Nadin tiba di kantor Bramasta, ia menghela nafas sebelum memasuki kantor itu, ia tidak tau apa yang akan terjadi padanya hari ini. Ia tau Ronald tidak akan membiarkannya tenang. Tapi ia harus tetap menghadapinya, ia berada di sana karena sebuah tanggung jawab dari perusahaan kecil bernama Mega Food milik Pak Bambang, tidak hanya tentang Mega Food, ia juga bertanggung jawab untuk meningkatkan marketing perusahaan Bramasta, karena ia sudah menjadi bagian dari Bramasta juga, untungnya Ia adalah wanita pekerja yang selalu totalitas pada tanggung jawabnya sehingga masalah pribadi tidak mempengaruhi pekerjaannya, ia bahkan masih bekerja dengan profesional saat Ronald mengajukan pernikahan tiga bulan lalu.Nadin sedang berkutat dengan komputer di depannya saat seorang rekan kerjanya berseru riang."Akhirnya gaji bulan ini turun juga!" "Iya, gajiku juga sudah masuk." Timpal yang lainnya.Nadin juga membuka mobile banking di ponselnya tapi saldonya tidak bertambah sama sekali, ia mengedarkan p
Beberapa hari kemudian, Nadin berhasil mendapatkan gajinya setelah berkali-kali bernegosiasi dengan staf keuangan sampai akhirnya gajinya itu dicairkan yang jumlahnya cukup fantastis, alasan ia begitu kekeh meminta gajinya adalah, ia ingin memberikan hadiah kepada ibunya dari hasil keringatnya sendiri, karena ibunya tengah berulang tahun.Ia selesai bersiap-siap di pagi hari, untungnya hari ulang tahun ibunya bertepatan dengan hari Minggu, jadi ia tidak perlu repot untuk mengambil cuti dari hari kerjanya."Mau kemana kamu?" Tanya Ronald berdiri di anak tangga yang terakhir sambil menekuk tangan di depan dada."Bukan urusanmu." Balas Nadin, ia mengikuti gaya bicara Ronald."Kamu pikir, kamu bisa melenggang dengan santai hari ini? Kamu punya banyak tugas, membersihkan rumah, memasak, mencuci, da banyak lagi, jadi tetap diam di rumah." "Aku tidak peduli, siapa suruh memberi cuti kepada para pelayanmu?" Ucap Nadin."Pokoknya kau tidak boleh ke mana-mana hari ini." Tegas Ronald."Ibuku ul
Nadin selesai berkutat di dapur, ia membawa makanan-makanan yang telah ia masak ke atas meja makan, setelah semua tertata rapi ia mengajak Ronald dan ibunya untuk makan. Selesai makan, mereka bermaksud untuk pamit, tapi Bu Sinta melarang dan memaksanya untuk menginap."Kamar kamu sempit sekali." Komentar Ronald saat memasuki kamar Nadin."Masih lebih luas dari kamarku saat di rumahmu." Balas Nadin. Ronald merasa sedikit bersalah, pulang nanti ia akan memberinya kamar yang lebih luas."Kamu tidur di kasur, saya akan tidur di sofa." Ucap Nadin seraya mendekati sofa minimalis di kamarnya."Oke." Ucap Ronald sambil berbaring, ia lelah setelah menyetir sendiri dari pagi hingga sore. Ia hanya ingin segera memejamkan matanya. Sementara Nadin, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian ia keluar dan mendapati Ronald yang sedang tertidur pulas. "Sebenarnya kau bukan orang jahat kan?" Gumam Nadin, ia melepas kaos kaki Ronald, kemudian menghamparkan selimut di atas tub
Pagi sekali Ronald terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal di beberapa bagian tubuhnya setelah tidur di sofa, ia meliuk-liukkan tubuhnya sebentar agar merasa lebih baik, setelah melakukan itu ia terpekur karena mengingat kembali kejadian tadi malam, jelas-jelas ia telah merampas dengan paksa milik Nadin. Sebenarnya tidak masalah jika melakukan itu dengan Nadin karena mereka adalah pasangan yang sah, hanya saja caranya sangat salah, lagi pula awalnya ia hanya ingin bermain-main."Ayo, nak! Sarapan dulu, Nadin bilang kalian harus balik lebih awal kan?" Ajak Bu Sinta begitu melihat Ronald keluar dari kamar. "Oh, iya Bu." Ucap Ronald asal mengiyakan saja, sambil duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan itu, matanya melirik Nadin yang sedang menyantap makanan yang sudah mau habis."Ayo cepat, bukannya kau punya urusan penting?" Timpal Nadin terkesan memaksakan diri untuk turut bersuara, sepertinya ia hanya ingin memperlihatkan pada ibunya kalau ia baik-baik saja."Iya, benar."
