Hari berganti pekan, pekan pun berganti bulan. Akhirnya hari yang dinanti-nanti pun tiba.
"Sakiiit ...," rintih Veronica menahan kontraksi yang semakin terasa di perutnya.Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju ke rumah bersalin milik dr. Jessica Harper."Iya, sebentar lagi sampai!" seru Zack panik. Ini pertama kalinya ia menghadapi hari persalinan seorang perempuan. Bahkan itu terjadi pada istrinya sendiri."Sabar, Nak. Itu gedungnya sudah nampak!" sahut Yasmin yang sudah tiga harian berada di LA karena persiapan menemani masa-masa sang putri akan melahirkan. Ini adalah momen yang sudah lama ia nanti-nantikan selama ini.Surya juga tak kalah tegang duduk di samping Zack. "Jangan ngebut banget," ujarnya memperingatkan.Zack hanya mengangguk tegang menjawab sang ayah mertua sambil terus berusaha fokus pada jalanan yang ramai lancar.Beberapa menit kemudian, akhirnya kendaraan roda empat yang mereka naiki pun sampai"Nabila, Ve sudah melahirkan! Aku ke sana dulu ya!" seru Zack dari seberang benua sana."Oke," sahut Nabila singkat dengan senyum tipis nan getir di bibir ranumnya.Klik!Sambungan telepon pun diputus oleh Zack. Layar gawai Nabila lamban menggelap di genggamannya.'Sekarang kamu sudah punya anak lagi darinya, Zack. Apakah kelak kamu bakal lebih memilihnya dibandingkan aku ...?' Entah mengapa terlintas begitu saja pertanyaan seperti itu di kepala wanita berwajah manis tersebut. Ia ingat, kalau sejak awal dirinya tidak mempunyai kekuatan apa pun di hadapan sang pria. Bahkan Zayn yang selama ini bersamanya adalah bukan miliknya, melainkan milik Veronica. Nabila tertawa miris melihat ke arah sang putra yang tengah bermain sendirian di lantai beralaskan karpet permadani di ruang tengah rumah itu.Nabila kemudian melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju Zayn yang masih asyik dengan mainannya. Kemudian wanita muda itu mera
Veronica yang tadi mendengar pekikan sang ibu, berusaha berjalan dengan cepat sebisanya karena bekas operasi di perutnya kadang masih terasa nyeri. Ia pun berdiri di depan pagar lantai dua memperhatikan heran ke arah tiga orang di ruang tengah itu dengan alis yang saling bertautan."Apa-apaan ini?" Yasmin melihat ke arah atas, matanya berserobok sebentar dengan Veronica, kemudian dengan segera beralih kembali menatap tajam ke arah menantu laki-laki kesayangannya selama ini. "Maksud kamu bagaimana, Zack? Jadi Zayn bukan cucu Mama?!" Yasmin bertanya dengan menegakkan badannya di tempat duduknya.Jennifer hanya bisa menggelengkan kepalanya saja sambil menatap penuh sesal ke arah putra semata wayang di hadapannya itu. Wanita paruh baya tersebut benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa anaknya kembali membuat ulah? Ya, Zack kembali membuat sebuah sandiwara di belakangnya selama ini."Maafin aku, Ma. Aku ... nggak tahu harus bagaimana untuk mulai bicara ke
Satu bulan berlalu, tiba waktunya Zack kembali ke Bekasi. Kali ini ia tidak sendiri, tapi bersama sang ibu dan juga ibu mertuanya."Kamu mau ikut ke rumah Zack, atau langsung pulang ke rumahmu, Yasmin?" tanya Jennifer kepada besannya sembari menuju ke gerbang arah jalan keluar di bandar udara internasional Soekarno–Hatta itu. Mereka berjalan beriringan.Yasmin tampak berpikir sejenak.Zack melirik ke arah sang mertua dengan perasaan yang tidak enak hati. Ia sadar, bisa jadi kini Yasmin sudah tidak mau lagi bertemu dengan Nabila ataupun Zayn setelah tahu kalau bayi itu sebenarnya bukanlah cucunya."Aku ikut kalian dulu. Setelah itu baru pulang ke rumah," jawab Yasmin akhirnya. Entah mengapa ia tidak bisa membohongi diri sendiri kalau dirinya merasa rindu kepada Zayn. Ia tidak bisa memungkiri perasaan sayangnya kepada bayi kecil nan lucu tersebut. Apalagi sudah hampir dua bulanan ia tidak pernah bertemu lagi semenjak menemani sang putri menghadapi hari persalinan di LA."Oke kalau gitu,
