Operasi itu berjalan lancar. Kurang lebih awal tahun itu ibundanya akan sembuh total dan dapat kembali ke Indonesia. Namun Jonathan tidak bisa menemui ibundanya lebih lama di Singapura karena dia harus kembali lebih dulu dua hari setelah operasi tersebut. Jonathan bisa saja menambah waktu cutinya. Tidak akan ada yang melarang sebab dia sendiri yang merupakan CEO perusahaan itu. Namun dia tidak sampai hati meninggalkan Ryan terlalu lama. Sudah waktunya rekannya itu juga mengambil cuti untuk menghabiskan waktu dengan kelurganya. Karena mereka memang sudah sepakat mengambil cuti secara bergiliran sebelum Gim mereka resmi dirilis.
Dan disanalah Jonathan berada. Sebelum sampai di Surabaya, pesawatnya harus transit terlebih dahulu di Jakarta selama dua jam. Sambil menunggu informasi penerbangan selanjutnya dia pun menghabiskan waktu di coffee shop airport. Jonathan tidak akan pernah jauh dari perkerjaannya dan karena itu dia terlihat sangat sibuk di depan layar laptopnya. Bahkan saatPadahal setengah jam lagi mereka harus mengejar penerbangan tapi tidak ada tanda-tanda Eleanor menyelesaikan urusannya dengan William. Setelah pagi itu mereka bertemu, Eleanor langsung melabrak William atas kelancangannya. Padahal normal saja kalau seorang sepupu datang berkunjung, tetapi kelakuan William yang seenaknya memang lebih pantas untuk tidak disukai. Dan Rere pikir Eleanor dan William akan terlibat pertengkaran atau adu mulut, tetapi saat ini Eleanor justru mengajak William berbicara berdua di ruang kerjanya. Rere tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Dia sendiri dilarang terlibat dan hanya bisa mondar-mandir di ruang tamu sembari menggigit jari. Semua akan lebih mudah kalau saja William tidak menyusulnya. Demi tuhan, Rere juga tidak mengerti kenapa William tiba-tiba terbang ke Singapura. Negara itu adalah negara yang paling dibenci William seumur hidupnya. Dia lahir di sana, dibesarkan di sana pula, tetapi karena negara itu sangat kec
Di luar sana semua orang bersuka ria menyambut malam pergantian tahun. Lampu-lampu menghiasi jalanan, beberapa rumah makan dan tempat hiburan dipenuhi pengunjung, acara firework party pun ditawarkan semua tempat. Di sepanjang ruas jalan dipenuhi kendaraan dan mengakibatkan kemacetan. Semua orang tampak tidak ingin melewatkan malam itu begitu saja. Namun hanya Jonathan yang masih berusaha menyibukkan diri dengan perkerjaannya. Setelah menelepon ibunya dan menanyakan keadaannya disana, Jonathan pun kembali terlarut dalam perkerjaannya. Beberapa dokumen yang seharusnya sudah diperiksanya kembali ditelitinya berulang-ulang, sekalipun angka-angka yang tercantum disana tidak berubah. Laporan untuk Mr. Richardson dikerjakannya lebih awal, rencana kerja perusahaannya, strategi pemasaran hingga jadwal launcing dan kontrak kerja sama ditinjaunya ulang hari itu juga. Seakan tidak ada hari esok dan sekalipun seharusnya kantornya sudah tutup berjam-jam yang lalu. Tahun ini
Seminggu lalu Eleanor pulang ke Surabaya. Tugasnya di Singapura selesai dan proses pembelian kembali saham tambang batu bara terbesar itu pun berjalan lancar. Tidak ada pihak yang menghalangi atau merasa keberatan karena Eleanor sudah membereskan sebagian dari mereka. Keberhasilan itu akan menjadi nilai lebih di mata Liem Hok. Eleanor bisa meminta timbal balik yang besar pada pamannya kelak. Terlebih jika di tahun-tahun mendatang harga batu bara di pasar internasional mengalami kenaikan sesuai prediksi Eleanor. Keputusan yang mereka ambil saat ini tentu menjadi keputusan yang sangat tepat. Meski demikian Eleanor tidak pernah terlihat puas ataupun senang dengan pencapaiannya. Rere melihat wajah Eleanor justru semakin masam. Ada hal yang dinantikan perempuan itu, tentu saja Rere mengetahuinya. Karena satu-satunya pencapaian yang diinginkan Eleanor saat ini adalah Jonathan Aldebaran. Itu tidak dipungkiri lagi. Sebab setibanya dari Singapura, Eleanor tiba-tiba saj
