Beranda / Semua / Sri Sultan / Pesan Selim

Share

Pesan Selim

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-25 15:46:40

Burak semakin menikmati tubuh Maria. Burak sudah sangat lama tidak pernah bercinta dengan seorang wanita. Burak seperti seekor singa yang sudah memangsa korbannya tanpa ampun. Dia terus menikmati setiap lekukan tubuh Maria. Hingga wanita itu semakin melayang. Deruan semakin bersahut-sahutan keras. Kenikmatan tanpa batas itu, membuat keduanya melebur dalam hasrat.

“Argh …,” rintih Burak saat lahar panas sudah dinikmati Maria dalam miliknya. Dan, itu adalah yang kedua kalinya.

Burak menatap wajah Maria yang sangat berkeringat. Dia tersenyum, membuat Maria semakin bersemu. “Apakah aku cukup memuaskanmu?” tanya Maria masih dengan suara yang mendesah.

“Bagaimana jika aku menginginkan kepuasan? Apakah kau mau menjadi wanita itu setiap malam?” balas Burak. Kedua bola mata Maria tampak membesar, tak percaya. Selama ini dia selalu mengagumi Burak. Sekarang, semua yang selalu berada di dalam bayangannya terjadi nyata.

&ldq

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sri Sultan   Bersiap Menuju Pasukan Terkutuk

    Mustafa mengikuti Trisula di hutan yang paling dalam. Udara dingin semakin menusuk. Air terjun yang menjurus ke lautan terlihat. Mustafa menuruni kuda, mendekati Trisula yang menunjukkan arah muara air menuju pusaran lautan yang sangat aneh.“Mereka ada di bawah sana. Pasukan terkutuk itu. Namun, tidak ada yang bisa melewatinya. Pasti … akan mati.”Mustafa terus menatap pusaran deras di tengah air terjun yang menjurus ke lautan. Burak menatap tegang, berharap dia bisa menggantikan Mustafa untuk menaklukkan pasukan terkutuk.“Sri Sultan, izinkan saya menggantikan Anda untuk menyerang mereka. Biarkan saya yang menemui mereka.”“Jangan. Itu adalah tugasku. Pedang legenda sudah aku pegang. Aku bisa ke sana.” Mustafa menatap Trisula. Perlahan, kakinya melangkah mendekati ketua penyihir itu. “Bagaimana caranya aku bisa masuk ke sana hidup-hidup? Aku akan ke sana saat udara sedikit hangat,” lanjutnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Sri Sultan   Masih Misteri

    Mustafa menyiapkan diri. Dengan perasaan gelisah, dia mulai untuk mengambil pedang legenda. Dia membawanya dengan sangat berhati-hati. Sesaat dia mengingat Aslan dan ingin sekali bertemu dengan singa itu. “Aslan, bagaimana caranya untuk membuatmu kembali hadir? Aku membutuhkanmu,” batinnya lalu membalikkan tubuh. Kedua mata Mustafa menatap semua orang di dalam aula.“Doakan aku,” ucapnya singkat. Kakinya melangkah keluar dari aula. Dia berjalan cepat masuk ke dalam ruangan Zivana. Sang Ratu sudah menunggunya. Mereka saling mendekat hingga berpelukan.“Aku akan pergi, Zivana. Kau, jaga dirimu dengan baik. Aku mempercayakan istana kepadamu,” ucap Mustafa sembari tersenyum.“Apakah tidak ada yang mengawal Sultan? Kenapa itu adalah aturannya?” Zivana memandang wajah suaminya dengan tegang. Dia sangat kawatir. Sepanjang malam dia memikirkan kenapa harus Mustafa seorang diri yang mengatasi hal ini?“Memang i

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Sri Sultan   Menuju Pusaran Mematikan

