Home / Romansa / Simpanan Tunangan Tuan Presdir / Bab 62—Kondisi Ayah.

Share

Bab 62—Kondisi Ayah.

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2022-12-14 22:24:18

Di lorong Rumah Sakit, Sanaya berlari seperti orang yang dikejar-kejar hantu. Tak peduli dengan tatapan aneh dari beberapa orang yang dia lewati, Sanaya tetap berlari sekuat mungkin. Bahkan, Dilan yang mengikutinya dari belakang tidak Sanaya pedulikan, yang terpenting saat ini ialah dia ingin segera bertemu sang ayah.

Kabar dari Mbok Mina, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah ayah Sanaya memberikan kabar yang amat sangat mengejutkan. Ayahnya sempat mengeluh dadanya sakit dan tiba-tiba pingsan. Anak mana yang tidak akan khawatir dan cemas jika mendengar kabar tersebut. Sanaya takut bila terjadi hal-hal buruk pada ayahnya setelah ini.

"Nay!" Dilan berteriak, berkali-kali memanggil Sanaya yang semakin menjauh dari pandangannya.

Hal itu tentu hanya sia-sia saja, sebab Sanaya tidak mendengar teriakannya. Dilan pun semakin mempercepat langkahnya untuk mengejar Sanaya yang sudah berbelok, menuju ruang perawatan ayah Wili.

"Mbok!"

Ketika baru tiba, Sanaya memanggil seorang wanita pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 63—Belum siap ditinggal pergi.

    Setelah keluar dari ruangan dokter Danu, Sanaya pergi menemui ayah yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan dengan Dilan yang masih setia di sisinya. Keduanya masuk, melihat ayah yang masih belum sadarkan diri. Hati Sanaya seperti disayat, ketika melihat kondisi ayahnya yang memprihatinkan, berbagai macam alat medis menempel di seluruh tubuh renta-nya. Dari balik masker yang menutupi sebagian wajahnya, bibir Sanaya bergetar, menggumam memanggil, "Ayah ..." Kakinya melangkah mendekat, pandangannya mengabur karena cairan bening yang lagi-lagi mengembun di maniknya. Dia sentuh punggung tangan ayah Wili, sambil menatap iba raga tak berdaya itu."Kenapa jadi begini, Yah?" Sanaya menyayangkan kondisi ayah yang mendadak kambuh. Sebagai anak tentu dia merasa sangat bersalah lantaran tak pernah ada waktu untuk menjaga dan merawat ayahnya.Dilan merangkul pundak Sanaya, mengelus lembut lengan berlapis baju steril rumah sakit, sembari berkata, "Om Wili pasti kuat, Nay. Aku yakin beliau bisa s

    Last Updated : 2022-12-15
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 64— Akting Leo.

    "Nay!"Merasa ada yang memanggil, Sanaya menoleh, "Mom?" Dia pun berdiri, lantas menghambur ke pelukan calon mertuanya. "Ayah, Mom."Sanaya menangis lagi di pelukan mami Anne. "Yang sabar, Sayang. Yang sabar. Ayahmu pasti bisa sembuh," ucap mami Anne menenangkan sang calon menantu.Papinya Leo juga turut menenangkan Sanaya. "Ayahmu laki-laki yang kuat, Nay. Dia pasti bisa melewati masa kritisnya. Nanti, kalau perlu, papi akan bawa ayah kamu berobat ke Singapura." Sanaya mengurai pelukan, mengusap jejak basah di pipi kemudian menanggapi, "Singapura?" Kernyitan di kening menandakan jika dia cukup terkejut dengan penuturan papinya Leo."Iya, Singapura." Papinya Leo mengangguk mengiyakan. "Di sana alat-alat medisnya lebih lengkap." Sepengetahuannya seperti itu."Iya, Nay. Kita bisa membawa ayah kamu ke sana. Kalau dokter di sini udah gak bisa mengatasi." Mami Anne menambahkan, sambil mengelus rambut Sanaya dengan sayang. Dia terkejut ketika Sanaya menelponnya tadi, mengabarkan bahwa aya

    Last Updated : 2022-12-16
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 65—Akan lebih seru!