“Cinta adalah seni, jika kita ingin belajar bagaimana mencintai, kita harus melakukan cara yang sama dengan cara yang harus kita lakukan jika kita ingin mempelajari seni.”Erich Fromm — The Art of LovingEleanor mengamati sampul buku yang genggamnya. Tidak tahu apa orang lain mempercayainya atau tidak. Namun alasan mengembalikan buku memang terdengar tidak masuk akal. Dia memang tidak sekedar ingin mengembalikan buku. Tetapi karena dia ingin memiliki alasan untuk bisa bertemu dengan Jonathan. Jika dia menghilang setelah melakukan sesuatu yang bersifat agresif, maka sia-sia saja usaha yang telah dilakukannya. Karena itu dia juga harus melakukan langkah samar untuk terus berada dalam jangkauan pandangan Jonathan. Sebab semakin sering Jonathan menyadari keberadaannya, maka semakin besar peluang Eleanor menempati pikiran dan hati Jonathan dalam wujud memori.Sementara tentang ibunda Jonathan, dia sendir
Nyaris sepuluh tahun lebih sejak Eleanor kulia di luar negeri hingga lulus dan kemudian berkerja di perusahaannya, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya. Begitu pula saat kakek dan neneknya masih hidup. Hanya di hari ulang tahun ibu dan ayahnya saja dia diijinkan tinggal bersama mereka selama beberapa hari. Saat itu Jessica baru lahir, sehingga orang tuanya tidak begitu mempermasalahkan kalau Eleanor diminta tinggal di rumah kakek dan neneknya. Kalau dipikir memang tidak masuk akal. Karena keputusan kakek dan neneknya menjauhkan Eleanor dari ibunya, Eleanor pun nyaris tidak memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua kandungnya sendiri. Bahkan hingga kini mereka seolah menjadi orang asing di kehidupan Eleanor, yang bahkan jarang ditemuinya.Namun setelah sekian lama itu, Eleanor akhirnya memutuskan untuk pulang. Orang tuanya mempunyai beberapa rumah di Surabaya, Semarang dan Medan. Serta unit kondominium super mewah di ibukota. Yang sayangnya tidak setia
Setelah memutar mobilnya beberapa kali dan melewati jalan yang sama, akhirnya Jonathan menemukan alamat yang dicarinya. Ternyata tidak mudah menemukan kawasan itu. Selain karena lingkungan perumahan tersebut sangat eksklusif, kawasan itu pun juga terbilang privat dan terlindungi. Beruntungnya Jonathan memiliki sumber informasi yang bisa dipercayanya yang mengarahkannya hingga sampai tujuannya. Selama ini dia tidak pernah mengetahui kawasan Wijayakusuma Garden, bahkan dia pun hanya baru-baru ini mendengar jika ada sebuah kawasan pribadi di Surabaya barat dengan nama tersebut. Lingkungannya jauh dari pusat kota dan nyaris tidak dapat dijangkau oleh peta. Namun begitu sampai disana siapa yang menduga jika satu-satunya rumah di kawasan itu hanyalah rumah sederhana dengan dinding bata merah yang bahkan tidak bertingkat. Hanya saja memang terlihat cukup luas dengan dikelilingi taman bonsai.Tidak ada penjaga di pintu gerbangnya saat mobil Jonathan memasuki area tersebut. Namun siap
