Share

Sensitif

Penulis: Reina Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pergi liburan dengan penuh tawa sedangkan pulang dengan menekuk muka.

Ya, entah kenapa perasaanku jadi sangat sensitif. Masalah Arsen yang kemarin mengintip akun sosial medianya Keyla masih membuatku kesal dan enggan bicara padanya.

Beberapa kali Arsen terus menjelaskan, beberapa kali juga ia meminta maaf dan mencoba untuk meluluhkan rasa marahku, namun ... aku tetap saja marah padanya.

"Sayang, jangan diem gini terus, dong! Malu sama ibu, masa pulang honeymoon malah diem-dieman gini!" ucap Arsen begitu kami tiba di bandara.

"Tau, ah! Aku lagi bad mood!" sahutku singkat.

"Eh, eh, itu, awaaas!"

Brukk!

Aku meringis saat jatuh tersungkur karena ulah Arsen. Entah apa yang membuatnya begitu terlihat panik dan berlari sampai-sampai ia menyenggolku.

Kekesalanku padanya kini semakin bertambah. Apalagi saat Arsen mengabaikan ku dan membiarkan aku bangun sendiri.

"Arseen?!" teriakku geram.

Kususul langkahnya yang begitu cepat dan ternyata ...

Hap!

Arsen menyelamatkan seorang wanita yang hampir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Sensitif 2

    "Alhamdulillah, kalian sudah pulang!" seru Bu Hanum menyambut kedatangan kami.Aku langsung memeluk beliau untuk menumpahkan rasa rindu. Sedangkan Arsen juga ikut nimbrung seraya bercanda. Aku yang memang masih kesal padanya langsung menepisnya dengan kasar lalu menggandeng tangan Bu Hanum menuju dapur. Membiarkan Arsen melongo sendiri di ambang pintu."Kamu, kok?"Bu Hanum nampak bingung dengan sikapku pada Arsen. Namun, aku enggan untuk menjelaskan dan malah mengalihkan pembicaraan dengan memuji aneka makanan yang tersaji."Iya, iya! Gak usah berlebihan gitu, ah! Gimana liburannya? Seru gak?" Bu Hanum malah kembali mengalihkan pembicaraan."Seru dong, Bu! Padahal kami masih betah, sebenarnya ingin menambah waktu barang dua atau tiga hari lagi. Cuma, gara-gara Bang Gavin yang katanya mau nikah, kita jadi pulang deh!" timpal Arsen.Aku hanya meliriknya dengan sinis saat Arsen berbicara seraya menggodaku."Oh, gitu ...," gumam Bu Hanum pelan. Sesekali ia menatapku dan Arsen secara ber

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Berantem

    "Astaga, Arsen?!" pekikku begitu aku masuk kamar.Kepalaku seketika terasa panas saat melihat kondisi kamar yang berantakan.Handuk basah tergeletak di atas kasur, baju dan celana kotor berceceran di lantai, sedangkan Arsen sendiri nampak sedang membongkar koper tanpa langsung memasukkan pakaiannya ke dalam lemari. Sepertinya ia memang sedang mencari sesuatu."Iya sayang ... kenapa?" tanyanya seraya tersenyum manja."Kamu ngapain sih, berantakin kamar? Kayak anak kecil aja tau gak sih?!" omelku seraya memungut satu persatu baju kotor yang ia biarkan begitu saja."Maaf, Ze! Aku lagi cari celana dalam. Kemarin kamu taro dimana sih?" ucapnya tanpa menoleh padaku. Kali ini Arsen nampak fokus mengacak-acak isi kopernya.Entah kenapa, melihat hal itu emosiku begitu memuncak. Sebagai seorang istri aku merasa tak dihargai. Aku membereskan pakaiannya ke dalam koper dengan sangat rapih, tapi dia malah mengacak-acak nya begitu saja. Apalagi saat ini aku juga sedang mencoba untuk membereskan kama

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Mungkin?

