"Mengapa kau menyelamatkan aku?"
Alice pikir kepala Yue Moran telah rusak hingga ke tahap paling parah. Lengan kirinya bergerak maju ingin menyeka wajah anak tersebut, tapi melihat hanfunya basah kuyup. Ia menarik mundur tangannya dengan sedih, "Nak—"
"Pukul saja, kenapa kau menarik tanganmu?" Yue Moran bertanya tenang.
Terdiam, Alice teringat masa lalu tubuh asli yang sering menindas Pahlawan Dimensi karena memiliki mata merah khas Iblis. Tubuh asli kehilangan kakak laki-lakinya karena peperangan dengan Iblis di masa lalu, sehingga dia melimpahkan kebencian pada Yue Moran yang setengah Iblis.
Anak ini ... seberapa jauh kerusakan mental dan emosinya? Dia hampir saja mati sungguhan jika nafasnya tidak kembali pada saat genting. Alice mau tak mau berkata lembut untuk menjawab, "Aku tidak ingin memukulmu, aku hanya ingin menyeka wajahmu yang basah."
Gadis itu memperlihatkan lengan hanfunya, diikuti tawa renyah, "Lihat, ini basah? Jadi aku tidak bisa menyeka wajahmu."
"Untuk apa menyeka wajahku?"
Ekspresi tenang Yue Moran membuat Alice frustasi. Nak, tidak bisakah kau menunjukkan sedikit trauma atau ketakutan sehingga dia bisa maju dan bertindak sebagai penyelamat yang hangat dan baik hati?
"Lupakan tentang menyeka wajah, sekarang jawab pertanyaanku. Siapa yang mengajarimu untuk bunuh diri? Melompat ke Sungai Dao sangat berbahaya!"
"Bukan urusanmu."
Alice hampir muntah darah karena sakit hati. Ia berenang begitu lama di dalam air, berjuang untuk tetap membuka mata sebelum sampai ke permukaan. Lalu anak ini bilang 'Bukan urusanmu' ini sangat menyedihkan.
Alice tiba-tiba teringat akan satu mantra, dia mencobanya. Usai membaca mantra, hanfunya dan hanfu lusuh Yue Moran langsung kering seketika.
Alice mengeluarkan sebuah sisik dari kantongnya dan memberikan itu pada Yue Moran, "Ambillah, ini Sisik Jantung Naga. Dia akan selalu melindungimu di mana pun kau berada. Anggap saja sebagai permintaan maaf atas perbuatan burukku di masa lalu."
Iris merah Yue Moran terpaku pada sisik berkilauan di depan matanya. Alice tersenyum bahagia karena mendapatkan respon yang baik, anak ini tetaplah bocah berusia sepuluh tahun yang tertarik pada hal-hal bagus, "Jika kau menerima ini, maka aku anggap kau memaafkan aku."
"Makan."
"Ya?"
"Beri aku makanan."
"Eh, kau tidak mau sisik ini?"
Alice dibuat heran tatkala Yue Moran menggelengkan kepala kecilnya dengan lucu.
"Kerang itu tidak bisa dimakan."
Tunggu, jangan bilang Yue Moran berbinar melihat sisik ini tadi karena berpikir sisik ini akan terasa enak jika dimakan? Alice melihat kembali fisik Yue Moran, anak ini lebih kecil dari ukuran anak-anak seusianya. Tubuhnya sangat kurus dan tulang-tulangnya menonjol, pakaian kebesaran membuat dia tampak seperti orang-orangan sawah.
Leon muncul dan duduk di sebelah Alice, "Setelah Ibunya mati, dia kehilangan tamengnya. Bahkan untuk akses makanan, dia hanya memakan makanan sisa. Itu pun jarang bisa dia makan."
Informasi tentang Pahlawan Dimensi sebelumnya tidak sedetail ini untuk sampai ke sudut makanan. Alice kembali menatap mata merah Yue Moran yang di benci semua orang, "Maaf, aku tidak membawa makanan. Cincin ruangku juga kosong. Bagaimana kalau aku bawa kau pulang? Aku akan memberimu banyak kue dan daging, setuju?"
"Hum." Deheman dalam Yue Moran menghantarkan keterkejutan pada Alice.
