Share

Bab 28. A

Penulis: Hafsa Humiara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 28. A

 (POV Bu Ninik)

Bagai sebuah petir menggelegar tepat di atas ubun-ubun ini, surat yang kugenggam jatuh dengan sendirinya, beberapa saat kemudian putraku Ardan keluar dengan wajah muramnya.

"Apa salahku, Ris? selama ini aku sudah jadi suami setia, baik, tak pernah kasar padamu."

Ardan mencecar Rista dengan banyak pertanyaan, luka di hatinya teramat kentara, dan sebagai seorang ibu aku pun dapat merasa.

"Tahu ga, haram hukumnya bagi seorang istri menggugat cerai duluan tanpa sebab, apa kamu ga takut terhadap murkanya." 

Rista malah menunjukkan wajah pongahnya, seolah ia benar dan anakku berada di posisi yang salah.

"Jangan bawa-bawa dosa! Coba inget-inget lagi selama kita nikah apa kamu pernah kerja cari nafkah? apa itu juga bukan perbuatan dosa?" tanya Rista dengan jumawa.

Ardan menunduk dalam tentu saja ia akan kalah jika ditanya hal itu, si4lnya di dekat kami ada ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 28. B

    Bab 28.B(POV BU NINIK)Apalagi dengan komentar para ibu-ibu yang lain menambah kesempurnaan firasat burukku.'Bukan ditendang ke laut lagi, tapi kalau gua udah dihempaskan ke dasar bumi, hahahaha.' Komentar Tika yang teramat pedas'Sadis amat sih ibu-ibu untung suamiku orangnya pantang pulang sebelum ada uang, kalau ga gitu siap-siap aja ga dapat jatah, hahaha.' komentar Farida pun tak kalah panas.Karena suasana hati tiba-tiba tak enak, kuputuskan untuk menyimpan ponsel dan mengurai amarah ini, keterlaluan sekali trio bengek itu, berkunjung ke rumahku hanya untuk menggali informasi lalu menjadikannya bahan gibahan dan hinaan.Saat ini ibu-ibu rese itu pasti sedang membicarakanku dengan riangnya, menertawakan kegagalan rumah tangga Ardan dan juga menertawakan kondisi rumah tangga Heri yang memalukan.Ah, ingin saja bersembunyi ke dasar bumi atas nasib memalukan ini, kukira dengan lepa

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 29

    Perut yang membukit ini sudah terasa mulas-mulas, aku tahu ini pertanda akan lahirnya si kecil ke dunia, betapa haru dan bahagia yang kurasa, akan segera menimang dan memeluknya sepanjang masa.Ia memang lahir tanpa kasih sayang sempurna, di luar sana akan ada seorang ibu dan ayah yang menanti buah hatinya dengan rasa bahagia. Namun, tidak dengan bayi ini yang akan disambut oleh sang bunda saja."Mir, mau ke klinik sekarang?" tanya ibu, terlihat khawatir dan gelisah."Nanti aja, Bu, kayanya baru pembukaan satu," jawabku sambil mondar-mandir di teras rumah.Aku tak boleh manja dan lemah, bagaimana pun juga anak yang kukandung harus lahir normal, sehat dan selamat."Ya sudah nanti kalau mulesnya udah sering, kita ke klinik barusan Ibu udah telpon dokter kandunganmu."Aku mengangguk sambil menahan perihnya sebuah dorongan, hanya lantunan istighfar yang mampu menguatkan, sedangkan a

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 30.A

    Bab 30.AIsi hati Heri (POV Heri)Usai Tania mengatakan ide konyol itu leherku berputar memandangnya beberapa ratus detik, haruskah aku lakukan itu lagi terhadap Amira? membiarkan ia terluka demi diriku yang tak bahagia."Kenapa? Kita coba aja ngomong sama Amira, aku yakin dia setuju," ujar Tania dengan percaya dirinya.Ia tak tahu saja Amira itu seperti apa, bahkan ia rela menukar nyawa demi kedua buah hatinya, sampai kiamat pun aku yakin wanita itu takkan menyerahkan anak-anak pada ayah kandungnya.Kupalingkan wajah ke arah Hanan, bayi berwajah bulat berkulit kemerahan, di wajah itu terlukis jejak ayahnya, Sisi jahatku memang menginginkan jika bayi Hanan tetap ada di sampingku."Emang kamu bisa urus bayi?" tanyaku tanpa menoleh wajah Tania."Ya pasti bisa kalau dicoba, siapa tahu aku hamil, Mas, setelah angkat anak ada kok temenku yang begitu."Kami saling terdiam dalam keriuhan, di luar sana orang-orang terdengar heboh menyaksikan dua ekor kambing di sembelih, sementara di sini aku