Keesokan harinya Nadin kembali bekerja, kebetulan bertemu Ferdi di depan kantor, mereka pun masuk bersama. Saat masuk ke dalam kantor, semua orang telah berkumpul di lobi. Ternyata ada pengumuman penting di layar yang sengaja di pasang di tengah-tengah lobi agar semua karyawan langsung melihat jika ada informasi yang penting, kadang mereka terlambat mengetahui info jika dikirimkan ke media masing-masing. Di sana tertulis tentang agenda akhir tahun di perusahaan Bramasta, di kalimat terakhir semua orang diminta untuk berkumpul di aula perusahaan. Isi dari pengumuman itu di antaranya adalah akan diadakan family gathering. Jadi, setiap akhir tahun perusahaan Bramasta selalu mengadakan acara itu agar menjaga hubungan antar karyawan atau sebagai refreshing dan banyak lagi hal positif lainnya. Adapun pemilihan tempatnya, biasanya perusahaan mengadakannya di tempat-tempat pariwisata bahkan sampai ke luar negeri. Sama seperti sekarang mereka kembali mengadakan kegiatan tahunan itu dan pada ke
"Lepaskan!!!" Seru Nadin, ia menggoyang-goyangkan tangannya demi melepaskan diri dari Ronald."Bisa diam gak? Ikut saja, sekarang ini aku sedang menyelamatkanmu." Tegur Ronald, tapi ia tetap melepaskan gadis itu."Oh ya? terima kasih! Tapi aku tidak butuh." Ucap Nadin."Kau harus melihat keadaan, jangan berbuat seenaknya." Omel Ronald. "Terus aku harus diam saja diperlakukan seperti itu? Kau juga harusnya jaga sikap, karena kelakuanmu yang terlalu dekat dengan Nata yang membuat mereka merendahkanku. Padahal kaulah yang memaksakan pernikahan ini, kenapa malah aku yang kena batunya?" omel Nadin tidak mau kalah."Memangnya apa yang aku lakukan?" Ronald meminta penjelasan."Selama ada Nata kau melupakan istrimu ini. Oh, tidak! Sejak awal kau memang tidak berniat menganggapku ada, tapi harusnya kau ingat ini acara family gathering, mau atau tidak aku adalah keluargamu di sini, dan semua orang tau itu." Jelas Nadin tampak berapi-api."Kamu cemburu?" Selidik Ronald."Cemburu!? Enak saja, to
Nadin susah payah membopong Ronald di sepanjang jalan, ia sempat memberikan tongkat pada Ronald agar bobot tubuhnya yang berat dan keras sedikit berkurang. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat titik kumpul. Saat melihat keadaan Ronald, semua orang sigap memberi pertolongan, seseorang langsung menggantikan Nadin memapah tubuh Ronald, seseorang lagi sigap mengambilkan kursi, sementara itu Nadin langsung membiarkan tubuhnya menggelepar di tanah dengan nafas ngos-ngosan, layaknya ikan yang sedang butuh air. Ronald meliriknya dengan tatapan yang bercampur aduk, antara menahan sakitnya atau menertawakan Nadin, tapi jauh di dalam hati ada sedikit rasa kagum. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah saat Ferdi mendekati Nadin, dan mengulurkan tangan untuknya."Kamu baik-baik saja?" Ucap Ferdi seraya membantu Nadin bangun."Iya! Aku hanya kelelahan setelah berjalan sambil menanggung beban yang sangat berat, bahkan hatiku ikut lelah membawanya." Sindir Nadin sambil melirik Ronald yang suda