    "Leo, sakit!"Sanaya tertatih menyamai langkah Leo yang lebar-lebar sambil meringis menahan nyeri di pergelangan tangan. Lelaki itu menyamakan Sanaya seperti hewan yang bisa dia seret seenaknya. Menulikan telinga tak acuh dengan rengekan sang tunangan. Kaki panjangnya terus melangkah dengan raut geram menahan marah.Menyusuri lorong Rumah Sakit yang nampak sepi, dan langkahnya baru berhenti ketika sampai di lorong paling ujung. Tak ada manusia satupun yang lewat di sana. Kesempatan baginya untuk memberi pelajaran untuk perempuan murahan ini."Ka-kamu kenapa bawa aku ke sini? Kita mau ngapain di sini?" Sanaya bertanya dengan tergagap dan manik yang bergerak gelisah. Memindai sekitar dengan waspada, terlebih saat ini dia sedang bersama Leo.Alarm peringatan dalam dirinya seolah memberi pertanda jika semua ini tidak akan berakhir dengan baik. Apalagi, sorot menyeramkan terpancar dari manik Leo yang memicing ke arahnya."Kamu takut, Nay?" Satu sudut bibirnya terangkat tinggi, seakan dia m

    Last Updated : 2022-12-17
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 66—Impas!

    "A-apa maksud kamu, Leo? Jangan bilang kalau kamu mau ceritain ini ke Ayah?"Raut Sanaya seketika memucat, mendengar perkataan Leo yang lebih mengarah pada sebuah ancaman. 'Nggak! Leo nggak boleh kasih tau ini ke Ayah!' Batin Sanaya sudah waspada dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada ayah Wili, saat hubungannya dengan Dilan dibongkar Leo.Pasalnya, dokter Danu sudah mengingatkan Sanaya untuk menjaga dan menjauhkan ayah dari kabar buruk atau semacamnya. Terlebih, hubungan gelapnya bersama Dilan bukan hanya berita buruk yang akan mengejutkan ayah Wili, tetapi suatu aib yang akan sangat menghancurkan hati ayah. Leo menyeringai licik, sudut bibirnya berkedut pertanda dia benar-benar puas melihat Sanaya sudah ketakutan mendengar ancamannya. "Kenapa, Sayang? Apa kamu takut?" tanyanya sambil membelai pipi Sanaya dengan punggung tangan. Namun, segera ditepis oleh tunangannya itu. "Jangan gila kamu, Leo! Aku gak akan biarin kamu bongkar hubungan aku sama Dilan ke Ayah! Gak akan

    Last Updated : 2022-12-20
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 67—Nikah Besok.

    Hampir satu jam lebih, Sanaya duduk di pinggir ranjang rumah sakit, sambil tak lelah berdoa dalam hati agar sang ayah lekas sadarkan diri. Menghela berkali-kali, sesekali mengecek saluran infus yang terdapat di tangan kiri ayah Wili, Sanaya mengalihkan pandangan ke wajah yang mulai menua itu dengan iba."Bangun, Ayah. Nay pengen liat Ayah senyum lagi. Please ..." Dia bermonolog, memohon dan berharap sang ayah mau membuka mata. Mengusap punggung tangan yang kulitnya mulai mengeriput dengan rasa sayang tak terkira.Selain ayah, Sanaya tak memiliki siapa-siapa lagi. Selama ini dia hanya punya ayah di hidupnya semenjak sang ibu memilih pergi dengan laki-laki lain. Melihat ayahnya tak berdaya seperti ini tentu hatinya terasa sakit, dan tak dapat menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang terus saja menghantui.Ditambah dengan ancaman Leo dan pilihan yang sangat berat untuk Sanaya ambil. Pilihan yang sulit lantaran dia harus memecat Dilan dari restoran, sedangkan ayahnya begitu mempercayai le

    Last Updated : 2022-12-22
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 68—Ke hotel!