    Mustafa masih memandang sesuatu yang sangat mengejutkan. Dalam pikirannya, dia melihat leluhur sekarang berada di depannya, namun kasat mata. Tidak Mustafa sangka, bagian dari leluhur ada kaitannya dengan pasukan terkutuk. Apakah leluhurnya memang berhubungan dengan kutukan itu?Trisula melepaskan telapak tangan mereka. Mereka kini bersama-sama menunjukkan ke arah air terjun agar Mustafa segera masuk ke sana. "Sri Sultan, sudah waktunya Anda untuk masuk ke pusaran itu. Tahanlah napas Anda selama dua menit. Segeralah menuju ke permukaan. Di dalamnya terdapat gua es yang sangat dingin. Jangan terpengaruh oleh suara-suara yang bisa membuat perasaan Anda tersenyum."Mustafa masih saja terdiam. Dia mempersiapkan diri benar-benar, untuk segera melakukannya. Waktunya cukup sedikit. Jika hari ini dia gagal membawa pasukan itu, maka sudah selesailah riwayat kerajaan Zengini dan akan menjadi milik Selim."Aku akan segera masuk," ucapnya singkat sambil melirik Burak dan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Sri Sultan   Darah Murni

    Zivana berteriak keras. Teriakannya mengejutkan semua orang. Maria spontan menangkap tubuh Zivana yang akan tumbang begitu saja."Suamiku, dia dalam bahaya. Ini tidak mungkin!" teriaknya semakin histeris.“Ratu Zivana, apa yang terjadi? Kenapa Anda seperti ini?”Akasma semakin panik. Spontan dia mengarahkan para pelayan agar membawa Zivana pergi dari penjara untuk menuju kamarnya.“Bawa Zivana pergi dari sini!” teriaknya keras.Suasana menjadi semakin pelik. Ratu Akasma berusaha mengatasi semuanya dengan baik. Dia tidak akan membiarkan Hera berada di dalam penjara. Hera adalah anak dari Sri Sultan. Darah daging penguasa Zengini. Jika dia membiarkan Hera terbuang, maka dirinya akan menjadi pendosa selama seumur hidupnya. Dan, itu adalah aturan untuk membuat dirinya menerima siapa pun darah daging Sri Sultan dari selir. Karena penguasa berhak akan mereka.Akasma berjalan cepat menelusuri lorong istana dengan mengarahkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-13
  • Sri Sultan   Kemunculan Bulan Purnama Merah

    Burak segera berlari menerabas hutan. Dia menghentakkan kakinya sangat kencang untuk segera sampai ke kerajaan. Sedikit darah murni dari Zivana sangat diperlukan. Nyawa Mustafa tergantung dengan itu.“Hiya!”Sang kuda semakin berlari kencang. Dalam perasaan tegang, Burak berharap dia tidak terlambat. "Aku tidak bisa terlambat!"Sementara Mustafa di dalam goa masih terus melakukan negosiasi kepada pasukan terkutuk.“Kau tidak akan pernah bisa membuat kami mempercayaimu. Sri Sultan tidak akan pernah mempercayai iblis. Tapi kau, membohongi kami dengan ini. Kau, tidak akan pernah bisa keluar hidup-hidup dari sini.”“Aku adalah pewaris sah Sri Sultan. Aku darah murni!”“Pembohong!”Mustafa masih berusaha membuat dirinya bisa bekerja sama dengan pasukan itu. Namun, keterikatan dirinya dengan iblis membuatnya gagal. Mustafa menyentuh batu rata, namun sangat menusuk. Membuat dirinya kehilangan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Sri Sultan   Kekalahan Panglima

    Udara semakin menusuk sangat dingin. Perlahan, kerak dingin menyelimuti kerajaan Zengini. Semua penghuni merasakan dada mereka sangat sesak. Sarman mengumpulkan sisa prajurit untuk berjaga. Para wanita dan anak-anak mereka giring masuk ke dalam aula dengan selimut dan bahan makanan."Agha, jagalah mereka. Aku akan mengambil pasukan bawah bukit.""Baik."Sarman mengendarai kudanya, menuju bawah bukit. Sarman menggunakan jubah tebal untuk melawan cuaca ekstrim. Dia akan menyiapkan semua pasukannya untuk membantu melawan Selim.Para pria menyambut kedatangan Sarman dalam tegang. Sementara para wanita menyiapkan semua keperluan bertarung.“Berkumpullah di gerbang istana Zengini. Kita akan mempertaruhkan nyawa hari ini.”Ucapan Sarman membuat semua pria di bawah bukit bersiap. Wanita dan anak-anak berlindung di dalam bukit yang sudah mereka siapkan sangat lama.Sarman meninggalkan beberapa pasukannya, dan sang istri yang bertug

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Sri Sultan   Menghilangkan Kutukan