Malam telah datang, Nadin memastikan seluruh keperluan Ronald sudah tersedia. Setelah itu, Nadin ke kamarnya sendiri untuk istirahat. Adapun Ronald, ia sudah tertidur lebih dulu. Tapi saat Nadin ingin tidur ia tidak bisa menutup mata, tiba-tiba saja ia merasa khawatir, seperti halnya seorang perawat yang khawatir pada pasiennya. Ia pun kembali ke kamar Ronald dan tidur di sofa.Saat tengah malam, suara Ronald membuatnya terjaga, sepertinya Ronald sedang mimpi buruk, nafasnya terengag-engah dan tubuhnya berkeringat dingin. Nadin buru-buru menghampirinya lalu membangunkannya."Ronald...! Hei!" Panggil Nadin sambil mengguncang tubuh Ronald, tapi Ronald tidak lantas bangun, ia pun meletakkan tangannya di sisi kiri dan kanan kepala Ronal lalu berteriak tepat di depan wajahnya."Ronald!! Bangunlah!" Panggil Nadin, lebih keras dari sebelumnya. Mata Ronald berhasil terbuka, ia menatap Nadin yang masih setia memegangi kepalanya dengan nafasnya yang masih terengah-engah."Kamu mimpi apa sih!?" S
Bu Mary berhasil menyulap Nadin menjadi sangat cantik yang pada dasarnya memang sudah cantik."Sekarang ganti baju, di dalam paper bag ada baju dan sepatu, mamah mau kau memakainya," untungnya Nadin membawa pemberian mertuanya itu bersamanya, tadi ia tidak sempat menyimpannya. Ia mengambilnya lalu mengeluarkan isinya, ternyata Bu Mary memberinya barang branded."Nah, pakai itu sekarang dan buang baju kedodoran yang kau pakai itu" "Iya, Mah" balasnya dengan kikuk."Cantik sekali, ini baru menantu mamah" puji Bu Mary mengagumi menantunya."Beginilah harusnya penampilanmu sehari-hari," sambung Bu Mary.Diperlakukan sedemikian baik oleh mertuanya membuatnya berfikir, 'Seandainya putranya juga bisa sebaik ini?' suara Nadin di dalam hati.Setelah semuanya selesai, mereka turun ke bawah untuk meminta penilaian Ronald yang sedang menunggu mereka untuk sarapan, Bu Mary sangat bersemangat menanti pujian dari putranya."Bagaimana penampilan istrimu? Cantik 'kan?" Seru Bu Mary saat tiba di had
"Ada apa denganku?" Nadin berucap dengan lirih merenungi apa yang terjadi pada dirinya. Ronald tampak tidak peduli."Ah, kenapa aku tiba-tiba merasa panas begini?" Nadin membuka blezer yang menutupi dress yang ia kenakan sambil mengipas tubuhnya menggunakan tangan."Kau sedang apa?" Ronald menoleh ke arahnya dan memindai keadaannya. "Aku tidak tau, aku merasa sangat tidak nyaman dan seluruh tubuhku seperti akan mengeluarkan aliran listrik." Nadin mulai tidak sabar dan ingin menurunkan tali dress yang menggantung di bahunya."Hentikan itu! kamu mau telanjang di sini?" Ronald berkata sambil menurunkan kecepatan laju mobilnya, Nadin masih bisa menurut di antara kesadarannya yang mulai samar."Sudah kubilang, aku kepanasan, coba bantu aku meredakan ini." Ia menggigit bibirnya sambil mengacak rambutnya demi meredam gelanyar aneh yang hampir menguasai dirinya."Kau pasti salah meminum atau memakan sesuatu," Ronald mulai menebak apa yang terjadi pada Nadin. Ia kembali mempercepat laju mobil
Malam pun tiba, Nadin memasuki sebuah bangunan yang tidak begitu besar, tapi tatanannya yang estetik membuat nyaman berada di dalamnya. Ia mendekati meja yang sudah ada beberapa rekan kerja yang sedang menunggu, ia bersyukur karena tidak ada yang menyinggung masalah CEO mereka, mungkin belum karena perhatian mereka masih terfokus pada pemeran utama yang sedang berulang tahun belum hadir, tapi beberapa saat kemudian Pak Hery akhirnya tiba. Ferdi juga datang setelahnya."Hai, Fer!" sapa Nadin."Gimana? CEO kita bisa