    Dengan tergagap, Sanaya mengiyakan permintaan ayahnya, "Nay ... Ma-mau, Yah." Maniknya melirik sekilas ke Dilan yang mungkin merasa terkejut. 'Maaf, Dilan. Maafin aku ...' Dalam hati Sanaya memohon maaf pada lelaki baik itu, yang pasti merasa sangat kecewa padanya. Dia tidak punya pilihan lain, bukan? Selain menyetujui permintaan ayah. Berada di posisi seperti sekarang juga bukan keinginan Sanaya. Ketika dia harus dihadapkan dengan sebuah pilihan terberat, dan hal itu membuatnya membenci keadaan ini. Kenapa harus ada pilihan? Kenapa dia harus memilih antara ayah dan Dilan? "Terima kasih, Nay. Kamu memang anak ayah yang paling berbakti." Perasaan ayah Wili tentu sangat lega dan bahagia, akhirnya dia bisa menyaksikan puteri satu-satunya menikah dengan laki-laki pilihannya..Namun, di antara kebahagiaan yang menyelimuti hati ayah Wili, ada dua hati yang patah dan terluka. Beliau tidak tahu, jika senyum yang terukir di bibir Sanaya hanyalah sebuah topeng demi menutupi rasa pedih yang

    Last Updated : 2022-12-23
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 69—Menyudahi.

    "Dilan, kenapa mesti ke hotel, sih? Kan, kita bisa bicara di kantin rumah sakit atau gak di parkiran." Sanaya protes tak terima karena Dilan malah membawanya ke hotel hanya sekadar untuk bicara empat mata. Seharusnya, tidak perlu sampai ke tempat ini. Toh, masih banyak tempat lain yang lebih nyaman, yang bisa dijadikan tempat untuk mengobrol. Alasan lainnya adalah, Sanaya hanya takut jika Dilan akan bertanya-tanya perihal persetujuannya untuk menikah besok. Dan, soal mengapa dia langsung mengambil keputusan sepihak tanpa berpikir atau berdiskusi terlebih dahulu."Kamu makan dulu, Nay. Baru protes ke aku." Dengan lembut tangan Dilan menarik tangan Sanaya yang berdiri menghadap jendela, membawa perempuan itu duduk di sofa tunggal yang kebetulan ada di kamar hotel.Dia sebenarnya juga merasa marah dan kesal, tetapi sebisa mungkin menahan diri agar tidak melampiaskannya secara berlebihan. Dilan sayang dan tidak mau sampai Sanaya merasa ketakutan. "... Makan dulu habis itu mandi terus k

    Last Updated : 2022-12-26
  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 70—Tak bisa menolak.

    Detik itu juga jantung Dilan rasanya seperti diremas paksa. Jawaban Sanaya seakan menamparnya hingga menciptakan rasa sakit yang tidak hanya menghancurkan impiannya dalam sekejap mata. Namun, harapannya merajut masa depan bersama Sanaya luluh lantah tak bersisa. Setiap kalimat yang lolos dari bibir manis itu bak belati yang menusuk dan meninggalkan luka menganga.Dia yang bodoh atau memang Sanaya yang pandai menorehkan luka? Begitu mudahnya perempuan itu menganggapnya seperti sampah, yang bisa dibuang seenaknya kapan pun Sanaya mau.Namun, entah mengapa Dilan merasa ada yang tidak beres dengan raut Sanaya ketika melontarkan kalimatnya. Semacam ada tekanan dari sorot matanya yang memancarkan kebohongan.'Apa Sanaya lagi di bawah kendali seseorang? Kenapa gue ngerasa kalo dia gak rela mengakhiri hubungan ini?'Dugaan tersebut terbersit di benak lelaki yang sama sekali tidak berkedip dan hanya menatap lawan bicaranya. Sanaya pun belum lepas menatapnya, maniknya bergerak gelisah menunggu

    Last Updated : 2022-12-27

Latest chapter

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 97—Ending.