    Selim masih sangat kesal. Dia tidak percaya melihat Panglima Spartan yang sangat hebat kini sudah kehilangan nyawanya di tangan seorang lelaki tua Ayah angkat dari Mustafa. "Aku benar-benar tidak percaya. Dia ... sudah mengalahkan Panglima!" Selim mengepalkan kedua tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi."Argh!"Dia berteriak sangat keras, memberikan perintah kepada puluhan ribu pasukannya yang sudah siap untuk segera menyerang kerajaan Sri Sultan Mustafa Zulfikar.Sarman bersama 500 prajuritnya terdiam, dengan tubuh yang gemetar sambil mencengkram senjata mereka masing-masing untuk menerima serangan yang akhirnya datang juga."Kita akan menyerang sampai detik terakhir. Jangan pernah menyerah! Kita akan mati sebagai pahlawan, dari pada kita hidup bersembunyi seperti seorang pengecut!" teriak Sarman kepada semua prajuritnya yang semakin bergetar. Mereka bersiap untuk menyerang semua puluhan para prajurit dengan wajah sangat menyeramkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23
  • Sri Sultan   Pertarungan Tiada Akhir

    Selim tidak bisa lagi menahan amarahnya. . Dia berdiri di atas kuda hitam yang sudah memancarkan cahaya merah dari kedua matanya.Kuda itu melesat sangat kencang. Bahkan kecepatannya sama seperti angin. Tak kasat mata. Mustafa pun mengerjapkan kedua matanya hingga tiga kali untuk membuat pandangannya fokus kembali kepada kuda itu. Hanya beberapa detik saja, sang kuda sudah berada di hadapannya. Mengangkat kedua kaki depannya dan akan menyerang dari depan.Sontak Aslan mengaung sangat keras. Membuat sang kuda akhirnya tidak menyerangnya. Auman Aslam membuat tanah bergetar, hingga sedikit retak."Kau tahu Mustafa. Kekuatanmu tidak bisa dibandingkan denganku. Aku tidak akan pernah memberikanmu ampun. Walaupun kau sudah mengambil semua puluhan ribu prajuritku.Tenang saja, sekarang hanya kita berdua yang akan bertanding.""Aku juga tidak sabar untuk menghabisimu segera.Karena aku hanya ingin melindungi kerajaanku yang sudah berdiri secara tur

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02

Bab terbaru

  • Sri Sultan   KEMENANGAN SRI SULTAN

    Kebahagiaan semakin lengkap. Zivana akan melahirkan ahli waris Sri Sultan. Semua cemas saat menunggunya. Para tabib berjaga di dalam. Di depan kamar Zivana, Mustafa hanya diam, menatap pintu kamar Zivana. Pembawaannya yang tenang, membuat semua orang yang berada di sana juga ikut tenang. Akasma berdiri di sebelah Mustafa. Dia mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya akan melahirkan Mustafa. Namun, dia berusaha mengalihkan pikirannya. Saat itu, kejadian mengerikan terjadi. Akasma tidak ingin hal itu terulang kembali. Burak bersama sisa prajurit menjaga dengan sangat ketat. Walaupun mereka berjumlah sangat sedikit, Burak berusaha melakukan yang terbaik. Dia juga tidak mau kejadian masa lalu terulang kembali. “Burak, Maria datang dengan Ozone,” kata Agha dengan cemas. “Baiklah. Buka gerbang dan biarkan dia masuk,” balasnya dengan tegang. Sarman mendekati Burak. Perasaannya ikut cemas. “Maria mengejar Aigul saat menyerang perut sang rat

  • Sri Sultan   Akhir Putri Persembahan

    Aslan membuka mulutnya lebar. Dia melahap Selim sekali telan. Kini Raja Spartan benar-benar binasa. Zivana dan Akasma menatap tajam. Beberapa putri spontan menutup kedua mata mereka. Burak menarik kemudi kudanya. Dia mengarahkan sang kuda medekati Mustafa yang masih terdiam menatap langit. Arwah Selim melayang ke atas. Dia kini bersama semua korbannya. Mustafa menarik napas sejenak sebelum menatap Burak. “Sri Sultan. Semua sudah berakhir. Kita akan kembali ke istana.” Mustafa menganggukkan kepala. Dia kembali menghentakkan kudanya. Mustafa beserta rombongan kembali menuju Zengini. Semua bersorak gembira menyambut kedatangan Mustafa. Para rakyat kini menikmati sinar matahari yang kembali terlihat. Mereka keluar rumah. Menikmati keindahan alam yang sudah mereka nanti. Semua hewan juga merasakan kemenangan. Tumbuhan mulai bermekaran. Semua penghuni istana bersorak. Mereka terus mengagungkan nama Sri Sultan.