datang nggak?" bisik Ferdi, Nadin segera melotot padanya dan berkata, "jangan dibahas, aku sedang berharap mereka melupakannya" Nadin sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Ferdi agar semua orang tidak mendengar suaranya membuat Ferdi tertawa ringan."Ayo pesan menu-menu yang ada, kita akan berpesta malam ini" seru Pak Hery, sambil mengambil buku menu, ia memilih beberapa dan menawarkan kepada yang lainnya juga, seorang pelayan sudah bersiap mencatat setiap menu yang disebutk
Nadin telah kembali dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan selama dua hari, hanya Selfi yang selalu setia menemaninya selama dirinya dirawat, Selfi juga yang mengantarnya pulang saat ini, ia tidak memberitahu orang tuanya tentang keadaannya karena tidak ingin membuat mereka khawatir. Adapun Ronald, ia tidak pernah sekalipun datang menjenguknya, ia telah menyerahkan semua pengurusan Nadin kepada Selfi. Saat tiba di rumah Ronald, Nadin berniat langsung masuk ke kamarnya. Tapi ia menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Ronald, ia hendak tersenyum pada Ronald dan mengucapkan terima kasih, mengingat Ronald sudah menolongnya beberapa waktu lalu, tapi ternyata Ronald hanya menatapnya dingin itu pun hanya sejenak lalu pergi begitu saja, ia akhirnya menarik kembali guratan senyum yang hendak timbul serta membuang niatnya untuk mengucapkan terima kasih. Matanya memperhatikan kepergian Ronald dan melihat ada memar dan luka gores di tangan Ronald."Aku pikir dia sudah le
Hari telah berganti, Rencana Nadin agar terusir dari rumah Ronald gagal total, ia juga menyerah. Akhirnya ia pasrah menjalani kehidupannya.Hari ini ia kembali berangkat ke perusahaan untuk bekerja seperti biasanya. Berangkat sendiri menggunakan kendaraan umum. Berbeda dengan Ronald yang berangkat dengan kendaraan pribadi kadang dengan sopir kadang juga menyetir sendiri.Ketika mobil yang membawa Nadin tiba di depan kantor Bramasta, ia turun lalu membayar ongkosnya, saat mobil itu telah pergi, sebuah mobil lain bergerak ke arahnya, karena penasaran, ia menunggu mobil itu berhenti tanpa ada rasa curiga sama sekali. Saat mobil itu tiba tepat di depannya, orang dari dalam mobil membuka pintu dan menariknya masuk dengan paksa, ia sempat berontak dan berteriak tapi segera mulutnya disekap oleh orang yang berada di dalam mobil dan membiusnya hingga pingsan.Selfi mengetahui itu dari karyawan yang melihat kejadian, ia melaporkannya pada Ronald."Pak, ada yang melihat Bu Nadin, dibawa pergi ol
Satu Minggu telah berlalu. Selama seminggu itu Nadin sangat setia mengurus keperluan Ronald dengan telaten, ia juga menahan diri untuk melancarkan rencananya. Berkatnya Ronald bisa sembuh dengan cepat, gips di kakinya pun sudah dilepas, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Hari itu ia mulai datang ke perusahaan, ia datang bersama Nadin, mereka datang bersama atas perintah Ronald, karena semua orang tau Nadin adalah istri yang merawatnya selama kakinya sakit. Semua orang tampak menunggu kedatangannya, mereka semua memberi ucapan selamat atas kedatangannya kembali ke perusahaan ataupun ucapan selamat atas kesembuhannya, tidak sedikit juga yang memberinya hadiah, ia menerima semua hadiah-hadiah itu lalu menyerahkannya pada Selfi untuk disimpan. Saat dirawat di rumah pun sudah banyak yang datang menjenguk tapi yang datang rata-rata para petinggi di perusahaan, salah satunya adalah ayah Nata. Semua orang hanya memperhatikan Ronald, ia seperti bulan di antara para bintang, sepertinya
