Beranda / Semua / Sri Sultan / Aku Akan Memilikimu

Share

Aku Akan Memilikimu

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 19:24:48

Malam pertemuan tiba. Zedrich mempersiapkan dirinya dengan sempurna. Zivana sengaja memilihnya karena menganggap lawan terberatnya adalah Zedrich. Dengan bangga wanita berambut putih dan bermata biru itu berjalan menggunakan mahkota pemberian Akasma yang memang telah disiapkan. Dia berjalan menuju halaman istana dan akan menaiki Aslan. Namun sang singa mengerang keras. Zedrich seketika mundur.

“Putri, Anda akan menaiki kereta yang sudah disiapkan,” ucap Agha membuatnya kecewa. Zedrich mengira jika dia akan berdua dengan Mustafa menaiki singa kesayangan Pangeran. Perasaan tidak percaya semakin membuatnya mengerti jika tantangan Zivana pasti akan membuatnya kalah.

“Aku tidak akan pernah mengalah. Ini adalah kesempatanku,” gumam Zedrich menatap dingin Mustafa yang tidak membalas pandangannya sama sekali. "Bahkan dia sama sekali tidak memandangku." Zedrich tidak menyerah. Dia tetap akan melakukan semua cara untuk mendapatkan Mustafa.

Mustafa dengan gagah menaiki

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Slamet Chrisbiantoro
semakin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sri Sultan   Kekalahan

    Mustafa membuat Zivana sangat terkejut. Dia menggeleng keras mencegah keinginan Mustafa. “Jangan lakukan. Aku akan berjuang melawan mereka. Kau tidak perlu membuktikan apapun. Mustafa … aku mohon.”Mustafa memeluk Zivana erat. Mereka berdua saling menikmati kehangatan masing-masing. Mustafa menatap wajah Zivana dengan tatapan lembut. Senyuman tampan terlihat di sana. Linangan air mata hilang seketika. Mereka saling menyatukan kening dengan senyuman.“Senyummu sangat indah. Berikan kepadaku setiap hari, Zivana.”“Aku akan memberikannya, kekasihku,” jawab Zivana dengan bisikan manja.Bibir mereka kembali bersatu dengan indah. Hasrat kembali hadir dalam hati masing-masing. Namun itu semua harus mereka tahan. Lidah mulai bersentuhan menyapa di dalam. Saling bermain dengan senyuman, membuat kebahagiaan semakin utuh. Sedikit gigitan di bibir Zivana, membuat sang putri tersenyum dan membalasnya. Bibir itu masih saling m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Sri Sultan   Perhatian

    Aigul masih saja mengitari semua arah. “Mustafa!” teriaknya keras. Dia menghentikan langkahnya, mengedarkan pandangan dengan teliti. Dia tidak menyangka jika Mustafa yang terkuat juga bisa mengalami kekalahan seperti ini.“Mustafa, ke mana kau?”“Pangeran itu tidak mungkin berada di sini, Aigul. Sudah kau lihat jika Mustafa meninggalkamu.” Evren tiba-tiba mengejutkannya. Aigul masih terdiam kaku. Linangan air mata kini hadir kembali. Wajahnya mulai sembab. Terisak-isak, itulah yang dia lakukan hingga tertunduk ke tanah karena tidak bisa lagi menumpu tubuhnya.“Jangan pernah mencintai dia yang tidak mencintaimu,” ucap Evren membuat Aigul memandangnya dengan sangat tajam. Dia berdiri, berjalan cepat mendekati Evren dan mendorong kuat tubuhnya.“Jika kau tidak membawaku pergi, aku pasti akan bersamanya! Bagaimana bisa dia mengetahui keberadaanku jika aku pergi bersamamu! Ini semua salahmu, Evren sialan!&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • Sri Sultan   Menerobos Benteng Inti