Jennifer dan Zack juga terlihat tidak enak hati dengan gelagat Yasmin. Akan tetapi, mereka memahami apa yang Yasmin rasakan saat ini."Maksud Tante ... bagaimana?" Nabila menatap Yasmin bergiliran dengan lainnya dengan sorot penuh tanda tanya. "Ya ... tentu saja boleh, Tante," sahutnya benar-benar heran. Karena selama ini ia tidak pernah melarang mereka semua mendatangi sang cucu. "Mama kenapa?" tanya Surya kepada sang istri dengan sorot yang tak kalah heran."Terima kasih ...," lirih Yasmin sembari menyusut titik air yang menyeruak keluar dari kedua sudut matanya. Kedua kalinya, ia tidak menghiraukan pertanyaan sang suami. Hanya tatapan penuh kesedihan yang terlihat dari matanya ketika memandang ke arah Zayn. "Ayo, Pa. Kita pulang sekarang," ajaknya pada Surya. Wanita tua itu lalu melanjutkan langkah menuju ke kendaraan mereka.Meski heran, mau tidak mau Surya pun ikut pamit dan menyusul sang istri dengan segera. Pria paruh baya itu lalu membukakan pintu mobil untuk Yasmin dan kemba
Zayn terlihat mulai merengek ketika kedua mata bulat lucunya melihat ke arah sang ibu. Mau tidak mau Zack pun mengantarkan bayi itu ke pangkuan Nabila. "Sepertinya dia sudah ngantuk," ujar pria itu menatap ke wajah cantik sang istri yang kini masih terdiam. Bahkan Nabila terlihat tersentak ketika Zayn diletakkan di atas pangkuannya, seolah baru tersadar akan dunia nyata."Ah, iya! Sebaiknya kamu tidurkan Zayn dulu, Nabila. Nanti saja kita lanjut obrolan kita," ucap Jennifer kepada sang menantu.Melihat Zayn yang tampak sudah sangat gelisah dan tidak sabar, Nabila tidak bisa membantah. "O–ke, Mom. Aku mau tidurkan Zayn ya. Mommy istirahat aja dulu," ujarnya terpaksa. Pada saat ini sebenarnya wanita muda itu begitu penasaran dengan apa yang akan sang mertua ungkapkan. Namun, ia berpikir sepertinya momennya belum pas untuk mereka melanjutkan pembicaraan.Nabila pun bangkit dari duduknya, ia lantas melangkah menuju ke luar kamar Jennifer hendak ke kamarnya sendiri.Ketika punggung Nabila
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
Nabila melirik sebentar ke arah Zack. Ia sama sekali tidak mau menyahuti. Wanita muda itu lalu menoleh ke arah Hana dan mengulurkan tangan sembari meringis kesakitan."Kamu nggak apa-apa, Nabila?" tanya Hana cemas seraya membantu memapah adiknya."Sakit, Kaak ...," rengek wanita muda itu sembari bangkit perlahan."Zayn ...." Tiba-tiba Zack tersadar akan putra kecilnya yang terlihat khawatir pada ibunya itu. Zayn menoleh ke arah ayahnya. Ia terlihat tengah mengingat-ingat. "Dad ... Daddy ...," ucapnya ketika ingatannya mulai terbuka. Zack tersenyum, kemudian memeluk putra kecilnya itu dengan perasaan membuncah dan penuh keharuan. Ia sangat merindu."Kaaak ...!" Tiba-tiba Nabila kembali merengek pada Hana.Zack menoleh ke arah Nabila dan pandangan matanya mengikuti pandangan wanita muda itu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat air bercampur darah yang mengalir ke lantai."Nabila! Kita mesti ke UGD!" ujar Hana panik, "Zack, tolong panggil perawat!" suruhnya pada Zack."O–oke!" Zack den
"Pak, cepat ya!" seru Zack kepada supir mobil taksi yang ia tumpangi. Sungguh hatinya merasa gelisah karena sudah tiga hari ini—sejak ia sampai di LA dan bahkan sampai kembali ke Indonesia— handphone Nabila tidak bisa dihubungi. Ia yakin Nabila saat ini kembali menghindar darinya. Bahkan ia tahu dari Max, kalau wanita muda itu kini sudah tidak lagi berada di rumah mereka. "Baik, Mister. Saya usahakan!" jawab sang supir sembari memutar roda mobil, kemudian membawa kendaraan itu keluar dari area parkir airport. Arus lalulintas di jalanan terlihat ramai lancar.Tak berapa lama kemudian terdengar suara dering ponsel milik Zack. Pria itu lekas merogoh benda segi empat tersebut dari saku jaket kulitnya. Tertera nama Max di sana."Ya, Max! Aku sudah sampai di bandara Soetta dan sekarang lagi on the way pulang ke Bekasi," jelas Zack kepada sang sahabat."Oh, iya. Gimana? Nabila sudah bisa dihubungi?" tanya Max. Semenjak Zack tidak bisa menghubungi kontak sang istri, ia mengerahkan siapa saja