Gadis tersebut terpikirkan sesuatu, dan dia bertanya, "Jawab pertanyaanku dengan jujur, apa kau sering dipukuli oleh anak-anak di sini dengan alibi akan diberi makan setelah dipukuli?"
Yue Moran mengangguk lagi.
Anak ini ... Alice merasakan hatinya seakan diperas oleh sesuatu tak kasat mata, dia tanpa sadar ingin menangis. Hati Ibu Yue Moran pasti sangat sakit jika mengetahui perlakuan yang diterima anaknya, karena jika dia Ibu Yue Moran, dia pasti akan sedih dan sangat marah.
Ia mengulurkan tangannya, "Apakah aku dimaafkan? Aku meminta maaf secara tulus atas perlakuan burukku selama ini padamu. Aku tidak terlalu membencimu, hanya saja kakakku mati karena Iblis, jadi aku merasa kesal saat melihat mata merahmu di masa lalu."
Sentuhan jemari kecil mulai memasuki telapak tangan lebarnya, Alice terharu karena Yue Moran sangat mudah di bujuk di awal dengan iming-iming makanan, "Tapi sekarang aku tidak membencimu lagi karena itu bukan kesalahanmu," sambungnya.
"Dimaafkan."
Terkejut karena sangat mudah dimaafkan, Alice berujar, "Mudah sekali?"
"Ibunda bilang, harus saling memaafkan. Jangan membalas keburukan dengan keburukan."
Leon berkata senang dari sisi lain, "Rasa suka Pahlawan Dimensi meningkat karena rayuan makanan. Ini adalah senjata utamamu, Nona."
Alice diam-diam mengangguk dan berteleportasi bersama Yue Moran. Kunci pembuka misi selanjutnya mulai dia taklukan sedikit demi sedikit, suatu saat akan tiba masanya untuk dia benar-benar bangkit dan menyiksa Alan serta Malia.
Keduanya sampai di halaman Paviliun Qu tempat Putri Chang Zui tinggal. Alice membiarkan Yue Moran duduk di atas ranjangnya, "Tunggu disini, aku akan meminta pelayan mengambil beberapa makanan di dapur."
Alice berlalu pergi dan kembali setelah beberapa saat. Ia menutup pintu kemudian meletakkan nampan berisi banyak makanan ke atas meja, dia melambaikan tangan, "Sini, mari makan bersama."
Yue Moran menurut dengan diam. Turun dari ranjang yang nyaman, berjalan mendekati meja dan duduk di sana. Ia hanya membisu tatkala melihat gadis di sisinya sibuk menumpuk banyak makanan pada mangkuknya.
Alice berhenti menyumpit lauk, mendorong dua sumpit bersih ke Yue Moran, "Makanlah."
Yue Moran hanya angguk-angguk kepala dan mulai makan dengan lahap.
Melihat nafsu makannya, hati keibuan Alice menghangat. Anak ini bahkan tidak khawatir andai saja makanannya diracun, sebegitu lapar kah?
Leon muncul kembali di udara, berguling malas, "Dia sendiri ingin mati karena semua orang di sekitarnya terus saja memintanya untuk mati. Kalaupun diracun, dia mungkin bahagia karena mati dalam kondisi kenyang."
Benar juga. Alice menambahkan lauk lain ke mangkuk Yue Moran, dan menuangkan air, "Minumlah airnya, agar pencernaanmu lancar," tuturnya lembut. Ia menunggu Yue Moran selesai makan, lalu menarik mangkuk anak itu lima menit kemudian atau perut kecilnya akan sakit jika makan terlalu banyak.
Alice mengambil kue bunga osmantus, "Ini, rasanya manis dan ringan. Bagus untuk pencernaan."
Setelah mangkuknya di ambil, ekspresi Yue Moran meredup, berkat rasa manis di lidahnya, dia mulai berbinar lagi.
"Terima kasih."
Betapa manis, dia juga sangat sopan dan tahu cara berterima kasih. Alice tersenyum dan memberikan kue lain, "Sama-sama, jika lapar. Datang saja padaku, aku akan memberikan banyak makanan. Tapi kau harus janji padaku, jangan bunuh diri lagi, mengerti?"