    Aigul tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Hatinya bergemetar. Perasaan lega dia rasakan. Tanpa banyak berpikir, Aigul memeluk Mustafa yang tiba-tiba berada di hadapannya. Dalam diam Mustafa perlahan membalas pelukannya.“Tidak perlu meninggalkan istana,” ucapan Mustafa, seketika membuat kedua mata Aigul melotot keras. Dengan cepat dia melepaskan kedua tangannya yang semula mengerat di leher Mustafa.“Apa kau akan membiarkanku di sini? Kau sudah berjanji kepadaku, Pangeran.” Aigul memasang amarah. Kedua tangannya mengepal. Deguban jantungnya semakin cepat. Dia berharap Mustafa akan memberikan alasan tepat untuk dirinya.“Hari ini kerajaan Zengini akan berada di tanganku. Ini adalah rencanaku. Ratu Deriya bersama sepuluh kerajaan sudah mengambil alih Spaden dan semuanya. Mereka melanggar aturan. Aku akan mengakhiri ini.”Aigul mencengkeram dadanya. Dia menarik napas panjang. Hatinya merasa lega mendengar alasan yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • Sri Sultan   Menunduk

    Evren terkejut melihat Emir dan Sarman berhasil masuk ke dalam kamar Aigul. Tatapan tajam Sultan masih terpampang jelas di sana. Ujung lancip pedang, semakin Emir dekatkan. Kulit Evren tergores tajamnya pedang. Darah mengalir seketika itu juga.“Apa kau tahu hukumannya melukai Sultan!” teriakan menggema dari Evren, membuat Emir kesal.“Jangan mengakui dirimu Sultan!” balas Emir lebih keras.“Zab!”Sarman mengarahkan anah panah tepat di sebelah wajah Evren. Anak panah melewati permukaan pipi kanannya secepat angin. Panah tajam itu menancap dengan keras. Tembok yang semula masih rata, kini meretak. Telinga Evren mendengung seketika. Sarman melangkah cepat mendekati Evren yang semakin melotot tajam.“Kau … bukan Sultan. Apakah aku harus mengatakan siapa Sri Sultan yang sebenarnya?” ucap Sarman pelan namun tegas. Sorotan yang semula menyerang dirinya dari Evren, kini mulai menunduk. Sang Sultan mer

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26
  • Sri Sultan   Kekuatan Berpindah

    Mustafa berdiri, menatap puluhan ribu prajurit terkuat Zengini yang tunduk di hadapannya. Mustafa melangkah mendekati Ozone dan menepuk pundaknya.“Tataplah aku, prajurit,” pintanya.“Ozone namaku, Pangeran,” balasnya kini berdiri tegak.“Panglima Burak! Masuklah!” teriak Mustafa keras.Burak tersenyum di depan pintu kokoh yang dia raih kembali. Sebelum Deriya mengambil alih kerajaan, Burak adalah pemilik benteng terkuat Zengini. Dengan gagah dia berjalan memasukinya. Parjurit yang menunduk, merasa senang dengan kehadirannya kembali.“Apa kabar, Ozone,” sapa Burak. Prajurit yang sejak dulu mendapat pelatihan Burak dari kecil, kini tersenyum lega."Selamat datang, Panglima!" jawab tegas Ozone.Mustafa berjalan menuju tengah lapangan, menatap semua prajurit yang masih menundukkan kepala. “Angkatlah kepala kalian!” teriaknya seketika membuat puluhan prajurit melakukannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • Sri Sultan   Perubahan Aigul

    Saat Deriya sudah bersiap akan menyerang Mustafa yang masih menunduk kesakitan dengan kekuatan hitamnya, Trisula tiba-tiba datang. Para ahli sihir itu akan keluar hanya saat sinar matahari tepat menerangkan sinarnya di tengah bumi. Itulah alasan Mustafa memilih menyerang Zengini saat fajar. Hanya Trisula yang bisa membuat kekuatan hitam sihir Deriya menghilang.“Deriya, kau ingat ini?” Trisula menunjukkan sehelai rambut Aigul yang sudah dia miliki dari Muatafa saat itu. Deriya melotot melihatnya. Kekuatannya akan menghilang jika Trisula membakar rambut Aigul.“Jangan lakukan!” teriak Deriya kencang.Deriya akan melakukan perjanjian dengan iblis. Dia memerlukan gadis suci untuk persembahan. Deriya melakukan perjalanan ke perkampungan untuk mencari sang gadis. Dia menemukan gadis kecil menangis di pojok jalanan karena kehilangan orang tuanya. Aigul saat itu masih berumur sepuluh tahun. Deriya mengulurkan tangannya, mengajak Aigul menuju ist

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28
  • Sri Sultan   Hampir Memiliki