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 30.B

    Bab 30.BMata ibu memerah menumpahkan segala amarah, beberapa detik kemudian ia menyeringai senang, karena semua orang beramai-ramai mencibir dan menghina kami bergantianAku tahu Tania pun sedang memendam bara yang siap dimuntahkan, oleh sebab itu sengaja aku mengeratkan cekalan, agar ia diam dan mengalah saja toh memang kami berdua yang salah."Kalau masih punya muka silakan pergi dari sini," ujar ibunya Amira, kali ini nada suaranya sedikit merendah."Dasar orang sok suci! Harusnya Anda mikir kenapa suami anak Anda bisa terpikat wanita lain, ya karena anakmu saja ga pandai jaga suami, dan juga ga pandai jaga penampilan," celetuk Tania dengan pandangan menantang.Terlihat Amira menjauh dari ketegangan sambil memeluk putranya erat-erat, dapat dipastikan lukanya kembali menganga, entah mengapa semakin waktu bergulir maka semakin dalam rasa iba ini menjalar.Maafkan aku, Amira. "Kaya Lo cantik aja, sadar diri woy coba bedak lo hapus sekarang, gua yakin muka loh ga ada apa-apanya sama

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 31. A

    Bab 31. A(POV HERI)Semua perbuatan ada balasannya"Gimana? mau tetap menyuruhku minta maaf? sadar, Mas ini rumahku, jadi jangan seenaknya," ucapnya menantang sambil kembali duduk di kursi.Aku melirik ibu yang melengos meninggalkan kami, sudah pasti ia benci situasi ini, di mana sang menantu tak lagi menghargai dirinya, masih lebih baik Amira walau perempuan itu sering menantang, tapi ia tak pernah merendahkan suami dan mertuanya.Ah lagi-lagi Amira, ada perbedaan besar antara dirinya dan Tania, aku memang bodoh terpikat oleh perempuan yang cantik di luar, sedangkan hatinya lebih busuk dari seekor bangkai."Aku ini suamimu, Tania, ga pantes kamu ngomong kaya gitu." Suaraku sedikit merendah.Sesakit inikah rasanya tak dihargai? padahal pernikahan kami belum genap berusia satu tahun, lalu bagaimana dengan Amira yang hampir sepuluh tahun hidupnya tak pernah di hargai suami."Kalau kamu ngaku suami usaha dong cari uang, aku butuh banyak uang, pengen bayar servis mobil ga tahan kalau kem

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 31.B

    "Aku mau kasih ini buat Tania, bagus ga?" "Bagus, Jeng." Ibu mengangguk sambil cemberut."Ini tuh oleh-oleh dari anakku yang sudah melakukan perjalanan ke Lombok, semoga aja Tania suka ya, Bu.""Anakku ada tiga, dua cowo satu cewe. Anak pertama yang perempuan punya dua butik besar di Jakarta, sedangkan anak kedua dia seorang CEO di perusahaan ternama, kalau yang bungsu sekarang lagi merintis usaha. Anak-anakmu gimana, Bu?"Ibu langsung terdiam sambil menundukkan wajah, apa yang harus ia katakan karena semua anaknya tak ada yang berhasil sukses dan membanggakan."Anak-anak Ibu itu pengangguran semua, Tante. Apalagi Ardan anak bungsunya kerajaannya tiap hari cuma ngerem aja di kamar kaya anak gadis," sahut Tania sambil melangkah menghampiri.Ibu diam dengan wajah murkanya, kali ini ia tak memiliki daya untuk melawan serangan hinaan."Semua manusia itu sama cuma ahlak dan keimanan yang membedakan. Ayo, Bu, masuk ke kamar," selaku berusaha memotong ucapan mereka yang menyakitkan."Tunggu

