Karena merasa penasaran, Rowena memutar kepala ke belakang dan dia mengikuti ke mana arah mata Ginny Torres memandang. Rowena mengerutkan alis sedikit kebingungan karena tak menemukan sesuatu yang memuaskan rasa penasarannya.“Hei, apa yang ingin kau tunjukkan padaku?! Kau ingin mengalihkan perhatianku lalu kabur dari sini? Bukankah seharusnya kau sadar itu mustahil?”Ginny Torres menggelengkan kepala, ia menelan ludah lalu berusaha mengangkat tangannya untuk bisa menunjuk ke sebuah poster kecil yang terpampang di sudut ruangan. Meski poster itu tak terlalu besar, Ginny yang memiliki mata sehat bisa melihat dengan cukup jelas informasi apa yang ada di dalam poster itu.“Sial! Apa yang sebenarnya ingin kau tunjukkan? Kau melihat hantu di ujung ruangan dan berharap aku percaya, begitu?!”“Ti.. Tida, Princess Rowena. Hanya saja…” Ginny Torres menggeser sedikit jari telunjuknya demi mengepaskannya ke sebuah titik. “Ba… Bagaimana bisa ada foto Tuan Forger di sana?...”Ginny Torres yakin ji
Rowena mengamati sekeliling untuk menemukan Fleur, tetapi sepertinya Fleur sedang keluar ruangan saat itu. Maka, Rowena menggunakan sisa tenaganya untuk merangkak mendekati lima anak buahnya yang tengah menghajar Richard.“Berhenti…” Rowena berteriak tetapi tak terdengar oleh siapapun sebab suaranya melemah tertelan rasa takut yang luar biasa. “Berhenti kalian, sialan….”Ginny Torres kebingungan melihat kejadian tersebut, meski ia tak mendengar ucapan Rowena, Ginny bisa menebak apa yang diucapkan oleh Rowena dari gerak bibirnya. Dengan mengumpulkan keberanian, Ginny Torres berteriak,“Berhenti!!! Princess Rowena meminta kalian untuk berhenti!”Lima bodyguard Rowena terpaksa menghentikan aktivitas mereka demi menoleh pada Ginny. Ginny segera mengarahkan telunjuknya kepada Rowena yang sedang merangkak di lantai dengan wajah pucat pasi.“Apa?! Princess Rowena, apakah anda diracuni?!!” kepala Bodyguard berlari menghampiri Rowena.“Princess Rowena, apa yang terjadi pada tubuh anda?!” Bodyg
Masalahnya, Rowena juga diberi tahu oleh ayahnya bahwa selama beberapa tahun terakhir, Richard King kabur dari rumahnya dan menggunakan nama belakang keluarga ibunya dalam penyamaran alih-alih menyandang nama agung King di belakang namanya. Maka, jika Richard Forger memanglah Richard King, Forger sebenarnya diambil dari nama belakang sang mendiang ibu.“Princess Rowena, bangunlah, anda sedang terlalu overthinking! Lihat, keadaan kita lebih penting. Aku yakin Richard entah Nona Torres pasti telah menaruh racun ke tubuh kita!”“Tidak… Feelingku mengatakan bahwa dia memanglah Tuan Muda King! Richard King sedang kabur dan menyembunyikan identitas aslinya untuk suatu keperluan, lihat, wajah keduanya bahkan identik!”Sejenak, seluruh Bodyguard Rowena menelan ludah demi mencerna ucapan sang Princess. Jika memang Richard Forger sama dengan Richard King, bukankan dunia mereka akan kiamat? Tak hanya mereka, seluruh keluarga mereka juga akan mengalami kesialan parah setelah menyinggung seorang p
Singa yang tertidur tetaplah seeokor singa. Meski tubuh Richard tampak tak berbahaya, memikirkan nama besar Alexander King membuat bodyguard Rowena tak sepenuhnya mengantongi keberanian untuk menikam jantung Richard.Bodyguard tersebut telah menggenggam bayonet cukup keras hingga ia merasa tangannya mati rasa. Dengan berjuang kembali mengumpulkan sisa kekuatannya, bodyguard Rowena mengangkat bayonet tinggi ke atas lalu bergerak cepat mengayunkannya ke bawah.“Bagus! Tikam jantungnya!”Rowena merasakan kemenangan sudah semakin dengan dengan dirinya.JLEB!Bayonet itu telah ditancapkan ke dada Richard.“Aaaaaaarrrhhhh!!!”Rowena terkejut, kepalanya nyaris pecah ketika telinganya mendengar tiga bodyguardnya ambruk ke lantai dan saling berteriak bersama-sama.“Apa yang terjadi?!”Rowena memekik khawatir, ditambah lagi, kali itu Rowena menyaksikan bayonet miliknya terjatuh ke lantai dengan sepercik darah terlihat muncul di ujung bayonet. Artinya, bayonet itu hanya menancap di dada Richard