"Gimana, sudah ada kabar?" Zack saat ini sedang dalam panggilan telepon dengan sahabatnya, Max. Tadi pria itu menghubungi Max untuk mencarikan chanel jet pribadi, agar ia bisa terbang menuju ke Amerika sesegera mungkin. Ia sangat khawatir akan kesehatan bayi kecilnya di rumah sakit."Oke, Bro. Sudah dapat, adikku selalu bisa diandalkan kalau soal ini," sahut Max dari seberang sana."Bagus. Aku sangat berterima kasih kepada kalian.""Jangan lebay!" Max mencandai Zack. "Ya sudah, kamu cepat ke bandara. Pilot sudah menuju ke sana.""Ok, Max. Thanks! Aku akan segera ke sana." Zack pun menutup teleponnya. "Gimana?" tanya Jennifer kepada putranya. Wanita tua itu jelas ingin sama-sama ikut ke Amerika."Sudah siap, Mom!" sahut Zack.Yasmin dan Surya sudah pulang ke rumahnya tadi. Mereka juga hendak bersiap-siap untuk berangkat dan melihat keadaan cucu kesayangan yang sedang sakit itu secara langsung.Zack terlihat memainkan ponselnya lagi. Ketika tersambung ...."Hallo, Pa. Jetnya sudah siap
Mendengar permintaan Nabila, Zack terpaku menatap nanar ke arah wanita muda itu. Tubuhnya terasa kaku seketika dan lidahnya pun kelu. Ia sudah mengira akan begini jadinya."Tidaaak ... tidak, Zack!" Yasmin menghambur ke arah menantunya sembari menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Air matanya kini telah mengalir deras menganak sungai, "tolong kalian jangan bercerai ....""Yasmin!" Tiba-tiba terdengar selaan suara Jennifer memanggil besan wanitanya dari muka pintu.Sontak semua orang menoleh ke arah sumber suara. Zayn tidak lagi berada bersamanya karena ia telah meletakkan balita kecil yang telah tidur nyenyak tersebut di ranjang di kamarnya."Jangan pengaruhi putraku lagi. Kamu tidak lihat apa yang telah anakmu perbuat, heh?" ujar Jennifer dengan suara yang datar tetapi begitu penuh penekanan. Ia jelas marah dengan perselingkuhan Veronica.Surya hanya terdiam di sana. Ia mewajarkan jika Nabila dan Jennifer bersikap seperti itu. Apa yang dilakukan putri tunggalnya itu meman
"Di–di ... dia ...." Nabila tergagap di sana dengan wajah yang kini telah basah karena air mata. "Kamu kenapa, Nabila?" tanya Jennifer panik sembari meraih cucunya dan dengan cepat memegang bahu Nabila yang saat ini terlihat aneh. Nabila terlihat pucat dan bibirnya gemetar di sana. "I–itu ...." Dahi Jennifer berkerut kencang melihat ke arah ponsel yang dilirik oleh Nabila. Dengan cepat wanita tua itu meraih benda segi empat tersebut sambil menggoyang-goyangkan badannya berusaha menenangkan sang cucu yang merengek di gendongannya. Akhirnya Zayn tampak mulai tenang dan hendak kembali tidur di dekapan sang nenek.Nabila terduduk di ranjang Zayn dengan wajah yang masih pias. Ia tertunduk sembari menyusut kedua matanya yang basah. Wanita muda itu terlihat sangat shock.Sementara Jennifer, ia membuka ponsel Zack yang layarnya memang sudah berada di perpesanan WA. Dengan cepat ia memutar video yang ada di sana. Betapa terkejutnya Jennifer melihat apa yang ada di video tersebut. Kedua mata