Mulas lagi. Perut Rere seperti milkshake yang dikocok dan kemudian dituangkan ke dalam gelas. Ususnya pun rasanya seperti dililit dan ditusuk-tusuk bak sate. Itu karena dia memaksakan diri menghabiskan rujak cingur karet dua yang dibelinya di warung langganan. Atau mungkin karena karma, sebab Rere sengaja mencari tempat makan siang yang paling jauh dari kantor setiap kali Eleanor tidak berada di kantor. Itu karena dia tidak perlu terburu-buru untuk kembali ke kantor atau khawatir kalau Eleanor akan tiba-tiba menelponnya.Tapi konsekuensi yang diterima Rere karena menyalagunakan tanggung jawab ternyata berat. Dalam dua jam setelah makan siang saja dia sudah dua kali bolak-balik ke toilet. Kali ini dia sedang berada di dalam lift. Dan lantai yang ditujunya masih beberapa lagi. Akhinya sambil memegangi perut Rere melesat keluar saat pintu lift terbuka. Dia tidak peduli lantai berapa itu karena yang dipikirkannya hanya mencari toile
Tak pernah Eleanor merasa sesulit ini bertemu pamannya. Dan baru pertama kalinya pula dia diperlakukan seperti ini oleh pamannya. Padahal sudah tiga hari sejak Eleanor tiba di Hongkong, menginap di salah satu apartemen keluarganya hanya sekedar menunggu Liem Hok memiliki waktu untuk menemuinya. Sudah berkali-kali juga dia menanyakan agenda pamannya pada sang sekretaris, tapi jawaban yang didapatnya tetap bahwa Liem Hok sedang sibuk hingga akhir pekan. Bahkan ketika Eleanor nekat mendatangi kediaman pamannya pun dia tetap tidak bisa bertemu dengan pamannya. Selalu ada alasan bagi Liem Hok untuk mengulur-ulur waktu Eleanor. Dan hal itu semakin menguatkan keyakinan Eleanor bahwa Liem Hok sudah mengetahui semua. Sekarang dia pun hanya bisa bergantung pada perjanjian yang dibuatnya dengan William.“Oke… aku akan tanda tangan. Tapi dengan satu syarat. Aku mau kamu membiarkan Rere berkerja denganku setelah kamu menikah dengan Jonathan. Bagaimana?”
Atas permintaan Jonathan acara pernikahan itu pun digelar secara sederhana. Pemberkatan yang digelar di salah satu gereja di Surabaya Barat hanya dihadiri oleh keluarga. Di salah satu gereja elit dengan bangunan bernuansa putih dan berlantai marmer, lukisan-lukisan kisah kristus di langit-langitnya serta deretan tempat duduk jemaat yang dihiasi pita-pita cantik, juga bunga-bunga segar; camelia, mawar, ponny hingga krisan itu Eleanor dan Jonathan berdiri berdampingan menghadap sang pastor untuk mengucapkan janji pernikahan. Eleanor dengan gaun brokat satin putih berlengan panjang dengan potongan dada rendah serta tundung transparan yang menutupi wajahnya terlihat tenang dan anggun saat mengucapkan janji pernikahan dengan bimbingan sang pastor. Sementara Jonathan dengan setelan tuxendo hitam dan sarung tangan putih tampak memandang lurus ke depan seolah memikirkan sesuatu. Di barisan depan kursi jemaat duduk Liem Hok dengan wajah masamnya lalu ayah Eleanor dengan pandangan mata berkaca-
“Ada hal yang harus kita bicarakan!” Saat pesan itu masuk ke ponselnya, Jonathan sudah bisa menebak hal apa yang akan mereka bicarakan. Sehingga dia langsung memutar mobilnya dan mengambil jalur tercepat menuju HS Group Building. Jam kerjanya fleksibel jadi dia akan memberitahu Ryan untuk memulai briefing tanpanya. Sebenarnya ini adalah hari pertamanya kembali berkerja setelah mengambil cuti panjang. Tidak terbayang banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikannya nanti. Meskipun selama masa cutinya baik dia maupun Ryan tetap terhubung dengan perkerjaan mereka. Sesampainya disana Jonathan segera mencari tempat parkir. Meski sudah beberapa kali menginjakkan kakinya di tempat itu, entah kenapa dia masih sering merasa terintimidasi saat memandang bangunan tinggi di hadapannya. Jonathan pun terdiam begitu saja disana setelah keluar dari mobilnya. Butuh beberapa saat baginya untuk menetralkan pikirannya sebelum menghadapi Eleanor. Letak kesalahan itu memang ada pada diri Jonathan. Baik yan
