Home / Rumah Tangga / Setelah Istriku Memilih Pergi / 95. SIAPA YANG MAU PERGI?

Share

95. SIAPA YANG MAU PERGI?

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2024-12-23 15:51:33

Sarah mengangguk. Air mata yang sedari tadi berusaha ditahannya kini jatuh membasahi pipi. Dengan tangan gemetar, ia berusaha menghapus jejak kesedihan itu. Tapi kata-kata Dini membuyarkan usahanya.

"Enggak, Ra. Kali ini aku enggak setuju," ujar Dini dengan tegas. Matanya menatap lurus ke arah Sarah, penuh kekhawatiran dan ketegasan yang jarang terlihat dari sahabatnya itu.

Sarah menundukkan wajahnya, bahunya bergetar. Air matanya semakin deras mengalir, seolah membebaskan rasa sakit yang sudah lama tertahan di hati. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isak yang nyaris pecah.

"Ternyata sakitnya begini ya, Din. Aku enggak sanggup," lirih Sarah akhirnya, suara pelannya nyaris tak terdengar.

Dini tidak bisa berkata apa-apa. Ia segera mendekati Sarah dan memeluknya erat, memberikan kehangatan yang dibutuhkan sahabatnya itu. Dalam pelukan, Sarah hanya terisak, tanpa kata-kata, hanya suara tangisnya yang terdengar. Mereka diam cukup lama, membiarkan suasana mendukung proses penyemb
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   96. SARAH PERGI DARI RUMAH

    [Sayang, kamu di mana?]Sarah membaca pesan itu dengan hati yang campur aduk. Meski sedih dengan situasi di antara mereka, ia tidak bisa mengabaikan pesan dari Raka. Ia segera mengetik balasan, mencoba tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk.[Aku sudah di rumah, Mas.]Setelah mengirim balasan, Sarah menghela napas panjang. Ia melangkah pelan menuju kamar. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh lampu meja di sudut ruangan. Sarah menghempaskan tubuhnya ke kasur, berharap bisa segera tertidur dan melupakan semua kekacauan ini. Tapi matanya masih terbuka, pikirannya terus berputar-putar memikirkan semua masalah yang ada.Derit pintu kamar yang terbuka tiba-tiba memecah keheningan. Sarah tahu itu pasti Raka. Ia segera memejamkan matanya rapat-rapat, berpura-pura tidur. Langkah kaki Raka terdengar mendekat, semakin lama semakin jelas. Lalu, kasur di sebelahnya bergerak pelan. Sarah merasakan kehangatan tubuh Raka saat pria itu memeluknya dari arah belakang."Sarah," bisik Raka lembut.

    Last Updated : 2024-12-24
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   97. HAMIL??

    Pikiran Raka tak tertuju pada suara Dini yang barusan berbicara, melainkan pada sosok istrinya yang tampak berbeda pagi ini. Ia menatap Sarah yang sudah mengenakan pakaian formal hitam putih yang membuatnya tampak begitu anggun.. Ada rasa bangga dan kagum yang bercampur menjadi satu."Sayang, hari ini kamu sidang?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris berbisik.Sarah menoleh, sedikit terkejut dengan perhatian Raka. "Iya, Mas. Do'akan ya, semoga semuanya lancar." Senyumnya tersungging, meski gugup terlihat jelas di wajahnya.Raka mengangguk mantap. "Amin. Kalau gitu Mas yang antar kamu ke kampus," ujarnya tegas.Sarah langsung menggeleng cepat. "Enggak usah, Mas. Aku sama Dini aja."Namun, seolah tak mendengar, Raka mengambil buku-buku Sarah dari tangannya dan memasukkannya ke dalam mobil tanpa banyak bicara.Dini yang berada di dekat pintu menghela napas pendek sebelum akhirnya berkata, "Kita jumpa di kampus aja ya, Ra."Sarah menatap

    Last Updated : 2024-12-24
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   98. RAKA AKHIRNYA TAHU

    Sarah menarik napas panjang sambil menyandarkan punggungnya ke bantal yang menopang tubuhnya. Wajahnya masih tampak pucat meski ia berusaha terlihat tegar di depan Raka. Sesekali, tangannya yang lemah mencoba merapikan helai rambut yang keluar dari kerudungnya.Tatapan Sarah kemudian beralih ke arah suaminya, yang duduk dengan kepala tertunduk, tangan terkepal di atas lututnya. Ruangan itu sunyi, hanya suara detak jarum jam di dinding yang terdengar samar."Maaf, Mas. Aku cuma nggak mau kamu kepikiran dengan kondisi aku," kata Sarah akhirnya, suaranya pelan namun penuh ketulusan. Ia tahu Raka pasti merasa bersalah, meskipun ia tidak mengungkapkan semuanya secara langsung.Sementara di sudut ruangan, Dini berdiri mematung. Ia memandang keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkin campuran antara rasa prihatin dan rasa hormat pada Sarah, yang meski dalam kondisi lemah, tetap berusaha menjaga perasaan suaminya. Dini memilih untuk diam, memberikan ruang kep