"Tidak bunuh diri, boleh makan kue?"
"Makanlah berapa pun."
"Aku janji."
Berhasil! Alice menahan kegembiraan dihatinya. Dia melirik hati-hati ke pergelangan tangan Yue Moran yang lebam, "Bisakah aku memegangmu? Aku ingin menyembuhkan lukanya."
"Um."
Alice pertama-tama menyeka rambut peraknya yang terlihat sangat menawan setelah bersih dari debu. Dia mengobati luka di dahi Yue Moran seraya menahan kagum pada rambut perak yang jarang dimiliki orang-orang di kehidupan pertamanya.
"Rambutmu sangat indah," pujinya tulus.
Yue Moran hanya memandang Alice dalam diam. Perlahan mulai mengantuk saat rasa hangat yang kaya energi mulai memasuki tubuhnya.
Alice membiarkan Yue Moran tertidur bersandar padanya. Selesai pada pengobatan, beberapa luka ringan di tubuh anak ini sudah sembuh. Untuk bekas luka serius masih membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Ia bangkit sembari menggendong Yue Moran, berbaring bersama di atas ranjang. Tak lupa mengunci pintu dan memberikan mantra di sana.
Jaga-jaga jika ada pergerakan dari luar. Kemudian ia berbaring di sebelah Yue Moran, tangannya gatal untuk menyentuh surai peraknya sekali lagi, "Bahagialah dan tumbuh sebagai anak yang sehat." Tuturnya dengan keinginan murni, tak berselang lama, dia menyusul Yue Moran karena kelelahan.
Puluhan menit berlalu, Alice sudah terlelap begitu nyenyak. Nafasnya juga berhembus secara teratur.
Saat kondisi ruangan cukup sunyi, tiba-tiba Yue Mo Ran membuka kelopak mata. Sorot iris merahnya bersinar terang dengan rasa ingin tahu saat dia menatap wajah damai Alice yang tertidur.
Bibir kecilnya bergumam sangat pelan, "Chang Zui." Ia berubah posisi menjadi duduk, bergeser sedikit ke samping untuk memudahkan dirinya sendiri. Sebuah bayangan hitam bermata ungu muncul dipundak kirinya, tertawa dengan suara jahat kemudian berbisik, "Bunuh dia, Yue Moran ... Bunuh dia. Dan setelah itu, siklus pengulangan waktu akan berakhir. Aku tidak berbohong padamu, jika kau membunuhnya. Kematianmu akan menjadi mudah."
"Kematian akan menjadi mudah ..." Gumamnya dengan sorot mata merah yang mulai bergetar.
Di sisi lain, Leon mengotak-atik layar monitor karena terjadi bug pada sistem. Sinyal berwarna merah menyala dengan berisik, peringatan bahaya datang mengancam terus bermunculan memenuhi layar monitor. Leon ingin keluar dari Alam Sistem, tapi tubuhnya terpental oleh dinding hitam yang datang entah dari mana.
"Sialan, energi Dewa Jahat!" Umpatnya, Leon mengaktifkan komunikasi batin dan berteriak, "Alice! Alice! Cepat bangun, darurat! Nyawamu sedang terancam!" Jangan sampai eksekutor kali ini juga gagal dalam misi. Jika Alice mati, dia harus menunggu lama untuk kembali mendapatkan jiwa yang cocok.
Leon terus berteriak tanpa henti, dan Alice mulai merasakan pusing dalam tidurnya. Perempuan itu meringis, bangun pelan-pelan. Penglihatannya masih sedikit kabur saat dia melihat siluet familier Yue Moran tengah duduk di depannya. Ia memanggil lirih setelah meringis sakit karena rasa pusing, "Yue Moran? Sudah bang--ugh!"
Iris hitam Alice bergetar terkejut, pupilnya yang bisa melihat kembali dengan jelas kini menatap horor pada anak kecil bermata merah tersebut. Ia melirik dada kirinya yang ditusuk oleh pisau aneh dengan energi gelap yang kental, "K-kau ..." Ucapnya terbata-bata karena rasa sakit yang mendera.
Yue Moran menusuk pisaunya semakin dalam ke jantung Alice, berkata tanpa emosi, "Mati."
"Agh!"