  • Sri Sultan   Acaman Untuk Zivana

    Pedang legenda masih menjurus tepat ke wajah Selim. Dia masih tidak menyerah. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Kedua matanya memerah. Tidak peduli postur tubuhnya kembali seperti semula, Selim tetap akan melawan Mustafa.“Aku sudah melakukan pengorbanan dengan nyawaku. Aku tetap tidak akan menyerah. Kau bukan yang terkuat. Aku yang paling hebat!” teriaknya. Dia berusaha bangkit, tetap akan melawan Mustafa. Sambil mendongakkan kepalanya, dia mengepalkan kedua tangannya. Tatapan tajam, semakin mengarah dengan intens.“Selim. Kau tidak akan pernah bisa melawanku. Dan aku, tidak akan pernah melawanmu. Kau bukan tandinganku. Aku tidak akan pernah melakukan itu.”Beberapa kuda datang mendekati Mustafa. Aslan yang berada di sebelah Mustafa, terus mengerang. Giginya yang tajam, ingin sekali mengunyah Selim. Mustafa terus mengelus tubuh sang singa agar mereda dengan keinginannya.“Sri Sultan!” teriak Burak diikuti beberapa prajur

  • Sri Sultan   Kehancuran Batu Iblis

    Arman berlari cepat. Dia melawan beberapa prajurit Spartan yang menjaga. Sarman sangat hebat dalam memanah. Dia melumpuhkan para prajurit dengan anak panahnya.Namun, Sarman terkejut. Kabut hitam melilit di semua tubuh para prajurit, membuat mereka tidak bisa bergerak."Pasti Asmat meminta Deriya melakukan ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku."Sarman berlari kencang. Dia menelusuri semua istana yang megah itu. Dia masih saja belum menemukan tempat batu itu berada."Aku tidak akan menyerah. Aku akan menemui pelayan," gumamnya sembari terus berlari menuju dapur istana. Sarman tidak menyangka. Sangat sepi di mana pun berada. "Ke mana mereka semua?" lanjutnya.Sarman semakin mengedarkan pandangannya ke semua arah, hingga dia mendengar suara di dalam gudang persediaan makanan. Sarman mengeluarkan pedang, mendekati pintu itu."Keluarlah kalian, atau aku akan mendobrak pintu ini!" teriaknya keras.Sarman masih bersiap. H

  • Sri Sultan   Menuju Batu Iblis

    Mustafa tidak menyangka. Jemarinya berdarah. Dia perlahan mengangkat wajahnya, tersenyum ke arah Selim.“Aku terluka. Aku akan mengalahkannya,” batin Mustafa mulai bangkit.Aslan mengaum dengan keras. Bahkan, tanah sedikit membelah. Semua mata mendongak ke atas. Para rakyat dan penghuni istana mulai merasakan sedikit kehangatan. Paling tidak ada sesuatu yang tidak membuat mereka menggigil hingga nyaris kehilangan nyawa.Dia menatap pedang legenda, menyambarnya. Kakinya berlari cepat menghampiri Aslan dan menaiki punggungnya. Auman semakin terdengar keras. Selim mengernyit, tidak mengerti dengan Mustafa. Dia masih mengamati dengan saksama musuh hebatnya itu.“Kenapa dia tersenyum memandangku? Bahkan … udara kenapa semakin hangat,” tanya Selim membatin. “Tidak … ini tidak mungkin!” teriaknya keras.“Selim!” balas Mustafa sembari mengarahkan ujung pedang yang mulai memberikan sinarnya. Baya