    Last Updated : 2024-12-24
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   99. KEPUTUSAN BESAR RAKA

    Langit pagi itu kelabu, awan tebal menggantung rendah seakan mencerminkan suasana hati Raka yang kacau. Di ruang kerjanya yang sepi, Pak Herman duduk dengan tenang di kursi kayu yang berdecit saat ia sedikit bergeser. Tumpukan dokumen terletak di meja, namun perhatiannya sepenuhnya tertuju pada sosok pria muda yang berdiri di ambang pintu. Raka, dengan raut wajah penuh kegelisahan, melangkah masuk perlahan."Papa, aku mau bicara," suara Raka terdengar serak, namun tegas.Pak Herman menatap putranya dengan sorot mata penuh arti. Ia meletakkan pena yang sejak tadi digenggamnya, memberikan isyarat agar Raka duduk di kursi di hadapannya. Raka menggeleng pelan, memilih tetap berdiri."Apa yang ingin kamu bicarakan, Nak?" tanya Pak Herman dengan nada lembut namun tajam.Raka menarik napas panjang. "Aku mau minta maaf, Pa. Aku sudah memikirkan ini dengan matang. Aku nggak bisa melanjutkan pernikahan yang sudah direncanakan dengan Nadia. Aku tahu ini keputusan yang berat, tapi aku nggak bisa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   100. SOSOK MISTERIUS

    Langit sore tampak memerah, mencerminkan keheningan mencekam di depan gedung konferensi pers tempat Raka baru saja menyampaikan pernyataan publiknya. Dengan langkah berat, ia meninggalkan ruangan, meninggalkan para wartawan yang masih sibuk menulis berita tentang kehancuran perusahaan yang dulu ia bangun dengan susah payah. Kemejanya sedikit kusut, wajahnya tak lagi setegas dulu, namun sorot matanya menyimpan keteguhan yang sulit digoyahkan.Raka menghentikan langkahnya di pinggir jalan, menatap mobil yang terparkir tak jauh darinya. Ia merogoh saku, mengambil ponsel, dan mengetikkan pesan singkat kepada Sarah. Pesan sederhana, hanya mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan. Namun, tangan yang menggenggam ponsel itu gemetar. Di tengah hiruk-pikuk pikirannya, ia menatap langit yang mulai gelap, seakan mencari kekuatan yang entah ada di mana.Sementara di rumah Dini, Sarah duduk di sofa dengan wajah sendu. Tangan mungilnya menggenggam ponsel erat, menatap layar yang baru saja menampi

    Last Updated : 2024-12-25
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   101. RAKA KECELAKAAN

    Malam telah larut ketika Raka menyusuri jalan yang gelap dengan pikiran yang dipenuhi kekhawatiran. Jam di dashboard mobil menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit. Jalanan yang lengang membuat setiap detik terasa semakin panjang. Ia melirik ponselnya yang tergeletak di kursi penumpang. Beberapa notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari Sarah tertera di layar. Raka mendesah, merasa bersalah namun enggan memberitahu istrinya tentang apa yang sebenarnya terjadi saat ini.Namun, perasaan itu perlahan berubah menjadi ketegangan saat ia menyadari bahwa sebuah motor telah mengikutinya sejak beberapa kilometer yang lalu. Lampu depannya menyorot tajam ke arah mobil Raka, menciptakan bayangan mengintimidasi di spion tengah. Motor itu tidak pernah mendahuluinya, hanya tetap menjaga jarak, seolah menunggu saat yang tepat.“Mau apa dia?” gumam Raka, tangannya mencengkeram erat setir. Ia mencoba mempercepat laju mobil, berharap motor tersebut akan menyera

    Last Updated : 2024-12-25
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   102. SEMUA SUDAH HILANG

    Bunyi langkah kaki terdengar tergesa di sepanjang lorong sempit. Pria itu tampak panik, sesekali mengusap keringat di pelipisnya meski udara malam cukup dingin.“Bodoh!” Suara berat di seberang sana menyentaknya.Pria itu menelan ludah, napasnya memburu. “Maaf, Pak. Ini terjadi diluar yang saya perkirakan. Saya tidak punya waktu cukup.”Hening di seberang. Ketegangan merayap, membuat keringat di punggungnya makin dingin. Akhirnya suara itu kembali, lebih tenang, tapi tidak kalah mengintimidasi. “Dengar, aku tidak peduli apa alasanmu. Langkah selanjutnya harus sempurna. Mengerti?”Pria itu mengangguk, meskipun tahu orang di seberang tidak bisa melihatnya. “Iya, Pak. Saya akan segera menyelesaikannya.”Telepon ditutup, meninggalkan dengungan samar. Ia menatap ponselnya dengan cemas sebelum memasukkannya kembali ke dalam saku. Napasnya berat, tapi tidak ada waktu untuk ragu. Langkahnya kembali cepat, menghilang di dalam bayangan malam.Semenatara kini Raka yang sudah tiba membuka pintu