"Apa yang terjadi? Leon ... ini ... bagaimana mungkin?" Suara Alice terbata-bata dan sedikit ketakutan. Pupil hitamnya menatap ke segala tempat untuk memastikan bahwa keduanya sungguh kembali ke masa lalu.Leon juga bingung. Cakar kucingnya mengetik sangat cepat di atas papan keyboard monitor. Ekpresi bola bulu hitam itu sedikit memburuk, "Nona, aku ada kabar baik dan kabar buruk. Mana satu yang ingin kau dengar lebih dulu?"Pikiran Alice yang linglung kembali fokus usai mendengar kalimat barusan. Mungkinkah ada kesalahan sistem lagi? Atau semacam bug dari pusat?"Beri aku kabar buruknya dulu, Leon.""Kabar buruknya, Yue Moran sepertinya terkontaminasi oleh energi dari Dewa Jahat. Alasan semangat hidupnya menurun cukup tajam karena bisikan manipulatif dari Dewa Jahat. Sejak awal perubahan ini sudah janggal, jelas-jelas Yue Moran ingin terus hidup untuk balas dendam dan mencari keadilan bagi Ibunya yang tiada.""Terkontaminasi?" Gumam gadis itu dengan ekspresi terperangah, "Kau bilang D
"Meski peristiwa ini mungkin telah terulang berkali-kali, kamu masih belum bisa menerimanya," Alice berkata lirih dari belakang. Ekspresi wajahnya tertutup topi bambu bertirai.Yue Moran sempat berpikir ketika dia kembali ke masa saat Ibunya mati, dia akan menguburkan mayatnya di belakang paviliun dengan tidak layak seperti dulu. Namun berkat Alice, dia bisa menguburkankan Ibunya di tempat yang sunyi dan damai, bahkan memiliki energi spiritual lingkungan yang cukup murni.Yakni, Alam Manusia.Lokasi yang dipilih oleh Alice sangat tenang, tempat ini nyaris tidak di jamah oleh manusia karena lokasinya yang terlalu masuk ke dalam hutan. Di berbagai tempat terdapat banyak tanaman seperti bunga, tumbuh."Aku selalu datang pada detik-detik terakhir Ibuku akan mati," sahut Yue Moran tanpa menoleh. Ia kembali melanjutkan, "Terkadang aku tidak terlalu membenci siklus reinkarnasi yang terus terjadi. Karena setidaknya, aku memiliki kesempatan untuk melihat Ibuku tersenyum dan menyentuh kepalaku."
"Kau ... apa yang kau katakan barusan? Aku pikir kepalamu mungkin hanya sedikit rusak, tapi sepertinya itu sudah rusak dengan sangat parah," seloroh Yue Moran tak percaya. Kedua mata merahnya bersinar was-was dengan sinar peringatan, menolak secara tegas. Dia bahkan tidak memiliki dendam apa pun dengan Kaisar Langit. Yue Moran hanya memiliki dendam pada Klan Malaikat Yue serta beberapa orang tertentu. Alice juga paham betul tentang hal yang saat ini pasti sedang berputar-putar menghantui kepala Yue Moran. Anak ini ingin balas dendam tapi semangatnya sama sekali tidak matang, usahanya juga sangat minim, hanya tahu cara melarikan diri lalu menyerah pada hidup. Alice harus keras ke depannya, atau Dimensi ini benar-benar akan hancur karena Pahlawan Dimensinya terlalu lemah serta plin-plan. Mau tak mau gadis itu berlutut, tindakan yang sebenarnya sangat di larang baginya yang memiliki status Dewi sekaligus Putri Mahkota Langit. Namun Alice ingin menunjukkan ketulusannya sebanyak mungkin
