Bibi Rina berkata sampai matanya memerah dan suaranya menjadi lebih serak, "Aku benar-benar sangat terkejut setelah mendengar kabar ini ...."Hati Agnes juga terasa tidak nyaman setelah mendengar ini.Dia saja sudah merasa sangat sedih karena sudah kehilangan anaknya yang belum sempat dilahirkan.Apalagi Bibi Rina, yang awalnya ingin memberi kehidupan yang baik untuk anaknya sendiri tapi malah mendengar kabar buruk seperti ini ....Agnes tidak bisa menahan diri untuk melihat foto anak itu."Masalah ini seperti sebuah batu yang membebani hatiku meski beberapa tahun telah berlalu. Aku hanya bisa melihat foto setiap kali merindukan anakku," ujar Bibi Rina sambil mengerutkan bibirnya dengan sedih.Agnes tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghibur Bibi Rina.Seolah-olah ucapan hiburan apa pun terlihat tidak berguna pada saat ini.Agnes hanya bisa mengangkat tangannya dan dengan perlahan menepuk pundak Bibi Rina, "Jangan terlalu menyalahkan dirimu, kamu juga nggak bisa menduga akhir sepe
Agnes merasa ketakutan saat teringat dengan kejadian tadi.Dia mengangguk, "Bibi Rina, aku mohon bantuanmu untuk membantuku mencari seseorang.""Hm, serahkan masalah ini padaku," ujar Bibi Rina sambil mengangguk.Bibi Rina tidak memiliki kesempatan untuk melindungi anaknya sendiri, tapi membantu orang lain melindungi anak mereka bisa mengurangi kekurangan yang berada di dalam hatinya."Aku akan kasih alamatnya padamu," ujar Agnes sambil mencari kertas dan pulpen, kemudian menulis alamat serta nomor telepon dan menyerahkannya pada Bibi Rina. "Pergilah ke tempat ini untuk mencari Sally. Ini nomor teleponnya."Bibi Rina menyimpan kertas ini dengan hati-hati, "Baik, aku mengerti."Agnes memeluk Bibi Rina dan berkata dengan penuh berterima kasih, "Bibi Rina, aku sangat berterima kasih padamu! Terima kasih!"Bibi Rina merasa malu setelah mendengar ucapan Agnes, "Aku masih belum melakukan apa-apa, kenapa kamu sudah berterima kasih padaku?""Aku sudah sangat berterima kasih karena kamu bersedi
Irene berada dalam posisi pasif saat ini dan tidak merasa percaya diri meski dia bersikap sangat arogan biasanya.Hanya saja, Irene berusaha untuk menunjukkan ekspresi tenang di wajahnya."Irene ...." Jimmy tiba-tiba tertawa, "Kamu nggak merasa tindakanmu sangat nggak masuk akal dan konyol?"Irene menatap Jimmy dengan tatapan tidak setuju, "Apanya yang konyol!""Jimmy, aku dengan tulus untuk hidup bersama denganmu, tapi kamu malah memberi hadiah sebesar itu padaku! Membuatku ditertawai orang-orang dan bisnisku hancur!""Aku tetap menyukaimu meski kamu melakukan hal ini padaku! Aku hanya ingin memenuhi mimpiku dan menjalani kehidupan pasangan suami istri yang normal denganmu!"Jimmy sama sekali mengabaikan ucapan Irene.Dia hanya memedulikan satu hal, "Di mana Agnes?"Terasa rasa sakit di rongga mata Irene.Agnes!Agnes lagi!Hanya nama ini yang bisa terus diucapkan olehnya!Dia tersenyum jahat, "Bukankah aku sudah bilang kalau dia sudah mati ....""Nggak mau jujur? Baiklah, akan ada or
Memang benar hubungan antara Agnes dan Jimmy tidak bisa diputuskan dengan mudah.Apalagi mereka tiba-tiba memiliki anak saat ini, yang malah akan makin mengikat mereka."Baik, aku mengerti. Terima kasih karena telah memberi tahu kabar ini padaku!" Simon menatap Bibi Rina dengan tatapan penuh terima kasih.Bibi Rina menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Sama-sama, ini bukan hal yang sulit.""Bibi, apakah kamu mau kembali ke atas gunung?" tanya Simon setelah mengetahui identitasnya.Bibi Rina mengangguk, "Benar.""Kamu kembali naik apa? Bagaimana kalau aku mengatur mobil untukmu?""Nggak apa-apa, aku bisa cari cara untuk kembali. Bukankah akan ketahuan kalau kalian mengatur mobil untukku?" Bibi Rina segera menolak."Kalau begitu hati-hati," ucap Simon."Baik," ujar Bibi Rina sambil mengangguk, lalu berjalan ke arah pintu.Simon segera membuka pintu, lalu mengulurkan tangan untuk membukakan pintu bagi Bibi Rina.Bibi Rina melihat tanda lahir Simon yang terletak di sela jempol dengan