Bahagia itu bukan hanya perkara memiliki sesuatu. Tapi melepaskan juga bisa menjadi awal dari bahagia. Hanya saja melepaskan memang terkadang lebih sulit dari pada mengejar sesuatu yang diinginkannya. Jadi Jonathan tidak bisa menyalahkan Allena sepenuhnya atas apa yang terjadi tempo hari. Allena berada dalam keterpurukan karena sesuatu hal yang Jonathan belum pahami. Mungkin karena kekasih baru Allena yang pernah dilihat Jonathan telah meninggalkan perempuan itu entah kemana, atau barangkali mereka hanya sedang menggunakan istilah “break” dalam hubungan mereka seperti yang pernah Allena katakan pada Jonathan. Tapi apapun itu perasaan Allena pada Jonathan malam itu pasti hanya bersifat temporal. Dan ketika Allena tidak lagi merasa kesepian, dia pasti akan mencampakkan Jonathan lagi. Atau mereka akan sering bertengkar lagi karena kebiasan Jonathan yang gila kerja. Jadi Jonathan telah memutuskan tidak ingin lagi terjebak perasaan lam
Rere berjingit saat Eleanor menyumpit potongan tumis pare dan kemudian memakannya. Tidak peduli apakah sayuran pahit itu sudah direndam dalam air garam atau tidak sebelum memasaknya, rasa pahit pare tidak akan hilang sepenuhnya. Tetap ada rasa pahit yang tertinggal. Rere pun tidak habis pikir dengan selera makan Eleanor. Orang-orang berduit di luar sana menghabiskan waktu makan siang mereka dengan makanan enak dan mewah yang dimasak oleh chef di restaurant terkenal sambil menikmati pemandangan indah. Tapi Eleanor justru menikmati tumis pare, nasi putih, ikan kukus, sup kaldu jamur bening dan hidangan pencuci mulut berupa pudding buah untuk makan siangnya. Ditambah Eleanor harus melakukan perjalanan bolak-balik dari kantor ke rumahnya lalu ke kantor lagi hanya untuk makan siang itu.Hari ini Rere tiba dengan penerbangan pertama dan dia langsung menemui Eleanor yang sedang menikmati makan siang di rumahnya. Eleanor ternyata sudah kembali dari Perth sejak beberapa
Saat memutuskan bertunangan, dia dan Jonathan sepakat dalam satu hal. Bahwa cinta tidak begitu diperlukan dalam hubungan pernikahan mereka. Ada banyak orang-orang di lingkarannya yang memutuskan menikah dengan alasan seperti kepentingan bisnis, mengamankan aset, mengembangkan koneksi, mendapatkan status hingga balas budi. Sementara cinta hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang jarang dipertimbangkan. Sebab syarat yang paling penting biasanya hanya menyangkut seperti latar belakang keluarga, harta, karier, pendidikan, kepribadian, penampilan dan kelayakannya. Cinta sendiri ada dalam daftar paling terakhir, atau lebih tepatnya tidak begitu penting. Mereka yang menikah karena cinta adalah orang-orang yang beruntung. Di sebuah bungalow tepi pantai Eleanor menyesap aroma penfolds grange shiraz. Sementara lidahnya mulai terbiasa dengan rasa sepat dan pahit dari kombinasi oak leather, vanilla, kakao, tobacco yang seimbang dan diakhiri fruit bomb