    "Sejak kapan Zea berubah?"Samar kudengar suara Bu Hanum bertanya. Suaranya sangat pelan bahkan terkesan seperti berbisik."Kalau gak salah, antara dua atau tiga hari kebelakang, deh Bu," sahut Arsen singkat.Aku yang merasa tak cukup hanya dengan menguping pembicaraan merekapun langsung mengintip. Kebetulan, posisi Arsen dan Bu Hanum yang sedang duduk di sofa itu membelakangiku. Jadi, aku bisa lebih leluasa melihat mereka berdua."Tadi, Zea juga mengomentari pekerjaan ibu. Ia protes soal piring yang dia anggap masih berdebu, katanya ... harusnya ibu lap itu piring meskipun gak dipakai," tutur Bu Hanum.Aku merengut mendengar hal itu. Kupikir, seharusnya Bu Hanum tak usah mengadukannya pada Arsen. Atau, apa mungkin Bu Hanum tersinggung dengan ucapanku?Padahal, selama ini aku juga gak pernah mengkritik apapun padanya. Semuanya selalu kulakukan sendiri jika ada sesuatu yang menurutku kurang. Hanya saja, untuk saat ini aku memang sedang lelah, apa salah jika aku berkomentar?"Apa? Zea

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Garis Dua

    Klek!Kuputar anak kunci dan membuka pintu secara perlahan. Senyum Arsen menjadi hal pertama yang kulihat begitu pintu terbuka."Udah ya, jangan ngambek lagi! Yuk, kita bobo!" ucap Arsen seraya meraih tanganku. Sepertinya kali ini ia sudah tidak marah lagi.Tok! Tok! Tok!"Pakeet!"Aku kembali menarik tangan dari genggamannya dan segera berhambur ke pintu utama saat mendengar suara diluar sana."Dengan Mbak Alifa Zea Amanda?" tanya kurir tersebut begitu aku membuka pintu."Iya, benar mas!" sahutku cepat. Aku segera mengambil paketnya dan langsung membayarnya secara cash. Rasanya aku begitu tak sabar untuk segera mencoba alat tersebut."Ze, kamu pesen apa malam-malam gini?" tanya Arsen yang baru saja menyusulku keluar."Ada, lah pokoknya!" sahutku singkat kemudian bergegas kembali kedalam.Aku menoleh saat ternyata Arsen membuntuti aku dari belakang. Saat hendak masuk ke kamar mandi, Arsen bahkan juga terlihat ingin ikut."Kamu mau ikut ke kamar mandi juga?" ketusku seraya memberinya

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Perkara Umur

    "Hai! Akhirnya kalian pulang juga!" seru Bang Gavin begitu kami membuka pintu.Pagi-pagi buta, aku, Arsen dan juga Bu Hanum sudah terbangun gara-gara bel yang terus berbunyi. Nyatanya, Bang Gavin sudah bertamu sepagi ini."Arggh ... loe ngapain sih, bertamu pagi-pagi buta gini? Ganggu orang aja! Masih ngantuk, tau!" celetuk Arsen membuatnya langsung mendapat cubitan dari Bu Hanum."Eh, berisik, loe! Gue mau ketemu Zea! Ada yang mau gue omongin!" ketus Bang Gavin seraya nyelonong masuk."Apa? Gak boleh! Ini masih terlalu pagi! Jangan bahas hal-hal berat dulu!" ucap Arsen."Apaan sih? Gak usah aneh-aneh deh, orang Bang Gavin mau ngomong, kok gak boleh?!" kesalku seraya menatap sinis padanya."Tuh, denger! Zea aja mau!" ledek Bang Gavin.Sedangkan, di samping itu, Bu Hanum malah pergi meninggalkan kami. Mungkin dia enggan melihat kami yang terus adu mulut setiap kali bertemu."Enggak boleh! Masalahnya, Zea lagi hamil muda. Dia gak boleh terlalu capek atau stres dulu!" ucap Arsen membuat

