“Luar biasa! Kamu melakukan operasi tanpa bantuan Dokter Albert.” Danu bertepuk tangan dengan penuh kebanggaan.
“Memang operasi apaan?” tanya Tomo penasaran.“Pemasangan jantung bocor.” Danu menjawab dengan penuh antusias.Ruli bertepuk tangan yang diikuti Danu tidak lama kemudian, Jimmy hanya menikmati minuman yang ada di tangannya. Membiarkan kedua temannya bertepuk tangan, sedangkan dirinya hanya mencoba menyadarkan diri jika operasinya berhasil.Jimmy melakukan operasi beberapa hari lalu dengan perintah Albert yang harusnya melakukannya, dia bilang akan berada disampingnya dan akan memberitahukan apabila ada yang salah tapi nyatanya hanya diam bahkan sampai pada saat Jimmy melakukan jahitan. Keluar dari ruang operasi yang harus menyampaikan adalah Jimmy dengan Albert berada disampingnya, tentu saja tanpa mengeluarkan suara sama sekali.Perasaannya pada saat itu bercampur aduk, belum lagi harus memantau hasil operasinya yangJimmy memasuki kamar adiknya, Rey. Adik kecilnya yang sudah tidak kecil lagi dan sudah menjadi mahasiswa di salah satu universitas. Kedatangan Jimmy ke rumah untuk berbicara dengan Rey tentang Siena, rasa penasarannya pada Siena masih memenuhinya tapi tidak bisa mendapatkan informasi darimanapun.“Nggak udah masuk ke kamar.” Rey mengatakan dengan nada dingin.“Kamu banyak berubah.” Jimmy mengatakan tanpa peduli dengan kata-kata Rey.“Menurutmu kenapa aku berubah?” Rey menatap malas pada Jimmy.“Serius? Kamu masih kesal karena Mas Endi menikah sama Tere?” Jimmy menggelengkan kepalanya.“Kalau mami bilang dari awal aku bukan anak papi melainkan Om Rifat pastinya aku nggak akan dengan mudah kasih Tere ke Mas Endi.” “Mas Endi masih kakak kamu loh, jangan sampai masalah begini buat kamu jadi dendam sama dia.” Jimmy memperingatkan Rey.Rey mengerucutkan bibirnya mendengar kata-kata Jimmy, melihat itu membuat Jim
Seharian berada di rumah sakit mengecek pasien, kata-kata kakaknya selalu berputar di kepalanya. Jimmy memikirkan dengan dalam setiap kata-kata yang keluar, bagaimana mungkin jika dirinya tetap memutuskan bersama dengan Febby akan membuat keluarga mereka akan pergi selamanya. Hal yang sangat tidak mungkin terjadi, bukankah maut semuanya adalah rahasia Tuhan. Jimmy menggelengkan kepalanya mengingat kata-kata kakaknya yang sudah seakan-akan dirinya Tuhan, walaupun sebenarnya kenangan dulu masih teringat jelas tapi bukankah masalah mereka berbeda.Jimmy mencoba mengingat bagaimana Febby dan ayahnya, Yudi. Kedua orang ini sangat baik tidak mungkin melakukan hal gila, walaupun hubungan mereka tidak direstui dan memilih mengakhirinya bukan berarti ketika mereka memutuskan bersama akan terjadi hal yang dikatakan kakaknya.“Melamun aja,” ucap Danu menepuk bahu Jimmy.“Darimana kamu?” tanya Jimmy melihat penampilan Danu.“Mau temani Dok
“GILA!” Danu berteriak kencang.Beberapa jam mereka berada di ruang operasi menyaksikan bagaimana kedua professor bekerja sama menyelamatkan bayi dari zat berbahaya, bayi tadi sempat kehilangan denyut jantung karena menghirup udara yang sudah tercampur dengan zat berbahaya.“Mereka berdua memang hebat.” Jimmy mengakui kehebatan mereka berdua.“Prof Yudi bicara sama kamu?” tanya Danu dengan nada serius.Jimmy menganggukkan kepalanya “Aku tidak tahu dasar kamu mengambil keputusan itu, tapi aku akan mendukung apapun itu yang kamu ambil.”“Aku tahu kamu masih memiliki keinginan untuk tidak ada Sabi berikutnya, aku tidak jauh berbeda dimana tidak ingin ada bayi-bayi yang memiliki masalah jantung. Aku mengambil keputusan itu bukan karena kamu, walaupun juga memikirkan kamu didalamnya.” Danu membuka suaranya “Jangan berpikir yang negatif tentang keputusan yang aku ambil.”“Aku malah takut kamu mengambil keputusan karena aku
Jimmy berjalan dengan sangat cepat menuju ruangan dimana Wijaya berada, kabar yang dia dapatkan membuatnya langsung menuju kesini. Setidaknya jam kerjanya sudah selesai setelah memastikan kondisi bayi baik-baik saja, tepat depan pintu Jimmy mengatur nafasnya sebelum membukanya. Memasuki ruangan mendapati kedua orang tuanya dan Rifat berbicara santai, mereka menatap Jimmy dengan tatapan yang tidak tahu apa. Jimmy menatap sekitar tidak ada siapapun, membuatnya berpikir jika dirinya sedang dikerjai oleh sang mami. “Bagaimana keadaan papi?” tanya Jimmy ketika sudah berada di dekat Wijaya. “Tadi sempat kehilangan denyutnya tapi berhasil diambil tindakan,” jawab Rifat yang ada di belakang Wijaya. “Abang dan lainnya kemana?” tanya Jimmy penasaran. “Mereka kembali ke kantor,” jawab Tania langsung “Kamu habis operasi?” Jimmy menganggukkan kepalanya, menceritakan apa yang kemarin dia alami dan harus lakukan sebelum datang kesin