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 32.A

    Bab 32.A(POV Rista)Semenjak perceraianku dan Ardan dilayangkan, Ayra anak kami selalu rewel tiap harinya, entah itu siang ataupun malam, bahkan seorang pengasuh berpengalaman pun tak dapat membuatnya tenang.Apakah ia memiliki ikatan batin yang kuat dengan ayahnya? secara anak itu sering digendong Ardan siang dan malam.Puncaknya adalah saat ini anak itu menangis dengan kuatnya, sudah dicek popok tak basah, di bajunya pun tak ada serangga bahkan ia tak ingin meminum ASI yang kuberikan, anak ini benar-benar membuatku stres!"Ayra masih rewel, Ris?" tanya mama usai membuka pintu kamar."Iya," jawabku sambil berdecak kesal.Kesal karena merasa terjebak oleh keadaan, seharusnya aku masih bebas mengekspresikan diri di luar sana, bukan terjebak menjadi seorang ibu yang harus menyusui siang dan malam."Ya sudah biar saya yang gendong." Mama mengambil alih Ayra dari tangan pengasuh, karena aku sudah lelah sejak tadi menggendong dan menenangkan tangisannya.Satu menit hingga lima menit tangi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 32.B

    bab 32.B (POV Rista)Mama berdecak kesal, tangisan Ayra membuatku kesulitan berfikir jernih, bawaannya selalu ingin marah-marah."Ya engga lah, ogah banget punya mantu pemalas begitu. Maksud Mama kamu perbaiki hubungan hanya demi Ayra saja, bilang sama Ardan untuk menjenguk putrinya kapan saja, siapa tahu Ayra rewel karena kangen papanya, atau anak itu bisa merasakan kegalauan papanya."Kusenderkan kepala ke sofa, rasanya berat sekali melakukan apa yang mama titahkan, padahal aku ingin sepenuhnya jauh dari Ardan dan masa lalu."Males ah," jawabku sambil menutup telinga."Kamu tuh ya ga bisa dibilangin ini demi Ayra." Mama duduk mendekati."Dahulu waktu kamu masih bayi Mama sama Papa bertengkar hebat, sampai berhari-hari ga saling tegur sapa. Tahu apa yang terjadi sama kamu? pengasuh bilang kalau seharian kamu rewel dan sering nangis, akhirnya kami baikan lagi dan setelah itu pengasuh juga bilang kalau kamu jadi lebih tenang seperti sedia kala."Aku diam dalam keheningan mencoba mence

Bab terbaru

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.B

    "Aku selalu menelponmu tapi percuma jarang diangkat, sekali pun diangkat cuma sebentar padahal banyak yang ingin aku ceritakan soal Ibu, cerita juga mending kalau kamunya percaya, ya sudah sejak itu aku tak ingin lagi berhubungan denganmu," lanjut Ardan mengungkapkan kekecewaannya.Aku terduduk di bangku plastik miliknya, raga ini lemas mendengar semua kenyataan yang sebenarnya."Aku minta maaf, Ardan. Harus gimana supaya kamu memaafkan," ucapku dengan pasrah.Ia diam sibuk dengan pekerjaannya, haruskah aku berlutut di kakinya?"Ini ada uang buat modal tambahan usahamu, pakailah tadinya uang itu untuk pegangan beberapa bulan ke depan." Aku menyerahkan ATM sekaligus password-nya."Aku ga butuh, lagi pula sekarang bisa cari uang sendiri berikan saja uang itu untuk istrimu," jawab Ardan dengan culas."Ambil aja itu untuk pengobatan ibu kalau kamu ga mau, maafkan aku Ardan, sedikit pun aku ga pernah niat menelantarkanmu dan Ibu, ini semua karena Tania pandai memutar balikkan fakta, dan b*

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 45.A

    (POV HERI)Satu tahun lamanya aku tak pulang ke kampung halaman, sebenarnya enam bulan yang lalu aku hendak pulang, tetapi keadaan tak memungkinkan dan banyak pula hambatan.Sengaja tak memberikan kabar kepulangan ini pada Tania ataupun Ardan, entah kenapa anak itu kini nomornya sudah tak aktif lagi, aku pun bertanya pada Tania katanya Ardan baik-baik saja dan ia sibuk bekerja.Aku turut bersuka cita atas perubahan anak itu, yang dulu ia manja dan lalai terhadap tanggung jawab, kini bisa mandiri dan mencari uang sendiri.Pesawat tiba di Jakarta tepat pukul sembilan pagi, untuk menuju kota kelahiranku dibutuhkan waktu sekitar dua jam lagi.Usai adzan Dzuhur berkumandang, akhirnya aku tiba di halaman rumah Tania, semuanya masih sama hanya warna cat rumah yang memudar.Aku melangkah masuk ke dalam pagar, memencet bel berkali-kali hingga pintu itu terbuka, nampaklah Tania yang berpenampilan berbeda.Rambutnya dipotong sebahu, wajahnya terlihat makin cerah dengan polesan make-up seperti bi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.B