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Gelang Dalam Tas

    Siang ini aku sudah siap untuk berangkat, hanya tinggal menunggu taksi datang saja. Beberapa kali Arsen membujukku agar aku pergi bersamanya saja, namun ... entah kenapa perasaanku padanya selalu saja dipenuhi oleh kekesalan hingga aku enggan untuk dekat-dekat dengannya.Arsen juga nampaknya kesal. Ia meninggalkanku di teras dengan menekuk wajah."Ze, sini sebentar! Ibu mau bicara," ucap Bu Hanum yang baru saja keluar.Aku mengangguk. Lantas menghampirinya yang kini duduk di kursi teras."Kalian berantem lagi?" tanyanya."Iya Bu! Eh, enggak! Eh gimana, ya?" sahutku kikuk.Bu Hanum hanya tersenyum mendengar jawabanku. Ia kemudian meraih tanganku dan menggenggamnya lembut."Ibu paham apa yang sedang kamu alami saat ini. Soalnya, ibu juga pernah rasain," gumamnya."Beneran, Bu?" tanyaku antusias."Iya!" sahutnya."Dulu, sewaktu ibu mengandung Arsen, ibu juga bawaannya itu kesel mulu sama papahnya," sambung Bu Hanum."Kira-kira, berapa lama ya, Bu? Soalnya, aku juga ngerasa gak enak sama

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Lagi-lagi Dia

    "Begini saja, berapa harga gelang itu? Biar kubayar. Bila perlu, dua kali lipat!" ucap Arsen memotong pembicaraan diantara aku dan satpam yang terus menekanku untuk mengaku."Maaf, pak! Ini bukan perkara harga. Tapi, istri bapak sudah terbukti mencoba untuk mencuri. Itu adalah tindakan kriminal yang harus dipertanggungjawabkan. Kami rasa hukuman pantas istri bapak terima agar memberi efek jera," tuturnya.Brakk!Arsen menggebrak meja. Rahangnya terlihat mengeras dan sorot matanya begitu tajam."Kalian tidak lihat belanjaan kami?! Apa kalian pikir kami tak mampu membeli gelang seperti itu hingga harus mencuri?!" sentak Arsen membuat orang-orang bungkam."Cek CCTV sekarang juga! Aku yakin istriku tidak melakukan hal serendah itu. Jika sampai kalian salah, maka aku gak akan segan untuk menuntut kalian semua yang ada disini yang sudah memojokkan Zea!" sambungnya.Satpam yang sedari tadi mengintrogasiku dan bersikeras menuduhku itu langsung gelagapan."B-baik. Kita cek sekarang!" ucapnya g

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Kejahatan yang Terbongkar

    Sesampainya di Polsek. Aku dan Arsen segera turun. Tak lupa, Arsen juga memastikan bahwa satpam tadi juga ada bersama kami.Dengan tergesa, Arsen kembali menarik paksa wanita tadi untuk segera masuk."Selamat siang! Ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang polisi yang tengah berjaga."Saya mau membuat laporan!" tegas Arsen."Baik, silahkan duduk!" ucapnya.Arsen duduk di kursi yang sudah disediakan. Disampingnya wanita itu juga turut duduk. Sedangkan aku berdiri di belakang Arsen bersama satpam tadi."Siapa namanya, pak?" tanya polisi tadi seraya menatap Arsen."Arsen!" sahut Arsen singkat."Boleh nama lengkapnya?" tuturnya lagi."Arsenio Cleosa Raymond!" sahut Arsen cepat."Alamat?" polisi itu kembali bertanya. Setiap pertanyaan yang ia ajukan selalu dimintai jawaban yang detail.Arsenpun terus menjawab setiap pertanyaan yang ditujukan padanya. Hingga ujungnya polisi tersebut meminta KTP milik Arsen.Arsen mengernyitkan dahinya. Ia pun lantas bertanya balik."Maaf, pak! Disini saya ma