Bola api berwarna hitam melayang bebas ke udara, sepasang mata ungu yang berkobar sedikit meredup. Bola itu berhenti di depan Huang Di Chen, berkata dengan nada bersungut-sungut karena kesal, "Kali ini tumbalkan Chang Zui. Putri dari Dewa Petir dan Dewi Bunga." Di Chen sontak mengerutkan kening. Dia barusan tidak salah dengar, 'kan? Ia menutup matanya sejenak, baru kemudian membalas usai pikirannya mulai tenang, "Jangan bercanda. Kekuasaan Dewi Bunga mempengaruhi seluruh tumbuhan di Enam Alam, dan Dewa Petir adalah penguasa tertinggi tepat setelah aku. Andai aku menyinggung keduanya, Alam Surga akan terpecah." "Aku akan mengurus sisanya, cukup bunuh dia untukku. Karena dia akan menjadi penghalang terbesar bagi rencanamu yang susah payah kau susun selama ini. Dia akan membunuhmu jika kau tidak membunuhnya lebih dulu." *** Alice berhasil sampai ke pemukiman warga yang berlokasi di bawah gunung terdekat dari lokasi hutan yang dia datangi sebelumnya. Ia menyimpan topi bambunya ke ruan
Kepala Desa berlarian kecil ke pintu masuk Balai Doa dengan tergesa-gesa. Wajah paruh bayanya yang sudah keriput sebagian tampak ceria, dia berkata sopan pada Alice, "Nona Immortal, anda datang. Mari masuk! Doa akan segera di mulai!" Alice mengangguk sebagai tanda persetujuan. Berusaha untuk mengacuhkan hiruk-pikuk dari hantu serta Iblis yang bergentanyangan ke sana ke mari seperti mainan rusak. Ia melihat sekaligus memindai wajah para penduduk satu-persatu. Berharap dia bisa menemukan sesuatu. Namun semua penduduk desa memiliki energi kehidupan yang murni dan tidak terkontaminasi. Jika seorang manusia telah bermain-main dengan Iblis dan Hantu, aura kehidupannya akan meredup kemudian berakhir terkontaminasi lalu meninggal dunia. "Nona Immortal?" Kepala Desa memanggil dari samping meja persembahan. "Apakah ada yang salah? Anda merasa tidak nyaman? Tolong katakan saja pada saya!" Melambaikan tangannya seraya tersenyum, Alice menjawab ramah, "Tidak, Kepala Desa. Aku hanya ingin meliha
Suara teriakan, tawa gila, lalu tangisan. Segala jenis raungan yang mengandung berbagai emosi telah mengalun sebagai pengiring seiring Ritual Doa terus berlangsung. Para penduduk masih tidak terganggu dan tetap berdoa khusyu. Berbeda dari Alice yang saat ini entah sudah keberapa kali dia bekerut kening. Kitab yang dia baca hampir sampai pada lembaran terakhir. Anehnya, semakin dia mendekat dengan lembaran terakhir, raungan dan geraman buas serta cekikikan hantu justru bergema kian ramai. Memenuhi Balai Doa dengan suara berisik mereka. Alice sudah menemukan jawaban dari keragu-raguan di hati. Ia berhenti membaca doa, menutup kitab kemudian membakarnya dengan api. Sontak saja, para Hantu dan Iblis yang semula tampak jinak, kini berubah menggila berusaha menyerbu ke arahnya. "Kitab dan patung di sini, semuanya sudah tercemar sangat parah," tuturnya rendah. Su Mian bertanya bingung, "Nona Immortal? Kenapa anda berhenti membaca doa? Ritual Doa belum selesai!" Ada pantangan untuk tidak
[ Sistem : Ding! Darurat! Sangat darurat! Ayah Pahlawan Dimensi hampir kehilangan nyawa! Hampir kehilangan nyawa! Misi Utama ; Menyelamatkan Ayah Pahlawan Dimensi dari kematian! Rincian Tugas ; Obati Ayah Pahlawan Dimensi yang terluka, pertemukan Ayah Pahlawan Dimensi dengan Pahlawan Dimensi. Buat keduanya akur! Bonus Misi ; Rasa suka lima puluh persen untuk Pahlawan Dimensi! ] Alice berteleportasi ke lokasi yang ditunjukkan oleh peta sistem. Dirinya berakhir di sebuah jurang gelap nan curam seolah tak memiliki dasar. Kabut serta awan hitam menutupi sebagian jurang, dia sama sekali tidak bisa melihat apa pun! "Leon, pastikan tabirmu cukup kuat untuk memblokir aura Dewiku agar tidak menyebar kemana-mana!" Leon datang, berputar-putar di udara dengan membawa monitor merah pertanda bahaya, dia menjawab yakin, "Serahkan padaku, Nona. Tugas ini harus anda lakukan sendiri karena bonus yang pusat berikan juga tinggi." "Aku tahu! Aku akan pergi!" Alice akhirnya melepas kekuatan yang semp