    "Mbak Naya, bisa berhenti di depan?" tanyaku pada supir baru, Mas Satria sengaja memilih seorang wanita agar tidak ada ikhtilat diantara kami berdua saat bersama."Bisa, Bu," sebentar ya." Ia menuruti perintahku."Tolong jagain Hanan sebentar ya, saya mau nemuin orang itu.""Oh iya, Bu, sini Dedek Hanannya."Kuserahkan Hanan yang tertidur lelap ke pangkuan Naya, beruntung anak itu tak menangis.Aku segera berlari menembus kemacetan hingga akhirnya tubuhku sudah ada di hadapan ibu."Bu, kenapa di sini?" tanyaku sedikit berteriak."Ibuu!" teriakku sekali lagi, karena ia tak merespon panggilanku."Ibu, ngapain di sini?" Aku menyentuh pundaknya.Ia menepis dengan kasar lalu memandangku dengan berang."Diam! Aku lagi nunggu mantuku, Amira, dia janji mau ngajak shoping hari ini," jawabnya ngelantur.Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata Mas Satria yang menelpon, karena takut ia marah aku segera menjawabnya."Sayang kamu di mana? kok belum nyampe juga?""Iya sebentar lagi nyampe kok, ini se

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 44.A

    (POV AMIRA)Rumah seluas lima belas meter kali kali sepuluh meter menjadi hunian baru untukku dan anak-anak, Mas Satria membelikan hadiah ini sebagai hadiah pernikahan.Ia mengatakan jika rumah ini kurang besar dan mewah maka ia akan merenovasinya, tentu saja menurutku hal itu terlalu berlebihan, karena rumah ini seluas lapangan bola, mungkin jika orang tuaku tinggal di sini rumah ini pun takkan kesempitan.Tak sampai di situ Mas Satria pun mempekerjakan asisten rumah tangga dan seorang supir wanita khusus untuk mengantarku ke mana-mana, ah betapa bahagianya diperlakukan layaknya nyonya.Hari ini ia mulai bekerja setelah satu Minggu lebih menghabiskan masa cuti pernikahan di rumah, sengaja kami tak liburan ke mana-mana karena diluar pandemi masih melanda."Aku pergi dulu ya, Sayang," ucapnya sambil mengecup kening.Jika di hadapan anak-anak ia akan memanggil 'mama' tapi jika tak ada siapa-siapa, kata sayang adalah panggilan untuk kami berdua.Sungguh romantis dan harmonis."Hati-hati

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.B

    .Sedangkan Tania dan Tante Eva terlihat santai tak terpancing dengan omongan ibu. Akan tetapi, tetap saja mereka berdua membalas ucapan ibu dengan pedasnya membuat ibu makin emosi dan tak bisa mengontrol diri.Kepala ini pusing pasalnya jika pulang ke rumah selalu saja melihat keributan antara ibu dan Tania, mereka tak ada yang mengalah saling mempertahankan egonya."Ayo kita ke kamar, Bu. Aku beliin makanan," ujarku sambil merangkul pundak ibu."Makanan apa? itu dikasih Amira ya? dia emang menantu baik dan pengertian ga kaya kamu!" Ibu menunjuk wajah Tania.Aku kesal melihat tingkahnya, bagaimana jika Tania tak tahan dengan ibu lalu mengusir kita, akan tinggal di mana kami berdua."Sudah, ayo kita masuk kamar." Aku merangkul paksa dan membawanya menuju kamar."Ardan kamu harus usir Tania dari rumah ini dan bawa Amira kembali ya, Ibu itu cuma pengen punya menantu yang kaya ga kaya Tania bisanya ngabisin uang saja," cerocos ibu tak bisa diam."Sekarang Ibu makan dulu ya." Aku menyuapi