    Setelah melewati drama yang mengharu biru, dan puas melepas rindu dengan semua orang di Restoran. Sorenya Sanaya meminta Dilan untuk mengantarnya ke Hotel tempat menginap para karyawannya yang bekerja di toko kuenya. Sesuai dengan janjinya, Sanaya mampir ke Hotel tersebut sebelum Rena dan yang lainnya berangkat untuk kembali ke Jogja. Sanaya ingin mengucapkan terima kasih secara langsung kepada semua yang telah menyempatkan datang ke pernikahannya kemarin. Jika tidak ada mereka, Sanaya juga tidak akan bisa menjalankan bisnis toko kuenya di Jogja dengan lancar. Sekalian, Sanaya ingin menyerahkan separuh tanggung jawab kepada Rena, yang sekiranya sudah mampu dan dapat dipercaya. Usulan Dilan tentu mendapat sambutan baik dari Sanaya, jika dipikir-pikir, akan sangat merepotkan apabila dia mesti bolak-balik Jakarta-Jogja. Belum lagi, Sanaya harus mengurus restoran yang kini telah kembali ke tangannya. "Apa, Mbak? Aku diangkat jadi Manager? Manager toko kue Mbak Sanaya? Aku gak salah den

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 96—Kejutan~

    Sepanjang perjalanan menuju tempat yang akan ditunjukkan Dilan pada Sanaya, seakan semua tempat yang dilewati terasa tidak asing di ingatan perempuan berhijab itu. Sanaya masih ingat dengan jelas, rute jalan tersebut hendak menuju ke mana. Namun, dia yang tak ingin menerka-nerka sendiri pun, akhirnya bertanya kepada sang suami. Lelaki yang fokus dengan jalan di hadapan nampak santai dan datar. Sejak keluar dari halaman rumah hingga hampir setengah jam berada di jalan, Dilan tak ada sedikit pun membuka suara. "Dilan?" Sanaya menegur sang suami, memiringkan posisi duduknya sambil mengamati jalan sekitar yang dilewati. Kenapa, dugaannya semakin kuat saja, pikirnya dalam diam. "Ya? Kenapa, Nay?" Dilan hanya menoleh sekilas, lalu fokus ke depan lagi. Sayangnya, Sanaya tidak sadar, seringai samar yang terbit di sudut bibir Dilan. "Ini? Kayaknya aku gak asing sama jalanan ini deh?" ucap Sanaya ragu, takut apabila dugaannya meleset. "Gak asing gimana?" Dilan masih berpura-pura bersikap

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 95—Solusi.

    Usai sarapan, Dilan pergi ke ruangan kerjanya untuk mengerjakan sebentar pekerjaan kantor yang dikirimkan sekretarisnya melalui email, sebelum dia mengajak sang istri pergi ke Restoran. Sementara Sanaya memilih bersiap-siap lagi di kamar, berganti baju yang lebih rapi dan sedikit berdandan. Namun, mengingat jika besok dia akan berangkat bulan madu pagi-pagi sekali, karena itu Sanaya berpikir untuk menyicil mempersiapkan beberapa keperluan yang akan dibawanya. Hanya beberapa potong pakaian, lantaran Dilan melarangnya membawa banyak barang. 'Gak usah bawa banyak-banyak, nanti kita bisa beli di sana kalo semisal kurang sesuatu. Biar waktu pulang kita juga gak kerepotan.' Kata Dilan mengingatkan sang istri, dan menurut Sanaya itu ada benarnya juga.Sanaya yang sibuk memasukkan baju-baju yang dia ambil dari lemari, tiba-tiba kepikiran toko. Otomatis, dia harus menambah masa liburnya, karena dia akan pergi bulan madu sekitar satu Minggu."Oia, aku belum ngasih tau Rena, kalo aku bakal lam

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 94—Paket Bulan Madu.