"Semuanya menyingkir!" Teriak Alice sekuat tenaga, jemarinya membentuk benang spiritual yang mana segera bergerak liar menggapai patung bangkai. Patung bangkai menangis darah kian banyak, sampai-sampai darah busuknya mengotori lantai. Menyebarkan bau busuk yang membakar isi perut. Patung itu menjerit seperti orang gila, "Beri aku tumbal! Beri aku tumbal! Aku ingin balas dendam! Aku ingin balas dendam! Kalian harus menyembahku! Akulah Dewa kalian! Berikan aku persembahan nyawa lebih banyak!" "Diam! Kau sudah gila! Kau menjadi jiwa yang terkontaminasi!" "Hahaha! Dia lebih buruk! Dia lebih terkontaminasi! Dunia ini akan hancur! Dunia ini akan hancur!" Alice membalas beberapa teriakan patung bangkai, berniat ingin mengorek informasi. Sayangnya patung bangkai ini hanya tahu cara mengatakam tumbal, balas dendam, dan nyawa. Akhirnya Alice menebas patung tersebut kemudian membakarnya dengan Segel Phoenix Surgawi. Balai Doa kembali tenang. Yue Moran berkedip saat menatap punggung rampi
"Seperti yang anda ketahui, kami hidup dalam satu tubuh serupa. Ketika salah satu jiwa kami meninggal dunia, maka jiwa hidup satunya akan terkontaminasi oleh esensi kematiannya, lama kelamaan akan turut ikut meninggal dunia." Gila. Berarti jiwa lain yang saat ini bersemayam pada tubuh Biksu Tang bukanlah roh jahat? Melainkan jiwa saudari kembarnya? "Melihat wajah anda tampak kesulitan, mungkinkah anda menebak bahwa saya kerasukan jiwa jahat dari lingkungan eksternal?""Benar, karena esensi jiwa lain dari tubuh Biksu Tang memiliki energi kematian cukup kental. Sifatnya juga terlalu kejam, yang terpenting ialah sifat naluriahnya ketika menanggapi energi spiritual disekitar." Helaan nafas panjang terdengar letih. Sosok Biksu Tang terlihat memasang ekspresi lelah pada paras awet mudanya, tampak linglung sementara waktu seolah terjebak dalam pusaran kenangan masa lalu. Di sisi lain, Alice terus diam menunggu dengan sopan karena reaksi Biksu Tang cukup bagus untuk diajak bekerja sama, d
"Nona kecil?" Heran Biksu Tang saat tiba-tiba kedatangan dua tamu tak diundang di lokasi ternyaman pribadinya. "Mengapa Nona repot-repot datang kemari? Jika anda membutuhkan saya, saya bisa datang, tubuh anda terlihat pucat sekali." Alice turun dari gendongan Da Yuan, menunduk sopan sebagai salam, berkata sambil tersenyum cerah dengan mulus, "Saya tidak berani. Biksu Tang adalah Biksu suci yang dihormati oleh Kerajaan, mana mungkin gadis kecil seperti saya merepotkan anda? Sebenarnya kedatangan saya kemari, karena ingin menanyakan sesuatu. Bisakah anda meluangkan waktu untuk Ziyu, Biksu?" Sepasang alis tajam Da Yuan dipaksa naik bersamaan usai melihat seberapa drastis perubahan ekspresi Alice. Gadis ini semakin mengeluarkan keterampilan unggul lainnya, contohnya dibidang akting kali ini, Alice lebih dari kata mampu untuk terlihat polos bagaikan seorang gadis kecil yang baru saja mengenal dunia. Biksu Tang juga berpikir Alice adalah gadis kecil malang, harus hidup dengan tubuh sakit