    Last Updated : 2024-12-26
  • Setelah Istriku Memilih Pergi   103. KARENA AKU CEMBURU

    “Istri Anda sedang kesakitan, Pak.”Suara Rafly terdengar lantang, memecah keheningan yang sebelumnya begitu tegang. Kata-katanya bagaikan petir di telinga Raka, membuatnya tersadar akan tindakannya.Refleks, tangan Raka terlepas dari lengan Sarah, seolah terbakar oleh kesalahan yang baru saja ia perbuat. Tatapan Sarah meringis kesakitan, memandang Raka dengan campuran rasa takut dan iba.“Maaf,” ucap Raka pelan, suaranya nyaris berbisik. Wajahnya tampak rapuh, penuh penyesalan yang mencuat jelas dari sorot matanya. Sarah mengangguk pelan, mencoba mengendalikan rasa perih di lengan.“Raf, tolong bilang ke Dini kalau aku keluar sama Mas Raka ya,” kata Sarah, berusaha tersenyum lembut meski hatinya sedang porak-poranda. Ia berbisik kepada suaminya, “Sebentar ya, Mas. Aku ambil tas dulu.”Kini, hanya Raka dan Rafly yang berdiri di teras rumah itu. Keheningan menggantung di antara mereka seperti awan gelap yang penuh muatan listrik. Rafly menatap Raka, matanya berbinar dengan campuran ama

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   169. HARI PERSIDANGAN

    Aula pengadilan dipenuhi dengan desas-desus dan tatapan tajam dari berbagai pihak. Sidang gugatan terhadap Ratna akhirnya dimulai, menjadi momen yang akan menentukan nasib keluarga Raka. Dengan bukti yang hilang, mereka harus mencari celah lain untuk melawan Ratna di hadapan hakim.Raka dan Sarah duduk di barisan penggugat, didampingi oleh pengacara mereka, Pak Rendy. Di seberang, Ratna tampak percaya diri dengan pengacara handalnya, seorang pria berpenampilan rapi dengan senyum yang mengintimidasi. Sorot matanya penuh dengan kesombongan, seolah yakin bahwa dirinya akan menang.Hakim mengetuk palu tanda sidang dimulai. "Sidang gugatan keluarga Raka Prasetya terhadap Ratna Wijayanti dibuka. Penggugat, silakan sampaikan tuntutan Anda."Pak Rendy berdiri. "Yang Mulia, kami memiliki bukti kuat bahwa tergugat telah memindahkan aset keluarga secara ilegal ke rekening pribadinya, tanpa persetujuan dari pewaris sah, yang menyebabkan kerugian besar bagi kel

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   168. BUKTI YANG HILANG

    Kehidupan Raka dan Sarah dalam beberapa minggu terakhir terasa seperti berjalan di atas bara api. Terlebih saat Jeno diserang oleh beberapa orang tak dikenal.Saat ini gugatan hukum terhadap Ratna telah menjadi berita utama di keluarga besar dan di luar sana. Ratna, seperti yang diperkirakan, tidak tinggal diam. Ia menggunakan segala cara, dari intimidasi hingga permainan kotor untuk menggagalkan perjuangan Raka dan Sarah.Hari itu, Raka dan Sarah sedang mengatur dokumen-dokumen penting di ruang kerja kecil di rumah mereka. Flash drive yang berisi dokumen-dokumen penting, termasuk bukti transfer aset ilegal Ratna, menjadi inti dari rencana mereka. Raka memastikan semua file telah dicadangkan dengan baik.“Sayang, aku rasa kita harus menyimpan salinan file ini di tempat yang lebih aman. Flash drive ini terlalu berisiko kalau hanya kita simpan di sini,” kata Raka sambil memegang benda kecil itu.Sarah mengangguk, setuju dengan saran suaminya. &l

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   167. JENO CELAKA

    Raka masih memikirkan ancaman terselubung Ratna saat sidang sementara Sarah merasa tertekan setelah mengetahui kondisi Pak Herman kembali memburuk. Beban dari kasus ini mulai menyusup ke dalam hubungan mereka.“Mas, kamu yakin bukti itu aman di tangan Jeno?” tanya Sarah sambil menuangkan kopi ke cangkir.Raka yang duduk di kursi makan, hanya mengangguk tanpa menatap Sarah. “Jeno sudah buktikan dia bisa dipercaya, Sayang. Aku rasa kita nggak punya pilihan lain.”Sarah menghela napas panjang. “Tapi kita juga harus waspada. Ratna mungkin akan bertindak lebih gila kalau dia tahu Jeno berpihak pada kita.”Raka menatap istrinya dengan mata yang penuh beban. “Aku tahu kamu khawatir, Sayang. Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kalau kita goyah sekarang, Ratna yang menang.”Sarah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan rasa kesal. “Aku bukan goyah, Mas. Aku cuma… aku cuma nggak mau kehilangan apa yang sudah kita perjuangkan.”Raka berdiri dan berjalan mendekati Sarah, menyentuh pundaknya lemb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status