Bab terbaru

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Titik Bahagia

    Sudah genap satu bulan sejak kejadian mengerikan malam itu. Sejauh ini akhirnya aku dan Arsen bisa kembali bernafas lega. Menjalani hari dengan normal tanpa ada gangguan ataupun ancaman.Bang Gavin dan Keyla sendiri nampaknya juga sedang menikmati momen indah mereka sebagai pengantin baru. Ya, ternyata saran Arsen saat di rumah sakit disetujui oleh Bang Gavin. Mereka akhirnya pergi bulan madu tanpa harus membuat ulang pesta.Tadinya Arsen hendak membayarkan tiket untuk mereka sebagai hadiah, namun sepertinya Bang Gavin merasa kasihan pada kondisi keuangan kami yang sedang acak-acakan hingga ia menolaknya dengan halus."Ah, syukurlah, Ze! Akhirnya resto itu bisa kembali lagi ke tangan kita. Lusa, mungkin berkas-berkasnya sudah beres, jadi ... kita bisa kembali mengelolanya," ucap Arsen seraya duduk disampingku."Syukurlah. Semoga kali ini berjalan lancar," sahutku penuh harap.Aku baru saja hendak menyandarkan kepalaku di bahunya, akan tetapi dering ponsel justru membuat Arsen bangkit

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Keyla : "Ada yang lebih seru lagi?"

    "Sorry, gue gak bisa tepatin janji gue dulu!" ucap Arsen pada Bang Gavin yang baru saja datang.Sekarang Arsen sudah dipindah ke ruang rawat. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari tadi malam. Bahkan, dia baru saja menghabiskan semangkuk penuh bubur yang kuberikan."Wuih ... gak bisa gitu dong! Jangan mentang-mentang loe lagi sakit gini. Janji tetap janji, loe harus tepatin bro!" sahut Bang Gavin.Pria itu mengambil alih tempat duduk ku. Tatapannya dan Arsen saling beradu, hal itu membuatku sedikit khawatir, apa mungkin dalam keadaan seperti ini pun mereka akan tetap berantem?"Ya loe mikirlah! Memangnya dalam kondisi gue yang seperti ini gue bisa apa?!" ketus Arsen kemudian memalingkan wajahnya."Ya emangnya loe udah tau gue mau minta apa?" sahut Bang Gavin tak kalah sengit.Arsen kembali menoleh. Tatapan mereka kembali beradu. Untuk beberapa saat, keheningan terjadi hingga membuat suasana cenderung menjadi menegangkan."Hahaha!"Tawa mereka pecah bahkan hampir bersamaan.Aku, Keyla d

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Seperti Mimpi

    Lima pistol sudah mengarah ke kepala kami masing-masing. Tanganku sudah hilang rasa. Aku tak bisa menggambarkan ketakutan ku saat ini. Dalam hati, mungkin inilah akhir dari hidupku.Kutatap Arsen dengan lekat. Aku tak ingin kehilangan momen terakhirku untuk menatap wajahnya yang kini tak sadarkan diri.Dialah pria yang sudah membawaku kedalam cerita ini. Cerita yang penuh dengan konflik dan juga rahasia yang harus selalu kujaga.Dialah pria yang sudah membuatku jatuh cinta dengan segala kegilaannya.Dialah pria yang membuatku mengerti kenapa orang berkata bahwa cinta itu buta."Ze," Lirih Bu Hanum memanggilku.Aku menoleh padanya. Wajahnya sudah dibanjiri oleh keringat dan juga air mata.Kami sama-sama takut. Kami sama-sama tak bisa berbuat apa-apa."Tolong jangan bunuh aku! Aku gak tau apa-apa!" lirih Keyla.Pandanganku beralih pada Bang Gavin, ia memang nampak lebih tenang daripada kami. Namun, wajahnya tetap saja tak bisa menyembunyikan ketakutannya saat ini."Melenyapkan kami sebe