Nadin mulai memikirkan cara agar dirinya bisa diusir dari rumah Ronald. Ia berpikir, dengan begitu Ronald akan melepaskannya dengan suka rela tanpa meninggalkan trauma dan menyakiti orang tuanya. Sebelum melancarkan misinya, Ia bertanya kepada para pelayan untuk mengumpulkan informasi, hal apa saja yang paling disukai dan paling dibenci oleh Ronald, ia berhasil mendapatkan beberapa info. Ia akan melakukan yang ringan-ringan dulu sebagai pemanasan. Ia akan melakukan rencana besarnya saat kaki Ronald sudah sembuh.Dari informasi yang ia dapatkan dari para pelayan di dapur, Ronald sangat tidak suka bubur ayam yang dicampur dengan kuah, dan ia akan menyiapkan makanan itu untuk sarapan Ronald. Ada juga informasi dari pelayan yang mengurus kebersihan, Ronald sangat tidak suka kalau ada basah di depan kamar mandi, ia bisa mengamuk jika menemukan hal itu, tapi Nadin malah meletakkan keset yang basah di tempat itu.Ronald telah terbangun di pagi hari, ia mengucek matanya lalu bangun kemudian be
Malam telah datang, Nadin memastikan seluruh keperluan Ronald sudah tersedia. Setelah itu, Nadin ke kamarnya sendiri untuk istirahat. Adapun Ronald, ia sudah tertidur lebih dulu. Tapi saat Nadin ingin tidur ia tidak bisa menutup mata, tiba-tiba saja ia merasa khawatir, seperti halnya seorang perawat yang khawatir pada pasiennya. Ia pun kembali ke kamar Ronald dan tidur di sofa.Saat tengah malam, suara Ronald membuatnya terjaga, sepertinya Ronald sedang mimpi buruk, nafasnya terengag-engah dan tubuhnya berkeringat dingin. Nadin buru-buru menghampirinya lalu membangunkannya."Ronald...! Hei!" Panggil Nadin sambil mengguncang tubuh Ronald, tapi Ronald tidak lantas bangun, ia pun meletakkan tangannya di sisi kiri dan kanan kepala Ronal lalu berteriak tepat di depan wajahnya."Ronald!! Bangunlah!" Panggil Nadin, lebih keras dari sebelumnya. Mata Ronald berhasil terbuka, ia menatap Nadin yang masih setia memegangi kepalanya dengan nafasnya yang masih terengah-engah."Kamu mimpi apa sih!?" S
Nadin susah payah membopong Ronald di sepanjang jalan, ia sempat memberikan tongkat pada Ronald agar bobot tubuhnya yang berat dan keras sedikit berkurang. Hingga akhirnya mereka tiba di tempat titik kumpul. Saat melihat keadaan Ronald, semua orang sigap memberi pertolongan, seseorang langsung menggantikan Nadin memapah tubuh Ronald, seseorang lagi sigap mengambilkan kursi, sementara itu Nadin langsung membiarkan tubuhnya menggelepar di tanah dengan nafas ngos-ngosan, layaknya ikan yang sedang butuh air. Ronald meliriknya dengan tatapan yang bercampur aduk, antara menahan sakitnya atau menertawakan Nadin, tapi jauh di dalam hati ada sedikit rasa kagum. Namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah saat Ferdi mendekati Nadin, dan mengulurkan tangan untuknya."Kamu baik-baik saja?" Ucap Ferdi seraya membantu Nadin bangun."Iya! Aku hanya kelelahan setelah berjalan sambil menanggung beban yang sangat berat, bahkan hatiku ikut lelah membawanya." Sindir Nadin sambil melirik Ronald yang suda