"Ayo cium aku," ujar Irene sambil tersenyum padanya tanpa rasa takut.Hanya dia yang mengetahui rasa pahit di balik senyuman ini.Bukankah hanya ciuman, apakah perlu sampai seperti ini?Apakah dia terlihat sangat tidak pantas di dalam matanya?Dia bahkan begitu tidak bersedia menciumnya?Jimmy melangkah mendekat seolah sudah menyerah.Irene tersenyum penuh kemenangan pada saat ini.Akhirnya ....Hari yang dia tunggu-tunggu sudah datang.Irene melihat Jimmy duduk di sisi tempat tidur, kemudian menutup matanya untuk menunggu ciumannya.Hanya saja, apa yang terjadi selanjutnya sangat berbeda dengan apa yang dia bayangkan.Jimmy meremas dagu Irene dan dengan cepat memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya, kemudian mengangkat kepala Irene agar dia menelan obat itu.Jimmy berdiri segera melakukan semua ini dengan cepat.Jimmy sengaja mengambil dua lembar tisu dan menyeka tangannya dengan cermat mungkin karena merasa tangannya kotor setelah menyentuh Irene.Irene memegang lehernya dan memelo
Jimmy akhirnya membuka mulut dan berbicara dengan suara rendah yang hampir tidak bisa didengar dengan jelas oleh orang, "Bisakah kalian tinggalkan aku sendirian?"Bukannya Jimmy tidak ingin makan, tapi dia sama sekali tidak memiliki nafsu makan.Emosi sedih mengalir di dalam dadanya, seperti sebuah palu berat yang sedang menghantam dadanya satu demi satu."Setidaknya kamu harus makan sedikit," ujar Matthew sambil menatap Jimmy dengan cemas.Hanya saja Matthew tidak mendapat respons apa pun dari Jimmy kali ini.Matthew menghela napas saat melihat dia tidak bisa membujuk Jimmy, dia hendak pergi setelah mengatakan beberapa kata.Matthew mendengar ucapan Jimmy setelah baru saja berjalan dua langkah, "Ingat minum obat."Langkah Matthew berhenti, dia berbalik dan menatap Jimmy dengan tatapan dalam.Jimmy berkata tanpa mengangkat kepalanya, "Aku nggak mau lihat kerabatku meninggalkanku lagi, rasa sakit ini sangat menyakitkan."Jimmy telah kehilangan kakek dan neneknya yang dia cintai dalam wa
Kedua tangan Erick makin terkepal dengan erat.Dia memang berada dalam posisi pasif dalam hal ini.Dia tidak mungkin mempertaruhkan keselamatan Irene, 'kan?Meskipun sekarang dia mengetahui bahwa dia dan Irene hanyalah saudara tiri, hal ini sama sekali tidak mempengaruhi hubungan mereka selama bertahun-tahun.Erick hanya bisa segera kembali ke vila di atas gunung demi menyelamatkan adiknya.Terdapat ekspresi terkejut di wajah Bibi Rina saat melihat Erick, "Tuan, kenapa kamu datang semalam ini?"Erick tidak menjawab pertanyaan Bibi Rina dan langsung naik ke lantai atas dengan cepat.Bibi Rina melihat sosok Erick yang naik ke lantai atas dan terdapat firasat buruk di dalam hatinya.Dia memberi tahu Simon bahwa biasanya Erick tidak berada di sini setelah lewat dari pukul 10 malam.Saat itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan penyelamatan.Saat ini sudah pukul 11 larut malam.Simon tidak mungkin dengan kebetulan akan menyelamatkan Agnes malam ini, 'kan?Bibi Rina masih tetap merasa cem
"Bibi Rina!" Agnes melihat adegan ini dengan kedua matanya.Sedangkan pisau ini seperti telah menembus tubuhnya.Bibi Rina masih tetap berteriak pada mereka pada saat seperti ini, "Cepat pergi! Jangan pedulikan aku ...."Untung saja anak buah Simon yang berada di luar sudah selesai menangani orang-orang di luar, mereka segera menerjang masuk dan menahan Erick.Agnes dan Simon segera menerjang ke arah Bibi Rina pada saat ini.Erick yang sudah menggila menusuk Bibi Rina beberapa kali seperti sedang melampiaskan amarahnya.Tubuh Bibi Rina yang berlumuran darah terjatuh ke lantai pada saat ini.Simon merasa sedikit cemas saat melihat adegan ini.Simon segera menggendong Bibi Rina dan keluar dari tempat ini, "Kita harus segera bawa dia ke rumah sakit!"Orang ini memberi tahu keberadaan Agnes padanya dan juga membantu mereka di saat kritis, Simon sangat berterima kasih pada Bibi Rina.Pada saat yang sama dia juga berharap Bibi Rina bisa baik-baik saja.Agnes mengikuti dari samping dan air ma
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad