Untung saja Irene dibawa ke rumah sakit tepat waktu dan tidak mengalami kondisi serius.Hanya saja bibirnya sedikit membengkak.Jadi Irene mau tidak mau harus memakai masker."Apakah masih ada bagian lain yang terasa nggak nyaman?" tanya Jimmy dengan penuh perhatian.Irene menggelengkan kepalanya, "Aku sudah baik-baik saja."Jimmy berpikir sejenak dan berkata, "Kasih tahu apa yang nggak boleh kamu makan dan apa yang mau kamu makan pada dapur, agar mereka nggak buat makanan yang nggak boleh kamu makan, ya?""Hm, aku mengerti," jawab Irene sambil menatap Jimmy dengan rasa bersalah, "Maaf karena telah merepotkanmu.""Sama sekali nggak merepotkan, ini semua salahku karena nggak merawatmu dengan baik," ucap Jimmy dengan lembut, seolah-olah sama sekali tidak menyalahkannya.Hati Irene terasa masam saat mendengar ini.Ternyata perlakuan yang diterima oleh orang yang dicintai dengan orang yang tidak dicintai sangat jauh berbeda.Lihatlah perbedaan antara sikap Jimmy pada Agnes, dengan sikap ac
Sally terkejut sampai menjatuhkan ponselnya."Apa yang mau kalian lakukan!" Sally hanya bisa berusaha membuat dirinya tetap tenang.Salah satu dari mereka berkata, "Tenang saja, kami nggak akan menyakitimu, target kami adalah orang lain."Sally mengerutkan keningnya dan mulutnya sudah dibekap oleh orang lain sebelum bisa menanyakan siapa target mereka.Dia sudah berada di dalam sebuah gudang yang bobrok setelah sadar.Kedua tangan dan kakinya diikat, bahkan juga terdapat kain yang dimasukkan di dalam mulutnya.Bohong jika mengatakan Sally sama sekali tidak takut saat berada di tempat dan menghadapi situasi yang tidak diketahui.Sally akhirnya mendengar suara langkah kaki saat sedang melihat sekeliling.Dia melihat seorang wanita yang berpakaian sederhana berjalan ke arahnya setelah beberapa saat berlalu.Sally bisa melihat ekspresi kuyu di wajah wanita yang terlihat seperti sudah mengalami banyak hal meski memakai masker.Hanya saja, dia sepertinya tidak mengenal wanita ini!Apa yang s
Hanya saja, Jayden tidak mengatakan hal ini di depan Sally.Dia berharap bisa tetap menjaga citra baiknya di depan Sally."Hm, kamu tenang saja, aku tahu semua ini," ujar Jayden. Dia tidak ingin membahas hal ini lagi dan segera mengalihkan pembicaraan, "Tadi dia menyakitimu nggak?"Sally menggelengkan kepalanya, hatinya terasa tidak nyaman saat teringat wanita itu meninggal di dalam kobaran api."Dia sama sekali nggak bermaksud untuk melukaiku.""Bagulah," jawab Jayden sambil melirik Sally melalui kaca spion dan langsung mengetahui isi pikirannya. Jadi dia menghiburnya, "Dia sudah beberapa kali mencari masalah denganku, kali ini dia mengancamku dengan menggunakanmu, kalau lain kali? Aku nggak mungkin membiarkan orang seperti ini terus hidup. Sally, jangan pikirkan masalah ini lagi, ya?"Sally tidak bisa berjanji padanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Karena dia merasa bahwa ucapan wanita itu benar.Mungkin orang yang benar-benar melakukan kesalahan dalam dendam ini adalah Jayden.H
Sally sudah sedikit familiar dengan suara ini.Herny.Ibu kandungnya.Awalnya Sally ingin mengabaikan Herny. Tapi Sally tahu bahwa Herny akan terus mengikutinya jika Sally langsung berbalik tanpa memedulikannya.Jadi, Sally hanya bisa mendengar ada masalah apa Herny mencarinya."Sally, berikan Benny pada Lenna, ya?" Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan Herny setelah sampai di hadapan Sally.Sally tertawa saat mendengar ini dan berkata dengan ekspresi tidak percaya, "Kamu datang mencariku hanya karena ini?""Karirmu sangat sukses sekarang dan sudah jadi bos perusahaan perhiasan, pasti ada banyak orang yang mengejarmu!" Herny menunjuk ke arah mobil Jayden pergi dan berkata, "Pria yang tadi seharusnya sedang mengejarmu, 'kan?""Kamu punya uang dan ada orang yang mengejarmu, tapi Nana berbeda ... dia lebih menderita daripadamu," ucap Herny dengan sedih saat membicarakan Lenna.Memang benar, hanya anak yang dibesarkan secara pribadi baru bisa dicintai dari dalam lubuk hati.Sedangkan u
Tindakan Irene membuat mantel di tubuhnya kembali terjatuh ke lantai.Kulit Irene selembut dan seputih salju, ditambah dengan tatapan matanya yang menggoda yang memang mudah membuat seorang pria tergoda.Hanya saja, sebuah rasa asing kembali menyelimuti diri Jimmy saat dia bertatapan dengan matanya.Jimmy segera mendapatkan kembali akal sehatnya.Dia memegang pundak Irene dan berkata, "Baik, aku sudah tahu sikapmu."Setelah itu Jimmy membungkuk untuk mengambil mantel di lantai dan kembali mengenakannya untuk Irene, "Pakai baju yang benar, jangan sampai masuk angin."Terdapat rasa kecewa di dalam hati Irene dan menatapnya dengan bingung, "Jimmy, apakah kamu nggak ... nggak mau ...."Irene mengira gairah Jimmy akan berkobar karena akhirnya bisa bertemu dengan Agnes lagi setelah berpisah untuk waktu yang lama.Kenapa bisa ....Hal ini sama sekali berbeda dengan apa yang dia bayangkan!Awalnya Irene berpikir bahwa dia tidak perlu menggunakan identitas Agnes lagi selama bisa mengandung anak
Keesokan paginya.Ada seorang tamu yang mendatangi rumah Jimmy.Tamu ini bukanlah orang lain, melainkan Matthew.Matthew juga merasa senang setelah mendengar kabar bahwa Jimmy sudah menemukan Agnes.Dia bahkan mengatakan banyak hal pada Jimmy."Kamu harus jaga Agnes baik-baik dan jangan sampai melukai hatinya lagi. Akan lebih baik lagi kalau ada kabar baik," ucap Matthew dengan berharap.Sejujurnya dia sedikit tidak beruntung dalam hal ini.Anak pertama Agnes dan Clara sama-sama tidak bisa lahir dengan selamat.Sedangkan Jordan memiliki anak dengan wanita di luar, tapi anak ini sudah meninggal sebelum dia sempat berkenalan dengannya.Bahkan jika Agnes mengandung sekarang, dia juga tidak akan bisa menunggu sampai anak itu lahir.Irene merasa bahwa perubahan sikap Matthew benar-benar sangat cepat setelah mendengar ucapannya.Dulu Matthew pernah berkata bahwa dia hanya ingin Irene menjadi menantunya.Tidak disangka dia juga begitu antusias saat dia berpura-pura menjadi Agnes saat ini.Han
Irene mengambil sesendok bubur setelah mengatakan ini dan menyodorkannya ke depan mulut Andre, kemudian membujuknya, "Ayo, Kakek. Buka mulutnya?"Hanya saja orang tua di hadapan Irene sama sekali tidak memedulikannya, melainkan menatap lekat-lekat ke sebuah arah.Irene pada dasarnya bukanlah orang yang sabar.Sebuah amarah tiba-tiba muncul di dalam hati Irene karena diabaikan oleh Andre.Hanya saja dia tetap memaksa dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan lembut, "Kakek, makanan ini sangat enak dan nggak akan menyesal. Makanlah, ya?""Ayo, makan sedikit?" Irene menatap mulut Andre dengan cemas dan berharap dia membuka mulutnya.Akhirnya Andre membuka mulutnya.Irene menghela napas dari dalam lubuk hatinya.Andre bahkan makan beberapa suap.Dia benar-benar merasa senang!Sepertinya membujuk Andre untuk makan sama sekali bukanlah hal yang sulit!Padahal dia mengira betapa hebatnya Agnes, huh ....Andre tiba-tiba muntah saat dia sedang berpikir seperti ini.Apalagi Andre memuntahkan
Irene tertegun sejenak, meski dia tidak benar-benar amnesia, seharusnya dokter tidak akan mengetahui apa-apa jika benar-benar dipanggil untuk memeriksanya, 'kan?Irene menjawab dengan tenang setelah berpikir seperti ini, "Tentu saja aku mau coba kalau ada harapan untuk memulihkan ingatanku.""Baik! Kalau begitu aku akan menghubungi dokter ini dan menyuruhnya untuk segera mengatur waktu!" jawab Simon dengan semangat.Tentu saja dia berharap Agnes bisa segera pulih agar bisa melewati kehidupannya dengan lebih baik.Jimmy tidak ikut campur dalam hal ini.Karena ini adalah urusan Agnes dan dia sendiri yang harus mengambil keputusan.Dia tidak akan dengan sembarangan memutuskan sesuatu untuknya."Terima kasih," ucap Irene yang tidak sesuai dengan hatinya.Sebenarnya dia merasa Simon terlalu ikut campur!"Ini adalah hal yang seharusnya kulakukan sebagai teman," ucap Simon. Dia menatap konter perhiasan di depan mereka dan tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Kalian lagi beli perhiasan?"Ir
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad