kecilnya, Edward duduk sendiri dalam ruang kantor rumahnya. Di genggaman tangannya ada beberapa lembar kertas bertuliskan "Surat Pernikahan Kontrak" dimana pada bagian bawah dari surat itu terdapat tanda tangan Meirasty dan juga tanda tangannya sendiri. Sudah hampir 2 tahun ini dia mengenal Meirasty, segalanya berjalan di luar dugaannya. Rencana awalnya untuk menghancurkan rumah tangga Inez dan Mario menggunakan adik kandung Mario memang awalnya berhasil. Namun, dalam perjalanannya justru dirinyalah yang terjerat dalam perasaan cinta yang sulit untuk ditepis olehnya.Inez terlalu keras kepala baginya, wanita itu lebih memilih untuk menjadi gila dibanding merelakan dirinya menjalin percintaan dengannya. Sungguh mengecewakan!Dari informan yang dia bayar untuk memata-matai Inez di rumah wanita itu yang ada di Jakarta, kondisi kesehatan mental dan kejiwaan Inez berangsur pulih sekalipun pada akhirnya dia berhenti bekerja
Sekalipun pernikahan kali ini adalah yang kedua bagi Clara, tetapi dia masih merasakan debaran kencang di dadanya saat mendengar calon suaminya mengucap janji di hadapan penghulu. Ketika semua mengucapkan kata "SAH", dia dan Tristan menghela napas lega. Sekarang mereka berdua adalah pasangan suami istri resmi di mata hukum dan agama."Tris, nitip puteri kesayanganku ya! Tolong kamu bahagiakan dan jaga dia selalu," pesan Inez saat dia menerima sujud sungkem mohon doa restu orang tua dari Tristan, menantu barunya.Kemudian dengan yakin Tristan pun menjawab, "Pasti, Nez. Ehh—Mama Mertua ... aku pasti serius jagain Clara. Mohon doa restunya ya!" Mario yang diam-diam mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Tristan pun mendengkus geli. Pasalnya, kedua orang itu pernah terlibat cinta terlarang, sebuah one-night-stand. Dan itu pun karena Tristan merasakan obsesi cinta yang hampir sama dengan Edward. Bedanya, takdir berbicara lain untuk hubungan kedua pria itu dengan Inez."Mama ... Clara, m
Hari-hari selanjutnya setelah Inez kembali ke Jakarta terasa menenangkan. Dia memang terkadang seperti melamun saat sedang sendirian. Namun, histeria mimpi buruknya berangsur mulai jarang muncul. Mario pun mendukung penuh proses pemulihannya dengan tidak memaksakan harus berhubungan suami istri secara intim. Baginya kesehatan mental kejiwaan istrinya jauh lebih penting dibanding memaksakan ego serta kebutuhan biologisnya.Pagi jelang siang itu Nyonya Valeria Jansen, mama mertua Inez dari mendiang suami pertamanya dulu mengunjunginya di rumah. Dia sudah mendengar cerita dari Clara serta Mario mengenai penculikan Edward. Sekalipun bagi dirinya sebagai orang awam terasa absurd peristiwa itu. Namun, begitulah kenyataannya ... ketika seseorang dibutakan oleh obsesi gila segalanya dihalalkan untuk mendapatkan keinginannya."Pagi, Inez!" sapa Nyonya Valeria yang masih begitu sehat berjalan tanpa alat bantu sekalipun rambut sepunggungnya sebagian besar telah memutih. Inez menoleh lalu berjal
Sepasang kekasih yang akan segera menikah beberapa hari ke depan itu duduk berdekatan di bangku ruang tunggu bandara. Clara melihat-lihat berita yang sedang menjadi trending topik di jagad maya melalui layar ponselnya, sedangkan Tristan yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu lebih tertarik untuk bermesraan dengan kekasihnya.Dia menempelkan badannya dan wajahnya kepada Clara sambil membelai rambut panjang dan wajah pacarnya itu dengan gaya pria yang sedang bucin. Mau tak mau Clara pun menjadi geli sendiri dengan tingkah pacarnya yang menggemaskan. Memang Tristan itu seorang CEO perusahaan berkelas nasional, smart, ganteng, perfectlah pokoknya. Namun, kelakuannya kalau sedang bersamanya seperti bocah yang manja begitu kekanak-kanakan. "Mas Tristan nggak lapar?" tanya Clara iseng.Tristan langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Clara. "Apa kamu lapar, Sayangku? Mau dibeliin apa?" tanyanya kembali."Hahaha. Hey, 'kan yang nanya duluan aku! Mas jawab dong," balas Clara ter