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Tak Sesuai Ekspektasi

    "Loh, tempat apa ini? Kok sepi banget?" gumam Keyla begitu kami sampai.Saat ini kami memang bukan mengunjungi kantor polisi tempat aku dan Arsen dijebak tempo hari.Erlangga, atau lebih tepatnya Jendral Erlangga suaminya Dokter Siska yang menurutku tak pantas dipanggil gelarnya itu memintaku untuk datang ke tempat ini.Ternyata selama beberapa hari kebelakang, Arsen dikurung di tempat kumuh dan terpencil ini. Mereka seharusnya tak pantas disebut sebagai polisi karena mereka menangkap untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri.Memang mereka tak sepenuhnya salah. Karena yang mereka tangkap dan mereka peras adalah orang yang salah juga. Hanya saja, apa yang mereka pinta sungguh diluar batas kemampuan manusia biasa sepertiku dan Arsen.Mereka benar-benar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan kami. Lalu, apa bedanya mereka dengan kami para penjahat?"Kamu yakin ini tempatnya, Ze?" tanya Bang Gavin seraya menoleh ke arahku."Menurut lokasi yang Dokter Siska share sih, benar

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Berbagi Rahasia

    Setelah acara selesai, aku dan Bu Hanum memilih untuk duduk di luar. Menjauh dari keramaian adalah salah satu cara kami untuk lebih menenangkan diri."Ze, kira-kira kita harus jual apalagi untuk mengumpulkan uang sebanyak itu?" ucap Bu Hanum memecah keheningan diantara kami."Entahlah, Bu. Bukannya yang kita punya saat ini hanya tinggal rumah itu saja?" sahutku."Jika rumah itu dijual, lalu dimana kita akan tinggal?" sambungku."Iya Ze. Kamu benar. Tapi, gimana kalau sebagian uangnya kita belikan rumah yang lebih kecil. Yang penting jumlah uang yang kita butuhkan bertambah," timpal Bu Hanum membuatku langsung mengangkat wajah."Tak ada salahnya juga sih, Bu! Ayo, kita tawarkan mulai hari ini juga, semoga bisa cepat laku!" ucapku antusias."Gak usah!"Bang Gavin tiba-tiba saja sudah berada dibelakang kami. Ia dan Keyla mulai mendekat menghampiri aku dan Bu Hanum."Aku ada cara lain buat membebaskan Arsen. Ya, semoga saja berhasil!" ucap Bang Gavin seraya duduk disampingku."Cara apa, b

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Rapuh

    Rumah, mobil, butik, dan juga restoran sudah terjual. Semuanya lenyap hanya dalam tiga hari. Itu juga berkat bantuan Bang Gavin, namun nyatanya uang yang diperlukan masih kurang banyak. Sedangkan, besok adalah hari pernikahan Bang Gavin dan Keyla.Entahlah!Aku tak bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Kini, yang tersisa hanyalah rumah yang kami tempati. Bahkan isinya saja sudah berkurang. Karena kami benar-benar menjual apapun yang bisa diuangkan."Bagaimana ini, Bu? Rasanya aku gak akan bisa hadir ke pesta jika Arsen tak ada," gumamku saat aku dan Bu Hanum sedang duduk berdua."Ibu juga pusing Ze," sahut Bu Hanum singkat.Hari ini Bu Hanum nampak lebih murung dari kemarin. Mungkin lelahnya sama denganku, atau justru mungkin lebih?"Bu?" Kuusap bahunya pelan saat ia tertunduk lesu."Kita pasti bisa, Bu! Katanya, doa seorang ibu dan istri itu menembus langit. Kita perkuat lagi doa dan ikhtiar nya, ya! Kita harus semangat!" ucapku mencoba untuk menguatkan.Menguatkan diri sendiri dan