  • Sri Sultan   Akan Menyerah

    "Selim! Aku tidak akan pernah membiarkanmu!" Mustafa mengarahkan pedang legenda. Dia menghentakkannya ke tanah, membuat semua es batu yang sudah mengeras dan menusuk itu meretak hingga cair. Dia terus melakukannya ke semua arah. Mendadak sedikit memberikan kehangatan yang tiba-tiba muncul. Namun, itu sia-sia. Udara yang menusuk kembali menutupnya.Mustafa tidak percaya dengan penglihatannya. Sementara Salim tertawa dengan keras melihat Mustafa semakin kebingungan. Dia ingin sekali melindungi semua manusia yang ada, namun kali ini dia gagal!"Hahaha. Lihatlah, mereka semua akan mati secara perlahan. Kau tidak akan pernah bisa menyelamatkan mereka. Pada nantinya hanya akan ada kita berdua saja. Kau kehilangan semua orang yang kau sayangi. Tapi aku tidak peduli, karena aku hanya ingin menjadi orang yang terkuat. Tidak masalah jika aku hanya sendirian di sini. Aku memiliki kerajaan Spartan dan mereka terlindungi oleh kekuatan iblis yang sudah merasukiku."

  • Sri Sultan   Keadaan Yang Semakin Mencekam

    Awan mulai menggulung semakin gelap dari arah barat. Bahkan angin semakin menusuk. Tanah yang semula sedikit terasa hangat menjadi sangat dingin. Semua dilapisi oleh kerasnya es yang sangat menusuk jika menyentuh.Mustafa tidak mengerti bagaimana dia bisa menghancurkan Selim. Serangannya sama sekali tidak bisa mengenai, bahkan melukai Raja Spartan itu. Kini dia paham jika mereka sama-sama menjadi pengikut dari iblis, maka salah satu dari mereka tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan ini atau pun terluka. Iblis hanya bisa kalah dengan kekuatan manusia berdarah merah."Kenapa aku tidak menghancurkan batu itu? Ternyata ini membawa akibat yang sangat sulit. Akusama sekali tidak akan bisa mengalahkannya. Hanya darah merah yang bisa mengalahkan Selim.Kini aku paham dengan apa yang dikatakan Trisula.Titik darah terakhir yang hanya bisa membuat akumemenangkan pertarungan ini.""Kenapa kau diam saja Sri Sultan Mustafa? Apa kau sud

  • Sri Sultan   Pertarungan Tiada Akhir

    Selim tidak bisa lagi menahan amarahnya. . Dia berdiri di atas kuda hitam yang sudah memancarkan cahaya merah dari kedua matanya.Kuda itu melesat sangat kencang. Bahkan kecepatannya sama seperti angin. Tak kasat mata. Mustafa pun mengerjapkan kedua matanya hingga tiga kali untuk membuat pandangannya fokus kembali kepada kuda itu. Hanya beberapa detik saja, sang kuda sudah berada di hadapannya. Mengangkat kedua kaki depannya dan akan menyerang dari depan.Sontak Aslan mengaung sangat keras. Membuat sang kuda akhirnya tidak menyerangnya. Auman Aslam membuat tanah bergetar, hingga sedikit retak."Kau tahu Mustafa. Kekuatanmu tidak bisa dibandingkan denganku. Aku tidak akan pernah memberikanmu ampun. Walaupun kau sudah mengambil semua puluhan ribu prajuritku.Tenang saja, sekarang hanya kita berdua yang akan bertanding.""Aku juga tidak sabar untuk menghabisimu segera.Karena aku hanya ingin melindungi kerajaanku yang sudah berdiri secara tur

  • Sri Sultan   Menghilangkan Kutukan

    Selim masih sangat kesal. Dia tidak percaya melihat Panglima Spartan yang sangat hebat kini sudah kehilangan nyawanya di tangan seorang lelaki tua Ayah angkat dari Mustafa. "Aku benar-benar tidak percaya. Dia ... sudah mengalahkan Panglima!" Selim mengepalkan kedua tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi."Argh!"Dia berteriak sangat keras, memberikan perintah kepada puluhan ribu pasukannya yang sudah siap untuk segera menyerang kerajaan Sri Sultan Mustafa Zulfikar.Sarman bersama 500 prajuritnya terdiam, dengan tubuh yang gemetar sambil mencengkram senjata mereka masing-masing untuk menerima serangan yang akhirnya datang juga."Kita akan menyerang sampai detik terakhir. Jangan pernah menyerah! Kita akan mati sebagai pahlawan, dari pada kita hidup bersembunyi seperti seorang pengecut!" teriak Sarman kepada semua prajuritnya yang semakin bergetar. Mereka bersiap untuk menyerang semua puluhan para prajurit dengan wajah sangat menyeramkan

DMCA.com Protection Status