Ruang kerja, Jimmy menggunakan ruang kerja untuk berbicara empat mata dengan Siena setelah pembicaraan mereka dengan Wijaya. Jimmy sangat tahu jika waktu papinya tidak akan lama lagi, serangan yang terjadi tadi adalah petanda jika memang waktunya sudah dekat. Penyakit komplikasi dengan usia yang sudah tidak bisa melakukan tindakan lebih, walaupun selama masa muda papinya adalah orang yang peduli dengan kesehatan tapi ternyata tetap jatuh kedalam penyakit di usia tuanya ini.“Jeno siapa dia?” tanya Jimmy langsung.“Seseorang.” Siena menjawab singkat.“Ayolah, Siena! Apa yang harus aku lakukan agar hubungan kita bisa seperti dulu? Aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun tentang kamu, tidak tahu kesalahan apa yang sudah aku perbuat sama kamu.” Jimmy mengatakan dengan sedikit frustasi.“Kamu tidak perlu tahu apa-apa tentang aku.” Siena mengatakan dengan santai.“Siena, kamu tadi dengar permintaan papi? Mereka semua meminta ki
Fokus, mencoba fokus dengan pekerjaannya itu yang dilakukan Jimmy saat ini. Tidak memikirkan tentang pembicaraan atau kenyataan yang didapatnya kemarin, semua harus sesuai dengan apa yang direncanakannya hari ini.“Jadwal praktek sudah keluar,” ucap Danu sambil menatap layar.“Baguslah,” ucap Jimmy menanggapi dengan santai.“Kamu nggak papa?” tanya Danu memastikan.“Nggak, memang kenapa?” Jimmy menatap Danu dengan bingung “Oh...masalah praktek. Aku nggak masalah sama sekali, aku memikirkan hal lain.”“Febby?” tebak Danu yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Jimmy “Lalu?”“Complicated, aku nggak tahu harus cerita darimana.” Jimmy mengangkat bahunya “Aku harus ngecek bayi yang kemarin.”Jimmy menatap layar dan rekaman medis yang baru dibacanya, menghembuskan nafas panjang sebelum beranjak dari tempat duduknya. Berdiri dengan menepuk bahu Danu pelan sebelum meninggalkan di ruangan seorang diri, melangka
Seminggu sudah Jimmy tidak pulang ke rumah, tugas yang diberikan Albert untuk menggantikannya selama tidak di tempat membuat Jimmy lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit. Beberapa kali dirinya mendatangi Wijaya yang masih berada di rumah sakit dengan ditemani maminya, Tania. Kondisi kesehatannya sudah sedikit membaik tapi tetap saja membutuhkan perhatian ekstra, salah satunya adalah faktor usia. Pria dengan egoisnya selalu meminta pulang ke rumah, menghabiskan waktu di rumah atau terkadang memakan sesuatu yang dilarang oleh dokter. Jimmy yang membaca group chat keluarga hanya bisa menggelengkan kepalanya, beberapa kali saudaranya sudah meminta dirinya untuk datang atau pulang ke rumah.“Papi kamu tuh ya nggak jauh sama Lucas, keras kepala.” Tania mengatakan dengan sedikit emosi.“Sabar, mi.” Jimmy menenangkan Tania dengan membelai punggungnya pelan.“Kamu lagi libur?” tanya Tania menatap Jimmy penuh selidik.Jimmy menga
“Mau kemana?” tanya Tania saat melihat Jimmy tapi.“Rumah Siena,” jawab Jimmy yang membuat Tania menatap bingung “Ada yang mau aku bicarakan, mi.”Jimmy mendatangi Tania dengan mencium pipinya sekilas sebelum keluar, langkahnya terhenti mendapati Rifat yang berbicara dengan Rey serius. Tidak ingin mengganggu waktu mereka dengan tetap berjalan kearah rumah Siena, langkahnya terhenti tepat di depan pintu pagar rumah Siena. Jarak rumah mereka yang tidak terlalu jauh, menuju rumah Siena hanya dengan berjalan kaki, menekan bel rumahnya dari dalam Jimmy bisa mendengar suara anak kecil didalam. Tidak lama pintu terbuka menampilkan Siena dengan menggunakan pakaian rumah dan anak laki-laki disampingnya, terkejut dengan kedatangan Jimmy tapi tidak lama menampilkan ekspresi biasa.“Ada apa datang kesini?” tanya Siena setelah berada dihadapan Jimmy.Jimmy mengalihkan pandangan dari anak laki-laki disamping Seina dengan mantap Siena yang saat ini menat