Dini hari, Alice keluar dari lokasi kuil bersama Ah Bing. Semalam ketika tubuh klonning dari Leon kembali dari menara di belakang, kecurigaannya berhasil terpuaskan dengan fakta bahwa Biksu Tang bukan mengalami penyakit Karakter Ganda, melainkan ... dibalik tubuh suci tersebut, ada jiwa hitam yang menguasai tubuhnya ketika malam tiba. Berjalan menelusuri halaman samping Kuil, lebih tepatnya di area bawah bagian taman. Alice berjalan hati-hati dibantu Ah Bing, nafasnya sudah terputus-putus karena rasa lelah, "Ah Bing, kakiku rasanya sangat lemas. Kita berhenti dulu, aku akan duduk di atas batu itu, antarkan aku ke sana." "Baik, Nona!" Dua gadis itu berbelok ke arah lain, bergerak mendekati susunan batu yang memiliki ujung tumpul. Lantas mereka berdua duduk bersama-sama di sana, untuk sejenak menikmati pemandangan sunyi tanpa keramaian seperti di Ibu Kota. Karena Kuil dikelilingi oleh banyak Hutan, udara disekitar pun turut lebih segar dari wilayah pusat. Ah Bing yang semula diam, m
Leon pergi bersama Ketua Fu diikuti sejumlah orang berpakaian hitam. Lokasi menara ternyata cukup jauh saat ditelusuri secara langsung, dan semakin Leon mendekati menara tersebut, aura negatif semakin terasaa lebih kental dan bercampur dengan jiwa-jiwa bergentayangan. Dalam wujud seekor kucing, Leon berhenti karena merasakan jiwa dendam begitu kuat. Ketua Fu bingung, ikut berhenti di belakang Leon. Awalnya dia tidak percaya binatang ini punya kesadaran spiritual, meski sejarah binatang suci bukan hal asing, melihatnya langsung tetap memberikan kesan berbeda. "Tuan Kucing, adakah sesuatu yang mengganggu anda?" Prajurit lain berpikir Ketua Fu sudah gila karena berbicara dengan kucing. Tetapi mereka lebih merasa gila saat kucing tersebut— tubuh Klon dari Leon benar-benar berbicara. "Kalian pergilah ke bawah, aku merasakan energi jahat terasa kental dibagian bawah. Biksu Tang pasti menyembunyikan sesuatu lebih besar di sana, tetap waspada dan berhati-hati karena ini mungkin berkaitan
Satu minggu berlalu, Alice secara diam-diam pergi saat waktu hampir tengah malam. Berjalan sendirian ke wilayah sebelah barat Kuil. Gadis itu menghindari prajurit penjaga milik Kaisar dan berhasil sampai di depan kediaman Da Yuan. Dia membuka pintu begitu saja, "Yuan!" Pria di dalam kamar membuang nafas lelah, "Tidak bisakah Nona terhormat sepertimu mengetuk pintu? Ilmu dasar seorang bangsawan seperti ini pun kau tidak bisa memahaminya." Mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh, Alice melepaskan mantel dari tubuhnya dan duduk di depan Da Yuan. Bertanya ingin tahu, "Itu informasi baru dari pengawasan Biksu Tang? Bagaimana penyelidikannya?" Jari panjang Da Yuan mendorong kertas informasi mendekat ke Alice, "Lihatlah, banyak keanehan." "Tunggu, ini— maksudmu, Biksu Tang punya penyakit mental?" "Aku tidak tahu pasti jelasnya bagaimana. Setelah anak buahku mengawasi Biksu Tang dari kejauhan, saat siang dan malam, Biksu Tang seolah memiliki kepribadian berbeda. Saat siang hari, kepribadi
Esok hari, Alice bisa bangun dengan kondisi tubuh lebih segar berkat perawatan cepat dari Da Yuan. Ia keluar pagi-pagi sekali untuk ikut serta dalam kegiatan doa pagi rutin. Sesampainya di ruangan doa, dia menemukan Nenek Ruo sedang duduk bersama seorang Biksu wanita berwajah asing. "Nenek," panggil Alice dari belakang sebelum duduk tepat disebelah perempuan tua itu. Dengan ramah bertanya, "Siapakah Biksu disisi Nenek? Aku belum pernah melihatnya selama tinggal di sini." "Ini adalah Biksu Tang. Beliau biasanya berkeliling ke berbagai tempat dan mengunjungi bayak Kuil untuk beribadah kepada Buddha, kemarin malam Biksu Tang kembali ke Kuil dan memutuskan untuk kembali mengabdi di sini. Beliau sangat pandai dalam hal pengobatan." 'Jadi Biksu penyendiri yang terkenal dengan kemampuannya adalah Biksu Tang ini. Leon, bagaimana deskripsi karakter Biksu Tang?' Leon memeriksa layar monitor sistem, 'Sedang diperiksa, Nona.' Selang lima detik, seluruh deskripsi muncul, 'Biksu Tang awalnya me