    Paginya, Sanaya yang selalu bangun lebih awal sudah sibuk berkutat di dapur, menyiapkan sarapan dengan dibantu bibi yang bertugas di bagian itu. Walaupun ada banyak asisten rumah tangga, Sanaya tak bisa berdiam diri begitu saja, dan tinggal menikmati makanan yang sudah disiapkan. Terbiasa mandiri, dan basicnya dia suka memasak, membuat Sanaya ingin mengeksplor berbagai macam jenis masakan. Sayang 'kan, ada dapur sebagus ini jika tidak dimanfaatkan? pikir Sanaya. Semalam meskipun Sanaya hanya tidur beberapa jam saja, tenaganya masih cukup kuat kalau hanya memasak. Dilan benar-benar mengerjainya habis-habisan, sampai tak memberinya jeda sebentar saja.Ya ... kendati begitu, Sanaya tak bisa berbohong, kalau dia pun menikmati setiap momen panas semalam. Suatu kegiatan yang pastinya berbuah pahala, karena menyenangkan pasangan kita di ranjang. Sanaya berharap, rumah tangganya akan selalu dilimpahkan kebahagiaan dan keberkahan dari Sang Pencipta. "Bi, saya tinggal sebentar, ya? Saya mau

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 93—Mendebarkan.

    Mau tak mau Dilan harus mandi, bukan? Bercinta dalam keadaan bersih tentu akan terasa lebih nyaman dan tenang. Apalagi, setelah sekian lama dia menantikan momen ini. Sanaya telah resmi menjadi miliknya seutuhnya, dan dia berjanji akan terus berusaha melimpahkan kebahagiaan untuk perempuan cantik itu.Sementara Dilan masuk ke kamar mandi, Sanaya menunggu sang suami di depan meja rias. Senyumnya belum luntur, dan semakin mengembang ketika mengingat bagaimana konyolnya Dilan yang sempat tak mau mandi."Dia gak berubah sedikit pun," gumam Sanaya, sambil menggelengkan kepala, lalu mengeringkan rambutnya dengan hairdryer yang tersedia. Sambil menunggu, mungkin Sanaya akan sedikit memberi riasan di wajahnya, supaya tidak terlalu pucat. Kebetulan sekali, di meja rias sudah tersedia perlengkapan make up lengkap dengan skincare yang biasa Sanaya pakai."Darimana dia tau, kalo aku pakek ini?" Sanaya mengambil penyegar wajah, setelah selesai dengan urusan rambut. Botol kemasan kecil itu adalah m

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 92—Mandi dulu.

    Acara pernikahan Dilan dan Sanaya berlangsung cukup meriah, meskipun yang hadir hanya beberapa orang terdekat saja, tetapi tidak mengurangi kebahagiaan sepasang pengantin yang tak lagi baru itu. Semua orang tentu tahu, akan status keduanya yang lebih dulu telah menikah dengan pasangan masing-masing. Namun, tak banyak yang tahu, jika selama ini pula, keduanya sempat menjalin hubungan diam-diam di belakang. Saling mengisi kekosongan di hati.Waktu pun terus berlalu, sampai hampir malam menjelang, satu persatu dari mereka berpamitan pulang. Melihat sang istri kelelahan, Dilan berinisiatif memintanya agar kembali ke kamar terlebih dahulu. Sanaya menurut, dan pergi ke lantai atas, ke tempat kamarnya Dilan berada.Statusnya yang sudah resmi menjadi istri dari lelaki itu, tentu mengharuskan Sanaya tinggal di kamar tersebut. Rasanya, kenapa sangat mendebarkan, padahal dulu dia sering masuk ke kamar Dilan, waktu masih tinggal di apartemen.Apa mungkin, karena sudah begitu lama, dia tidak masuk

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 91—Takdir yang indah.