‘Apa? Maksud ucapannya barusan? Dia… Apakah dia benar-benar melakukan sesuatu pada anak buahku di luar sana?’‘Tidak mungkin! Itu tidak mungkin terjadi. Dia berada di sini sepanjang waktu.’Rowena dilanda kebingungan atas ucapan Richard. Ia tak ingin percaya tetapi melihat tak ada tanda-tanda pergerakan sniper, Rowena menjadi pesimis. Dia yang tadinya masih memiliki simpanan sumpah serapah, kini mulutnya terbungkam oleh rasa takut.“A… Apa yang telah kau lakukan pada sniperku?” tanya Rowena dengan nada tercekat.Richard mengerutkan dahi lalu berujar. “Aku? Aku tidak melakukan apa-apa. Bukankah sedari tadi kau melihatku dipukuli anak buahmu?!”Kalimat yang dilontarkan Richard benar-benar membuat Rowena kebingungan. Jika bukan Richard yang melakukan sesuatu, apakah mungkin snipernya berkhianat? Tentu itu mustahil.“Katakan… Katakan apa yang sebenarnya terjadi?!”Richard mengangguk dan tersenyum sinis. Satu telunjuknya diarahkan ke sisi jendela apartemen lalu berkata, “Rowena, saat anak
Rowena ingin muntah, tetapi sekuat tenaga ia menahan sensasi yang bergolak di perutnya. Jika ia muntah saat itu juga, ia yakin Richard juga akan memaksanya untuk menelan kembali apa yang telah ia keluarkan.“B-Baik… Tuan Muda.” Rowena menjawab perintah Richard dengan patuh.Sekian detik, Rowena memaksa dirinya untuk menjilati cairan menjijikkan yang ada di sepatu Richard. Detik demi detik terasa seperti di neraka bagi Rowena. Tetapi, tampaknya Richard ingin menghadiahi Rowenah sesuatu yang lebih mengerikan dari neraka.“Ngomong-ngomong, sudah berapa korban tak berdosa yang harus kehilangan nyawa karena arogansi kekuasaanmu?!”Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang seharusnya tak ditanyakan. Rowena bergidik ngeri dan merasakan sensasi dingin menusuk-nusuk tulang belulangnya. Jika ia menjawab jujur, ia yakin Richard akan memenggal kepalanya mengingat korban meninggal yang diakibatkan oleh arogansi Rowena berjumlah lebih dari 100 orang dari usia anak-anak hingga orang lanjut usia.“Istrik
Kalimat yang dilontarkan Richard membuktikan bahwa dia memang memiliki kepercayaan diri penuh dalam situasi tersebut. Yang artinya, Rowena berada dalam kondisi yang tak bisa berbuat apa-apa kecuali tunduk di bawah ancaman Richard.“Maafkan… Maafkan aku karena telah menyinggung kalian berdua. Apa yang harus kulakukan untuk menebus kesalahanku?!”Rowena menjerit menangis, berjuang keras menunjukkan betapa lemahnya dia sebagai perempuan yang tak berdaya. Biasanya, laki-laki secara otomatis akan memiliki rasa iba ketika melihat perempuan yang tengah menangis tak berdaya.“Rowena, tak usah berpura-pura mengalihkan perhatian. Kau sedang mencoba membuatku lupa pada baskom hitam itu bukan?” Richard tersenyum mengejek. “Jika kau memang tulus meminta maaf dan merasa menyesal, lakukan sesuatu yang bisa membuatku percaya bahwa kau memang pantas diberi maaf!”Rowena bergidik ngeri, ia mengerti makna tersirat dari ucapan Richard. Ia bahkan tak berani melirik ke arah baskom hitam yang berisi kotoran
Butuh waktu lebih dari lima belas menit sebelum akhirnya Rowena benar-benar menghabiskan isi baskom itu. Penampilan Rowena telah kacau balau. Ia menjambak rambutnya sendiri berkali-kali demi menahan sensasi terkutuk di mulutnya.Beberapa kali, ia juga mencakar wajah, paha, dan bagian-bagian tubuhnya yang lain hingga berdarah demi membuat sensor otaknya merespon rasa sakit itu dan teralihkan sejenak dari cita rasa pahit dari kotorannya sendiri.Sayangnya, sekuat apapun Rowena menjambak rambut dan sekeras apapun ia mencakar tubuhnya sendiri, penderitaan di lihdah, hidung, perut, dan otak Rowena tak berkurang sedikit pun. Tak terhitung entah berapa puluh atau berapa ratus kali ia memuntahkan isi perutnya tetapi Richard memberi perintah untuk tetap melahapnya kembali.“Sekarang… Sekarang aku sudah bebas bukan?!” Rowena tergeletak di lantai dengan keadaan lemas dan terus menerus merasa mual dan ingin muntah. “Akhirnya, aku bebas…”Richard tersenyum kecil. “Aku berubah pikiran,” ucapnya sin