  • Suami Idiotku Ternyata ....   271 T

    "Ya Allah ... cobaan apalagi ini?!" pekik Bu Hanum dengan tangan bergetar.Surat yang baru saja ia baca bahkan hampir terjatuh karenanya."Bagaimana menurut ibu?" tanyaku pelan."Entahlah, Ze. Apakah semua harta kita bisa cukup atau tidak untuk memenuhi perjanjian ini," sahutnya lemas."Tapi, ibu setuju 'kan untuk berusaha membuat Arsen bebas?" tanyaku lagi.Bu Hanum mengangkat wajahnya, ia lantas memberikan surat itu keatas pangkuanku."Ya tentu saja, Ze! Semua ini terjadi juga awalnya karena kesalahan ibu. Jika Arsen harus bertanggung jawab dan dihukum, maka ibu juga harus dihukum. Tapi, jika memang ada cara lain, kenapa tidak? Ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini," tutur Bu Hanum seraya beranjak dari duduknya."Ibu mau kemana?" tanyaku cepat kemudian menyusul langkahnya."Ibu mau ambil surat-surat penting. Hari ini juga, kita harus dapatkan uangnya!" tegas Bu Hanum membuatku langsung meneteskan air mata."Terimakasih, Bu!" ucapku bergetar kemudian memeluknya.Kamipun lantas

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Hitam diatas Putih

    "Ya tentu saja serius! Memangnya kamu pikir dengan uang itu nyawa orang-orang yang sudah melayang itu bisa kembali apa?" sinis Dokter Siska."Iya memang tidak. Tapi, uang sebanyak itu juga memangnya mau kalian apakan?" tanyaku geram."Ya buat kami nikmati lah! Kamu pikir tutup mulut itu gampang apa? Apalagi, ini soal tindak kriminal yang sangat besar. Gak mudah loh, buat kami menutupi sebuah kejahatan," timpal Dokter Siska yang disambut anggukan oleh suaminya."Biar saja, Ze! Gak usah tanggapi mereka. Mungkin, ini memang saatnya aku mempertanggung jawabkan semuanya. Aku minta maaf untuk selama ini, Ze!" ucap Arsen seraya merangkul bahuku."Uuh, so sweet!" cibir Dokter Siska."Nggak! Kamu gak boleh nyerah. Kamu udah terlanjur bawa aku kedalam hidupmu, Arsen. Jadi, kamu harus tanggung jawab padaku dan tetap bersamaku karena kita harus membesarkan anak ini bersama-sama," tekanku seraya mengusap perutku."Justru demi kamu dan anak kita. Aku tak akan sudi memberikan sepeserpun hartaku pada

  • Suami Idiotku Ternyata ....   Perjanjian Bersyarat

    "Tidak! Tolong lepaskan kami!" ucapku cepat.Pria itu tersenyum seraya mengalihkan tatapannya padaku. Ia menjentikkan jarinya lalu seorang wanita datang menghampirinya."Do-dokter Siska?" gumamku kala sudah melihat wanita itu dari dekat."Iya, ini aku. Dan ini, suamiku!" terangnya yang langsung membuatku ternganga."Oh, jadi ini suamimu?" desis Arsen seraya menatap Dokter Siska dan pria dengan name tag Erlangga."Iya, aku adalah istri seorang jendral. Bagaimana? Sudah merasa tertipu dengan aktingku selama ini?" tanya Dokter Siska seraya tersenyum kecut."Dokter Siska, tolong bebaskan kami. Arsen sudah berubah, ia tidak seperti yang kalian tuduhkan," ucapku mengiba."Zea, kamu tenang saja. Anggap sja disini, statusmu adalah korban, karena kamu juga pernah hendak dijual pada Pak Seno. Jadi, kamu tidak akan kami tahan," tutur Dokter Siska seraya menghampiriku.Polisi yang sedari tadi meringkus kedua tanganku kebelakang kini langsung melepaskannya begitu dapat perintah dari Dokter Siska.

DMCA.com Protection Status