Hari ini Yasmin dan Surya mengunjungi rumah Zack juga Nabila. Mereka baru saja selesai makan malam bersama. Surya sudah diberitahukan oleh sang istri kalau sebenarnya Zayn bukanlah cucu mereka. Bahkan tidak ada hubungan darah sama sekali.Akan tetapi, Surya memutuskan untuk bersikap bijak. Ia tidak mau mempermasalahkan hal itu. Zayn adalah putra dari Zack, menantunya. Itu cukup mengartikan kalau Zayn sama saja dengan cucunya sendiri.Setelah berkomunikasi dengan sang suami, Yasmin merasa lebih lega. Pandangan suaminya sedikit banyak ikut mempengaruhi pikirannya yang tadinya terasa kusut dan runyam. Selama ini ia tidak menyukai Nabila, karena dianggap sebagai duri dalam rumah tangga putrinya. Akan tetapi, ia tidak sanggup untuk membenci Zayn. Dirinya sudah telanjur sayang, bahkan ia merasa rindu untuk selalu bertemu balita kecil tersebut."Zayn tetaplah cucu kami," ucap Surya sembari tersenyum hangat kepada semua orang, "kami menyayangi Zayn sama seperti kepada Thomas," lanjutnya.Zack
Zack pulang kerja cukup larut, pukul 22.05 WIB. Banyak hal yang mesti dia kerjakan tadi di kantor. Meskipun memang sebenarnya semua sudah selesai di pukul 20.00 tadi, tetapi pria itu memutuskan untuk lebih lama berada di tempat kerjanya. Hal itu karena ia merasa pikirannya sedang kalut dan tidak nyaman dengan keadaannya bersama sang istri keduanya saat ini.Ya, sejak Nabila marah kepadanya, pria itu selalu kepikiran. Ia khawatir kalau wanita muda itu kembali pergi darinya. Zack masuk ke dalam kamarnya. Kemudian ia membuka jas dan kemeja kerjanya, lalu meraih handuk, kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, pria itu keluar. Ia tertegun sebentar di ambang pintu kamar mandi, karena ternyata ada Nabila yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya sekarang."Mmm, Zack ... kamu mau langsung istirahat ya?" tanya Nabila tampak kikuk."Iya. Ada apa, Nabila?" tanya sang suami heran."Oh, ya udah. Aku juga mau tidur. Besok aja," ujar Nabila sembari ban
"Ada apa kalian ini?" tanya Jennifer ketika menyadari kalau sepasang suami-istri di hadapannya tidak saling bicara satu sama lain. Hanya Zack yang tadi ia lihat mencoba mendekati sang istri ketika Nabila menyiapkan sarapan. Namun, wanita muda itu terlihat menghindar dan tidak mau menyahuti sang suami. Itu membuat Jennifer heran.Nabila masih diam sembari mengunyah makanannya dan juga membantu Zayn makan di tempatnya. Sementara Zack hanya melirik ke arah wanita muda itu."Nabila sudah tahu soal Zayn, Mom," jawab Zack datar, tetapi hatinya diselimuti rasa bersalah."Oh, jadi kamu sudah bicara?" tanya Jennifer memastikan, "bagus kalau begitu. Bukannya Nabila memang sudah dari dulu menganggap Zayn sebagai anak sendiri?""Tapi kenapa baru memberitahuku sekarang, Mom? Aku nggak terima selama ini Zack membohongiku sampai lebih dari dua tahun," sahut Nabila tidak terima."Nabila, maafkan aku ...," ucap Zack untuk ke sekian kalinya. Nabila mendengkus tak suka. Lantas ia bangkit berdiri, lalu
"Itu ...? Itu apa?" tuntut Nabila dengan raut penasaran.Zack mendekat dan duduk di samping Nabila. Ia meraih telapak tangan sang istri dengan degup jantung yang tidak keruan. "Nabila, sebenarnya ...."Wanita muda di hadapan Zack itu bersiap menyimak apa yang akan di sampaikan oleh sang suami. Sentuhan dari sang suami membuat darahnya sedikit berdesir hangat karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu dan melakukan kontak fisik, tetapi dirinya berusaha mengabaikan rasa itu. Dengan melihat gelagat Zack yang mencurigakan seperti ini, Nabila merasa cemas dan muncul ketakutan tersendiri di lubuk hatinya. "Sebenarnya apa? Zack, kamu jangan buat aku khawatir!" tegas Nabila yang kini terlihat mulai kesal."Nabila, Zayn itu ... dia sebenarnya adalah anak kamu," jawab Zack dengan suara lirih, tetapi cukup jelas terdengar oleh telinga Nabila.Wanita muda di hadapan Zack mendengkus dan tertawa kecil. Ia heran dengan perkataan sang suami. "Zayn memang anakku!" serunya. Di dalam hatinya curiga ka