    Tak ada yang bisa menebak, bagaimana dan apa yang akan terjadi ke depannya dengan kehidupan kita. Kemarin, Sanaya hanya menghabiskan hari-harinya di ruko dengan berkutat dengan berbagai macam bahan kue. Memutuskan pergi ke kota lain, dan memulai hidup barunya dengan status seorang janda.Selama enam bulan, Sanaya hidup dalam kesepian, dan kenangan orang-orang yang dia sayang. Kehilangan ayah merupakan hal terberat baginya dan butuh waktu untuk belajar ikhlas. Kerinduannya akan sosok yang dulu sering mendampingi pun terkadang harus Sanaya pendam dalam-dalam, lantaran tak sanggup jika dia harus mengenang kebersamaannya lagi dengan seseorang.Seseorang yang selama ini dia pikir telah berbahagia dengan pasangannya. Namun, apa yang Sanaya kira, ternyata salah. Dilan pun rupanya merasakan hal yang sama sepertinya. Tenggelam dalam kubangan masa lalu yang memiliki kenangan paling manis dan indah. Hatinya, telah tersemat nama lelaki itu, yang dulu Sanaya pikir akan mudah melupakannya seiring

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 90— Hadiah Untuk Sanaya.

    Dulu, Sanaya memang pernah tinggal di rumah besar, tetapi tidak sebesar rumah kakeknya Dilan. Untuk ukuran kamar yang dia tempati saat ini saja, luasnya melebihi kamarnya waktu di rumahnya dulu.Ah, Sanaya malah jadi rindu rumahnya yang dulu. Kenangannya tertinggal di rumah masa kecilnya itu. Andai, dia tidak terpaksa menjualnya demi menutupi utang ayah kepada keluarga Leo. Pasti, saat ini Sanaya masih bisa menempati rumah tersebut.Ada rasa sesal tersendiri sebenarnya, ketika Sanaya memutuskan menjual seluruh peninggalan ayah. Akan tetapi, mau bagaimana lagi, dia sama sekali tidak punya pilihan selain menjualnya, sebab Sanaya takut sang ayah menanggung beban berat di akhirat sana.Sedikit demi sedikit dia mulai paham soal hukum utang yang tidak dibayar meski nominalnya sangat kecil. Sanaya sayang dan ingin ayahnya tak terbebani dengan urusan utang. Kendati, dia harus kehilangan segalanya."Ah, iya. Baik-baik. Terima kasih. Besok saya sudah bekerja lagi. Silakan kirim dokumennya ke ka

  • Simpanan Tunangan Tuan Presdir    Bab 89—Sambutan Kakek.

    Seperti janjinya, setibanya di Jakarta, Dilan langsung membawa Sanaya ke makam ayah Wili, menemani perempuan itu yang katanya ingin berziarah. Untuk yang ketiga kalinya Dilan ke tempat tersebut. Yang pertama saat dia tahu kabar jika ayahnya Sanaya telah meninggal. Yang kedua beberapa waktu yang lalu ketika dia hendak pergi menyusul Sanaya ke Jogja. Lalu, hari ini, Dilan berniat meminta restu kepada orang yang telah membantunya dulu.Kondisi makam yang bersih dan rapi tentu menimbulkan pertanyaan di benak Sanaya, yang baru saja tiba. "Ini? Kenapa makam Ayah keliatan rapi?"Manik Sanaya menyusuri makam yang nampak berbeda dari hari terakhir yang dia lihat. Makam ayah sudah dipondasi sedemikian rupa, dengan kelopak bunga mawar merah dan putih berada di atasnya.Karena seingatnya, Sanaya lupa meminta pengurus makam untuk merawat makam sang ayah. Berada di kota yang jauh, cukup menyulitkannya berkomunikasi dengan pengurus makam."Mungkin ada orang baik yang meminta tolong sama pengurus mak

DMCA.com Protection Status