"TIIIDAAAAAKKKKK!!" Teriakan nyaring itu seolah memecah keheningan malam di kamar hotel bintang 5 di Swiss. Dengan segera Mario memeluk erat tubuh Inez yang bersimbah keringat dingin dan gemetaran. "Nez, tenang—kamu aman sama Mas sekarang! Edward sudah nggak ada lagi, dia nggak akan bisa ganggu kamu lagi!" bujuk Mario agar istrinya yang sedang mengalami serangan panik akibat trauma itu tenang.Perlahan tubuh Inez mulai rileks kembali dalam dekapan Mario. Kemudian Mario pun bertanya, "Apa kamu butuh minum obat penenang dari Dokter Martina, Sayang?""Sepertinya iya, Mas. Aku akan meminumnya, apa bisa tolong ambilkan?" jawab Inez dengan suaranya yang masih bergetar.Mario berjalan ke kopernya lalu mencari obat yang tadi ditebusnya di bagian farmasi Paracelsus Recovery. Ada keterangan nama obat dan fungsinya di label pembungkus obat yang berjumlah 3 macam itu. Dia memilih tablet kecil berwarna putih bertuliskan 'if necesarry' (bila perlu) yang hanya diberikan pada kondisi serangan panik
Perjalanan udara Jakarta-Zürich menghabiskan waktu sekitar 19 jam lebih, sangat melelahkan memang. Akan tetapi, Mario terlalu rindu kepada Inez. Dia membiarkan Justin dan Hernandes check in ke hotel untuk beristirahat, sedangkan dirinya langsung naik taksi ke Paracelsus Recovery.Dalam perjalanan mobil itu Mario berusaha menenangkan dirinya untuk menghadapi situasi buruk apa pun yang tengah terjadi pada istrinya. Hal yang di luar perkiraan bila Edward mau melepaskan Inez setelah berbulan-bulan lamanya menculiknya. Pastilah ini bukan sesuatu yang Edward sukai karena pria itu terobsesi begitu gila kepada Inez."Sir, Anda sudah sampai di tempat tujuan," ucap sopir taksi yang mengantarkan Mario dari bandara tadi. Mario pun membayar ongkos perjalanannya sesuai argo lalu turun tanpa kopernya. Tadi dia menitipkannya ke Justin untuk disimpan di kamar hotel. Pusat rehabilitasi mental dan ketergantungan obat itu sangat mewah. Karyawan yang bekerja di sana juga sangat kompeten dan nampak profes
Malam itu Mario masih duduk bersandar dengan bantal di kepala ranjangnya sambil memeriksa akun sosial medianya yang mendapat banyak direct messages dari para penggemarnya. Dia tidak membaca isinya hanya mencoba peruntungannya siapa tahu Inez menghubunginya via DM sosial media Mario Chandra official seperti dulu saat dibawa kabur oleh Edward.Suara notifikasi pop up masuk ke ponsel yang tengah ia genggam dan Mario sontak terperangah. User bernamakan Edward L. Sinaga mengiriminya pesan, dengan segera ia menerima permintaan kiriman pesan itu lalu membaca isinya.'Ini aku, Edward. Kalau kau ingin menjemput istrimu, aku akan mengembalikannya dengan beberapa syarat.' Itulah isi pesan dari Edward untuk Mario. "Ohh God, orang psiko itu online, aku harus segera membalasnya!" ucap Mario heboh sendiri lalu mengetikkan balasan pesan untuk Edward.'Oke, aku akan jemput Inez. Katakan syaratnya, Edward!' Jawaban pesan Mario cepat dikirim.Di sisi Edward, pria itu merutuk kesal setengah tak ikhlas m