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 43.A

    (POV Ardan)Nasib Bu Ninik.Sudah satu bulan lebih kakakku Heri berada di perantauan, ia mengatakan setiap tanggal satu akan mengirimkan transferan.Sedangkan kondisi ibu semakin hari kian memperhatikan, ia lebih banyak mengurung diri di kamar, karena jika berpapasan dengan Tania bawaannya terlihat emosi, tak jarang ia marah-marah tanpa alasan."Mbak, Heri udah kirim uang?" tanyaku pada kakak ipar yang sedang menggunting kukunya.Ia malah menatapku sinis, seolah aku ini seorang pengemis."Mau apa emang?!" tanyanya sedikit membentak.Apa ia lupa? atau pura-pura lupa jika dalam uang itu ada hak mertua juga adik iparnya, dasar serakah! Entah apa yang dipikirkan kakakku hingga menggantikan Amira dengan wanita macam dia."Ya mau minta bagian, Heri 'kan janji kalau udah gajian mau bawa ibu ke psikiater," balasku tak kalah sinis.Untuk makan sehari-hari kami berdua terpaksa aku yang kerja, beruntung bengkel milik Adi setiap hari selalu ramai banyak kendaraann yang berdatangan, sehingga aku t

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 42.B

    "Ok bagus." Tante Tamara melanjutkan langkahnya dengan wajah masam.Sedangkan Rista bersalaman dengan kami tanpa mengeluarkan suara, matanya menatapku penuh kebencian, bagiku tak masalah toh tak meminta uang padanya.Pesta hampir usai, tamu undangan pun satu persatu mulai berpamitan pulang, mama memintaku untuk bersiap berganti pakaian, ibu bilang malam ini Hanan biar tidur dengannya saja agar aku bisa menikmati malam pertama bersama Satria.Diperlakukan seperti itu aku jadi malu sendiri, padahal Satria tak keberatan jika Hanan tidur dengan kami, baik itu di malam pertama atau di malam-malam selanjutnya, karena anakku telah menjadi anak Satria juga, begitu katanya."Jangan bantah, malam ini Ibu mau tidur sama Hanan, udah sana ganti pakaian, besok Ibu akan antarkan Hanan ke rumah mertuamu," ucap ibu sedikit memaksa.Kulihat bayi mungil itu terlelap di pangkuannya."Kalau Hanan rewel telpon aja ya, Bu," ujarku sebelum pergi.Saat melangkah ada Rista berdiri menghalangi, tatapannya penuh

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 42.A

    (POV Amira)Di sebuah gedung pernikahanku dan Satria dilaksanakan, sebenarnya aku malu menyelenggarakan pesta. Namun, apalah daya keluarga besar Satria yang menginginkannya.Acara akad sekaligus resepsi hari ini memang tergolong sederhana, tapi tetap saja aku tak nyaman harus bersanding di pelaminan, sementara anak-anakku takut tak diperhatikan.Ijab kabul dimulai ada perasaan haru dan tegang mendominasi, ibu dan juga kedua anak-anakku tak pernah jauh mereka selalu ada di sisi.Kebaya warna putih dengan jilbab senanda dipadukan dengan rok batik berwarna coklat membalut tubuhku dengan indahnya, aku tersenyum melihat pantulan diri di cermin, rasa bahagia terlukis sempurna di wajah ini."Sah."Akhirnya kata itu terucap di bibir orang-orang banyak, akhirnya aku resmi jadi nyonya Satria Bagaskara, kami menandatangani bekas-bekas dari KUA, lalu penghulu memberikan sepasang surat nikah.Ciuman pertama sungguh terasa menggetarkan jiwa, terlebih saat aku mencium takzim punggung tangannya, sudu

  • Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang   Bab 41.B

    Aku masih diam menatapnya dalam sambil mendengarkan penjelasan pekerjaan apa yang akan kulakukan di sebrang pulau sana."Emang sih kerjanya capek, tapi 'kan duitnya gede." Tania masih membujuk, memang yang ada dalam otak wanita ini hanyalah uang, tak masalah walaupun harus jauh dari suami.Ah menyebalkan!"Terus ibuku gimana? tar kamu jadikan pembantu lagi di sini," jawabku ketus."Iya aku ga bakalan jadikan ibumu pembantu, lagi pula 'kan ada Ardan biarin aja dia yang ngurus ibumu, aku ga mau ikut campur," jawab Tania tak kalah ketus."Nanti aku fikirkan." Aku beranjak pergi karena berada di dekatnya tak menemukan kenyamanan yang ada ia terus memberikan tuntutan.Sempat terdengar ia mengoceh dan menghina. Namun, untuk kesekian kalinya aku bungkam karena malas dengan pertengkaran, lama-lama aku pun jadi terbiasa atas semua ocehan dan hinaan Tania.Cukup lama nongkrong di warung kopi memikirkan tawaran Tania diterima atau tidak, aku pun sudah meminta pendapat teman-teman dan mereka meng

DMCA.com Protection Status