    Bibir itu semakin menyatu liar. Bahkan sang Pangeran menikmatinya. Pelukan semakin erat, bersamaan sentuhan yang mulai meraba semakin dalam.“Mustafa, kau … milikku.”Mustafa mendorong sosok yang menciumnya. Tubuh mereka bergerak, menempel pohon yang berada hanya beberapa langka di depan mereka. Kaki mulus mulai terangkat satu, mengerat di pinggang Mustafa. Miliknya siap untuk dinikmati Pangeran yang sudah mulai membuka tali yang mengikat rok kuning berhias bunga.Aslan menghilang, berlari kencang menuju Zivana yang berada di atas kuda untuk menuju kerajaan Zengini setelah mendengar kabar jika Mustafa berhasil menaklukkannya.“Aslan!” teriak Zivana sontak menarik tali kemudi. Kudanya melompat tinggi setelah Aslan tiba-tiba hadir di hadapannya.Auman sangat keras, membuat semua kuda ikut melompat. “Tenanglah, Aslan!” teriak Zivana masih berusaha menenangkan kudanya. Dia segera menuruni kudanya, melangkah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-30
  • Sri Sultan   Penyambutan Alam

    “Apa kalian akan mengalahkan Mustafa sialan itu?” Asmat menegang melihat salah satu dari sosok berjubah hitam mengarahkan tangannya kepada Deriya. Kedua mata yang semula hitam, memerah. Tangannya terus mengarah ke tubuh Deriya yang membaik seketika dan membuatnya bisa menegak.“Hah!” Napas Deriya terhempas saat sesuatu sudah merasuk ke dalam tubuhnya. Rambutnya menghitam, kulitnya yang mengkerut menghilang. Asmat tidak percaya melihatnya, begitu juga dengan lainnya.Sosok jubah hitam tersenyum melihat Asmat menuruni kudanya disusul Deriya dan yang lainnya.“Kami akan menunduk,” ucap Asmat tegas.Deriya berjalan mendekati tiga sosok itu yang masih tersenyum. “Aku akan melayani, Raja.”***Akasma bersama semua putri telah sampai di istana. Senyuman mengembang di wajahnya. Dia memejamkan kedua matanya, mengingat saat dia bersama Sri Sultan Ali ketika masih tinggal di dalam istana. “Akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31

Bab terbaru

  • Sri Sultan   KEMENANGAN SRI SULTAN

    Kebahagiaan semakin lengkap. Zivana akan melahirkan ahli waris Sri Sultan. Semua cemas saat menunggunya. Para tabib berjaga di dalam. Di depan kamar Zivana, Mustafa hanya diam, menatap pintu kamar Zivana. Pembawaannya yang tenang, membuat semua orang yang berada di sana juga ikut tenang. Akasma berdiri di sebelah Mustafa. Dia mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat dirinya akan melahirkan Mustafa. Namun, dia berusaha mengalihkan pikirannya. Saat itu, kejadian mengerikan terjadi. Akasma tidak ingin hal itu terulang kembali. Burak bersama sisa prajurit menjaga dengan sangat ketat. Walaupun mereka berjumlah sangat sedikit, Burak berusaha melakukan yang terbaik. Dia juga tidak mau kejadian masa lalu terulang kembali. “Burak, Maria datang dengan Ozone,” kata Agha dengan cemas. “Baiklah. Buka gerbang dan biarkan dia masuk,” balasnya dengan tegang. Sarman mendekati Burak. Perasaannya ikut cemas. “Maria mengejar Aigul saat menyerang perut sang rat

  • Sri Sultan   Akhir Putri Persembahan

    Aslan membuka mulutnya lebar. Dia melahap Selim sekali telan. Kini Raja Spartan benar-benar binasa. Zivana dan Akasma menatap tajam. Beberapa putri spontan menutup kedua mata mereka. Burak menarik kemudi kudanya. Dia mengarahkan sang kuda medekati Mustafa yang masih terdiam menatap langit. Arwah Selim melayang ke atas. Dia kini bersama semua korbannya. Mustafa menarik napas sejenak sebelum menatap Burak. “Sri Sultan. Semua sudah berakhir. Kita akan kembali ke istana.” Mustafa menganggukkan kepala. Dia kembali menghentakkan kudanya. Mustafa beserta rombongan kembali menuju Zengini. Semua bersorak gembira menyambut kedatangan Mustafa. Para rakyat kini menikmati sinar matahari yang kembali terlihat. Mereka keluar rumah. Menikmati keindahan alam yang sudah mereka nanti. Semua hewan juga merasakan kemenangan. Tumbuhan mulai bermekaran. Semua penghuni istana bersorak. Mereka terus mengagungkan nama Sri Sultan.