Tanpa memunggu waktu lama, Da Yuan sudah bergerak terlebih dahulu. Berinisiatif datang ke halaman timur dan berkata bahwa pria muda tersebut bersedia melepaskan Ruo Feng dan Nenek Ruo, kemudian Alice menambahkan beberapa kata bahwa dia tidak akan menyangkal hukuman apapun yang diberikan oleh Da Yuan pada Ruo Feng di masa depan, asalkan tidak berbahaya sampai mengancam nyawa Ruo Feng. Mereka menemui kesepakatan. Dua orang tersebut mulai belajar menerima saran dan kritik satu sama lain, Da Yuan pun yang sekeras batu dan suka membantah— berhasil jinak dalam waktu dua bulan setelah tinggal bersama Alice dan terus bertukar pikiran. Meski temboknya masih teramat tinggi, setidaknya Alice bisa melihat tingkat kesukaan Da Yuan. Jadi ketika anak itu berbohong dengan bersikap dingin, Alice tetap tahu bagaimana perasaan sebenarnya Da Yuan. Anak muda ini adalah tipikal tsundere. Selalu marah-marah dan bersikap dingin dengan gengsi setinggi langit, namun disisi lain juga masih memiliki hati nura
Da Yuan kembali ke wilayah barat, beralasan sakit kepala. Meninggalkan Alice seorang diri di dalam kamar minimalis Nenek Ruo, pintu terbuka di depan ruangan berhasil dimasuki Ah Bing yang berlari tergesa-gesa. "Nona! Kenapa wajah anda terlihat pucat sekali? Apakah sampah itu mengganggu anda!" Ah Bing bersiap menggulung lengan bajunya, mengumpat kejam, "Setan kecil tidak berguna sepertinya berani-beraninya mengganggu Nonaku! Biarkan aku datang dan memukulinya hingga jera!" "Sudahlah, sudahlah, jangan membuat kekacauan di malam hari atau Nenek akan marah padaku. Bawa aku pulang saja ke halaman kita, aku harus segera tidur, kepalaku rasanya ingin pecah." Alice menerima bantuan Ah Bing secara langsung. Tubuh ini sudah keletihan total hanya dengan berdebat melawan Da Yuan. Tidak masalah, setidaknya— dia berhasil mempengaruhi pemikiran anak tersebut. Memang masih awal untuk disebut berhasil, tetapi Alice juga enggan mundur ditengah jalan. Cepat atau lambat, Da Yuan akan datang padanya da
Alice bermain nasi dengan sumpit, kembali melanjutkan berkata-kata lewat telepati bersama Leon, 'Pikirkan ini, kucing gendut. Meski Jenderal Cai, Kakekku juga bukan orang jahat. Namun, setiap bangsawan sangat mengidamkan posisi Putra Langit. Dan Jenderal Cai kemungkinan memperlihatkan ambisinya terhadap Da Yuan dan takhta, saat Kaisar menyadari bahwa dua keluarga jenderal terhebat berusaha menodongkan pedang dikursi miliknya, bagaimana mungkin Kaisar tidak menjadi sensitif? Menurut informasi, Selir Cai barulah teramat dicintai ketika Da Yuan berumur satu tahun, pada saat itulah kecemasan Kaisar meningkat, berpikir untuk mengambil seluruh kekuatan militer agar menjadi miliknya sehingga dia bisa tenang sebelum mendapatkan pengganti setia mati untuknya. Jenderal Cai memiliki kontribusi besar sebagai Jenderal Tua, sedangkan Ruo Feng memiliki banyak prestasi sebagai Jenderal Muda. Dua pedang, satu di jantung, satu di leher belakang. Kaisar akan merasa sesak dan terhimpit dan merasa ini ter