“Aku akan membantumu setelah acara pertunangan kita.” dengan nada bicara yang terdengar dingin Eleanor menyanggupi permintaan Jonathan. Sehingga acara pertunangan itu pun berjalan seperti yang seharusnya terjadi.Pasific Rim adalah restaurant yang menyajikan makanan tradisional asia dengan dekorasi dan patern ala Tibet. Berlantai marmer dengan nuansa yang kental dengan warna black & gold di sekelilingnya. Juga pemandangan jendela yang mengarah langsung ke lautan lepas. Semua meja di tempat itu telah terisi penuh oleh tamu undangan dan kerabat Eleanor. Peralatan makan mewah dengan serbet putih, chop stick serta gelas sampanye juga tertata rapi di hadapan mereka. Beberapa waiters pun tampak menyajikan hidangan pembuka.Acara pertunangan sendiri baru dimulai ketika Eleanor dan Jonathan memasuki tempat itu. Best Man yang tak lain adalah Ryan memberikan kontak cincin yang dipercayakan padanya untuk kemudian disem
Semua telah disiapkan sedemikian rupa. Bahkan untuk setelan tuxendo yang dikenakan Jonathan di acara pertunangannya nanti malam. Setelan itu sudah ada di suite-nya sejak tadi pagi, masih rapi dan terbungkus. Jonathan tidak menyentuhnya sama sekali, tidak pula berniat mencobanya untuk mengetahui apakah setelan itu sesuai ukurannya atau tidak. Orang lain mungkin berpikir bahwa dia merasa gugup karena acara pertunangan itu. Sehingga dia sampai meng-skip sarapan dan makan siangnya hari ini, lalu memilih tetap berada di dalam suite-nya. Namun bukan itu alasan perubahan diri Jonathan. Acara pertunangan itu tidak sedikitpun membuatnya gugup. Malahan dia nyaris lupa jika hari pertunangannya dengan Eleanor telah tiba dan dia pun terjebak di sebuah hotel berjalan yang letaknya ribuan mil dari tempatnya berasal.Jonathan memandangi setelan itu sejenak, menghelaikan napasnya lalu kembali memeriksa ponselnya. Kapal pesiar itu sedang transit di pel
Cukup merepotkan sebenarnya jika harus mengadakan pesta pertunangan di atas kapal pesiar. Mereka harus terbang ke Singapura, menginap di hotel beberapa waktu sembari menunggu jadwal pelayaran. Namun tidak ada yang sulit dilakukan selama Liem Hok yang memutuskan. Kapal pesiar mewah Seven Sea itu akan melakukan perjalanan selama 14 hari dari Singapura menuju melintasi beberapa pelabuhan di negara-negara seperti Thailand, Cambodia, Vietnam, Philippines, sebelum sampai di Hongkong. Dan Liem Hok-lah yang membiayai perjalanan serratus lima puluh tamu undangan di kapal pesiar itu, termasuk keluarga dan kerabatnya. Semua dilakukannya seolah–olah demi pesta pertunangan keponakan kesayangannya, Eleanor Liemsudibyo. Meski yang dilihat Eleanor sendiri justru tidak demikian rupa.Untuk orang seperti pamannya, Eleanor memahami bahwa dia tidak perlu berbicara lantang untuk menolak atau menentang sesuatu. Karena bagi Liem Hok uang-lah yang dapat menggantikan
Tak pernah Eleanor merasa sesulit ini bertemu pamannya. Dan baru pertama kalinya pula dia diperlakukan seperti ini oleh pamannya. Padahal sudah tiga hari sejak Eleanor tiba di Hongkong, menginap di salah satu apartemen keluarganya hanya sekedar menunggu Liem Hok memiliki waktu untuk menemuinya. Sudah berkali-kali juga dia menanyakan agenda pamannya pada sang sekretaris, tapi jawaban yang didapatnya tetap bahwa Liem Hok sedang sibuk hingga akhir pekan. Bahkan ketika Eleanor nekat mendatangi kediaman pamannya pun dia tetap tidak bisa bertemu dengan pamannya. Selalu ada alasan bagi Liem Hok untuk mengulur-ulur waktu Eleanor. Dan hal itu semakin menguatkan keyakinan Eleanor bahwa Liem Hok sudah mengetahui semua. Sekarang dia pun hanya bisa bergantung pada perjanjian yang dibuatnya dengan William.“Oke… aku akan tanda tangan. Tapi dengan satu syarat. Aku mau kamu membiarkan Rere berkerja denganku setelah kamu menikah dengan Jonathan. Bagaimana?”