  • Sri Sultan   Acaman Untuk Zivana

    Pedang legenda masih menjurus tepat ke wajah Selim. Dia masih tidak menyerah. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Kedua matanya memerah. Tidak peduli postur tubuhnya kembali seperti semula, Selim tetap akan melawan Mustafa.“Aku sudah melakukan pengorbanan dengan nyawaku. Aku tetap tidak akan menyerah. Kau bukan yang terkuat. Aku yang paling hebat!” teriaknya. Dia berusaha bangkit, tetap akan melawan Mustafa. Sambil mendongakkan kepalanya, dia mengepalkan kedua tangannya. Tatapan tajam, semakin mengarah dengan intens.“Selim. Kau tidak akan pernah bisa melawanku. Dan aku, tidak akan pernah melawanmu. Kau bukan tandinganku. Aku tidak akan pernah melakukan itu.”Beberapa kuda datang mendekati Mustafa. Aslan yang berada di sebelah Mustafa, terus mengerang. Giginya yang tajam, ingin sekali mengunyah Selim. Mustafa terus mengelus tubuh sang singa agar mereda dengan keinginannya.“Sri Sultan!” teriak Burak diikuti beberapa prajur

  • Sri Sultan   Kehancuran Batu Iblis

    Arman berlari cepat. Dia melawan beberapa prajurit Spartan yang menjaga. Sarman sangat hebat dalam memanah. Dia melumpuhkan para prajurit dengan anak panahnya.Namun, Sarman terkejut. Kabut hitam melilit di semua tubuh para prajurit, membuat mereka tidak bisa bergerak."Pasti Asmat meminta Deriya melakukan ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku."Sarman berlari kencang. Dia menelusuri semua istana yang megah itu. Dia masih saja belum menemukan tempat batu itu berada."Aku tidak akan menyerah. Aku akan menemui pelayan," gumamnya sembari terus berlari menuju dapur istana. Sarman tidak menyangka. Sangat sepi di mana pun berada. "Ke mana mereka semua?" lanjutnya.Sarman semakin mengedarkan pandangannya ke semua arah, hingga dia mendengar suara di dalam gudang persediaan makanan. Sarman mengeluarkan pedang, mendekati pintu itu."Keluarlah kalian, atau aku akan mendobrak pintu ini!" teriaknya keras.Sarman masih bersiap. H

  • Sri Sultan   Menuju Batu Iblis

    Mustafa tidak menyangka. Jemarinya berdarah. Dia perlahan mengangkat wajahnya, tersenyum ke arah Selim.“Aku terluka. Aku akan mengalahkannya,” batin Mustafa mulai bangkit.Aslan mengaum dengan keras. Bahkan, tanah sedikit membelah. Semua mata mendongak ke atas. Para rakyat dan penghuni istana mulai merasakan sedikit kehangatan. Paling tidak ada sesuatu yang tidak membuat mereka menggigil hingga nyaris kehilangan nyawa.Dia menatap pedang legenda, menyambarnya. Kakinya berlari cepat menghampiri Aslan dan menaiki punggungnya. Auman semakin terdengar keras. Selim mengernyit, tidak mengerti dengan Mustafa. Dia masih mengamati dengan saksama musuh hebatnya itu.“Kenapa dia tersenyum memandangku? Bahkan … udara kenapa semakin hangat,” tanya Selim membatin. “Tidak … ini tidak mungkin!” teriaknya keras.“Selim!” balas Mustafa sembari mengarahkan ujung pedang yang mulai memberikan sinarnya. Baya

  • Sri Sultan   Akan Menyerah

    "Selim! Aku tidak akan pernah membiarkanmu!" Mustafa mengarahkan pedang legenda. Dia menghentakkannya ke tanah, membuat semua es batu yang sudah mengeras dan menusuk itu meretak hingga cair. Dia terus melakukannya ke semua arah. Mendadak sedikit memberikan kehangatan yang tiba-tiba muncul. Namun, itu sia-sia. Udara yang menusuk kembali menutupnya.Mustafa tidak percaya dengan penglihatannya. Sementara Salim tertawa dengan keras melihat Mustafa semakin kebingungan. Dia ingin sekali melindungi semua manusia yang ada, namun kali ini dia gagal!"Hahaha. Lihatlah, mereka semua akan mati secara perlahan. Kau tidak akan pernah bisa menyelamatkan mereka. Pada nantinya hanya akan ada kita berdua saja. Kau kehilangan semua orang yang kau sayangi. Tapi aku tidak peduli, karena aku hanya ingin menjadi orang yang terkuat. Tidak masalah jika aku hanya sendirian di sini. Aku memiliki kerajaan Spartan dan mereka terlindungi oleh kekuatan iblis yang sudah merasukiku."

  • Sri Sultan   Keadaan Yang Semakin Mencekam

    Awan mulai menggulung semakin gelap dari arah barat. Bahkan angin semakin menusuk. Tanah yang semula sedikit terasa hangat menjadi sangat dingin. Semua dilapisi oleh kerasnya es yang sangat menusuk jika menyentuh.Mustafa tidak mengerti bagaimana dia bisa menghancurkan Selim. Serangannya sama sekali tidak bisa mengenai, bahkan melukai Raja Spartan itu. Kini dia paham jika mereka sama-sama menjadi pengikut dari iblis, maka salah satu dari mereka tidak akan pernah bisa memenangkan pertandingan ini atau pun terluka. Iblis hanya bisa kalah dengan kekuatan manusia berdarah merah."Kenapa aku tidak menghancurkan batu itu? Ternyata ini membawa akibat yang sangat sulit. Akusama sekali tidak akan bisa mengalahkannya. Hanya darah merah yang bisa mengalahkan Selim.Kini aku paham dengan apa yang dikatakan Trisula.Titik darah terakhir yang hanya bisa membuat akumemenangkan pertarungan ini.""Kenapa kau diam saja Sri Sultan Mustafa? Apa kau sud

  • Sri Sultan   Pertarungan Tiada Akhir

    Selim tidak bisa lagi menahan amarahnya. . Dia berdiri di atas kuda hitam yang sudah memancarkan cahaya merah dari kedua matanya.Kuda itu melesat sangat kencang. Bahkan kecepatannya sama seperti angin. Tak kasat mata. Mustafa pun mengerjapkan kedua matanya hingga tiga kali untuk membuat pandangannya fokus kembali kepada kuda itu. Hanya beberapa detik saja, sang kuda sudah berada di hadapannya. Mengangkat kedua kaki depannya dan akan menyerang dari depan.Sontak Aslan mengaung sangat keras. Membuat sang kuda akhirnya tidak menyerangnya. Auman Aslam membuat tanah bergetar, hingga sedikit retak."Kau tahu Mustafa. Kekuatanmu tidak bisa dibandingkan denganku. Aku tidak akan pernah memberikanmu ampun. Walaupun kau sudah mengambil semua puluhan ribu prajuritku.Tenang saja, sekarang hanya kita berdua yang akan bertanding.""Aku juga tidak sabar untuk menghabisimu segera.Karena aku hanya ingin melindungi kerajaanku yang sudah berdiri secara tur

  • Sri Sultan   Menghilangkan Kutukan

    Selim masih sangat kesal. Dia tidak percaya melihat Panglima Spartan yang sangat hebat kini sudah kehilangan nyawanya di tangan seorang lelaki tua Ayah angkat dari Mustafa. "Aku benar-benar tidak percaya. Dia ... sudah mengalahkan Panglima!" Selim mengepalkan kedua tangannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi."Argh!"Dia berteriak sangat keras, memberikan perintah kepada puluhan ribu pasukannya yang sudah siap untuk segera menyerang kerajaan Sri Sultan Mustafa Zulfikar.Sarman bersama 500 prajuritnya terdiam, dengan tubuh yang gemetar sambil mencengkram senjata mereka masing-masing untuk menerima serangan yang akhirnya datang juga."Kita akan menyerang sampai detik terakhir. Jangan pernah menyerah! Kita akan mati sebagai pahlawan, dari pada kita hidup bersembunyi seperti seorang pengecut!" teriak Sarman kepada semua prajuritnya yang semakin bergetar. Mereka bersiap untuk menyerang semua puluhan para prajurit dengan wajah sangat menyeramkan

DMCA.com Protection Status