Agnes tentu saja sedikit bingung.Dari mana asal tas ini?Agnes melangkah maju, mengambil tas itu, membukanya dan memeriksanya lalu menemukan bahwa tas itu berisi salep.Dia membaca deskripsinya dengan cermat, ternyata salep untuk luka bakar.Siapa yang mengiriminya salep ini?Dia melihat sekeliling dengan bingung, tapi orang yang mengirim salep itu mungkin sudah lama pergi.Satu-satunya orang yang mengetahui dia terkena sup panas adalah Simon dan Jimmy.Dia tidak percaya bahwa ini adalah salep yang dikirimkan kepadanya oleh Jimmy.Jadi wajar saja, dia memikirkan Simon.Namun, kenapa Simon tidak memberikan salep itu secara langsung, tapi dengan cara ini?Mungkin karena dirinya baru saja mengucapkan kata-kata itu padanya hari ini dan kemungkinan Simon malu.Agnes memasuki kamar dengan membawa salep, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Simon. "Terima kasih atas salepnya."Saat mengambil sesuatu dari orang lain, tentu saja tetap perlu mengucapkan terima kasih.Saat henda
Reaksinya membuat semua orang sedikit bingung.Yuri mau tidak mau bertanya dengan prihatin, "Halpin, kenapa kamu diam saja?""Aku sangat bahagia. Ini pertama kalinya begitu banyak orang merayakan ulang tahunku bersamaku," ujar Halpin sambil tersenyum.Namun meski dia tersenyum, kesepian di matanya tidak bisa disembunyikan.Agnes memperhatikan dari samping, berpikir bahwa anak kecil ini mungkin masih menantikan kedatangan ayahnya untuk merayakan ulang tahunnya bersamanya.Betapa pun baiknya orang lain, tetap saja tidak bisa dibandingkan dengan ayah mereka."Halpin, yang penting kamu bahagia." Sudut bibir Yuri sedikit terangkat, hatinya penuh dengan kepahitan dan rasa bersalah.Bagaimanapun, dia bukanlah ibu yang berkualitas.Dia pikir Jordan tidak akan sekejam itu.Jika dia melahirkan anak di belakang Jordan, setelah melihat anak ini, kemungkinan hati Jordan akan luluh dan bahkan akan menjadikan dirinya ayah yang baik.Namun, ternyata dia melebih-lebihkan hubungan mereka.Saat dia melih
Malam itu penuh tawa dan sangat memuaskan.Tentu saja, Agnes yang sedang menstruasi juga sangat lelah.Baru saja, di depan Halpin, agar Halpin tidak khawatir, Agnes bertahan dan tidak membiarkan dirinya terlihat tidak nyaman.Saat ini, Agnes tidak tahan lagi.Agnes menopang dinding dengan satu tangan, mengelus lengannya dengan satu tangan dan bergerak perlahan menuju kediamannya selangkah demi selangkah.Jarak dari kediamannya ke studio fotografi sebenarnya tidak terlalu jauh, tapi dalam keadaan seperti itu, Agnes merasa jaraknya masih jauh.Jimmy yang berdiri tidak jauh di belakangnya, juga menyadari Agnes yang terlihat tidak nyaman.Jimmy sedikit mengerutkan kening dan menatap punggungnya.Dengan penampilan seperti ini, dia tidak mungkin pingsan di tengah jalan, 'kan?Jimmy masih berpikir apakah dirinya harus ikut campur tentang masalah ini atau tidak, tapi sebuah suara terdengar dari sampingnya. "Jimmy!"Jimmy mendongak dan kebetulan melihat Irene berjalan ke arahnya.Irene baru-bar
"Lalu aku harus bereaksi seperti apa?" Agnes sama sekali tidak ingin menjawab jawaban seperti itu." Kalau nggak ada masalah lain, lebih baik kamu pergi saja, aku masih perlu istirahat ...."Setelah itu, Agnes hendak berjalan ke kamar, tapi Jimmy meraih lengannya dan bertanya dengan penuh semangat. "Apa kamu benar-benar ingin melihatku menikahinya? Apa kamu nggak merasakan apa pun dalam hatimu!"Mata Jimmy tertuju padanya, ingin melihat apa yang ada dalam isi hati Agnes!"Nggak," kata Agnes tanpa ekspresi.Jawaban sederhana ini seperti pisau yang menusuk hati Jimmy dengan keras.Jimmy mengerutkan bibirnya dan berkata, "Jadi kata-kata yang kamu ucapkan untuk memberkati kami semuanya benar?""Jimmy, cukup! Kenapa kamu menanyakan pertanyaan yang nggak bermakna ini!" Agnes membuang tangannya dengan tidak sabar."Karena aku ingin tahu apa yang harus dilakukan agar kamu bisa membawaku ke dalam hatimu!" Jimmy benar-benar geram.Itu hal yang sederhana, tapi Jimmy tidak bisa melakukannya.Agnes
Agnes mengangkat telepon, wajahnya tiba-tiba dipenuhi keraguan.Nomor tidak dikenal.Namun karena takut melewatkan panggilan penting, Agnes tetap memilih menjawab. "Halo?""Apa benar ini Bu Agnes?" tanya pihak lain dengan sopan.Agnes sedikit mengerutkan kening dan bertanya dengan bingung, "Siapa?""Aku Pak Asna," jawab pihak lain.Agnes tentu saja tahu tentang para eksekutif puncak perusahaan.Agnes segera bertanya dengan sopan, "Ada apa Pak Asna meneleponku selarut ini?""Jadi seperti ini. Ada proyek yang ditugaskan oleh perusahaan lain padamu. Bu Agnes, izinkan aku memberitahumu, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup, mungkin sudah waktunya agar kariermu makin cemerlang," ujar Pak Asna dengan serius.Agnes sangat tenang mengenai hal ini.Agnes menantikan setiap peluang, tapi tidak menyangka untuk menjadi terkenal dalam semalam.Cukup untuk bisa melakukan apa yang disukai dan menjalani kehidupan yang stabil pada saat yang bersamaan."Perusahaan apa? Proyek apa?" tanya Agnes denga
Agnes mampu mencapai titik ini bukan hanya karena usahanya sendiri, tapi juga karena bantuan Simon.Agnes tidak ingin pencapaian kecil ini menjadi percuma.Pada akhirnya, dia dengan berani mengambil segelas anggur dan begitu menyesapnya, dirinya hampir pingsan.Terlalu berat!Seluruh tenggorokannya terasa akan terbakar!Sepertinya ada sensasi terbakar yang mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke otaknya, membuatnya pusing.Melihat dia minum, sekelompok orang di dalam ruangan mulai mencemooh.Di tengah keributan itu, Agnes menahan perasaan tidak nyaman itu dan meminum segelas anggur satu demi satu."Hebat sekali!""Nah ini baru benar! Kami hanya ingin Bu Agnes minum seperti ini!""Ayo, ayo, berikan lagi pada Bu Agnes!""Kalau mau minum, kita minum yang banyak saja. Benar, 'kan?"Agnes berkedip dan berusaha keras untuk melihat apa yang ada di depannya, tapi masih merasa pusing."Nggak ... aku nggak bisa minum lagi ... aku benar-benar nggak bisa minum lagi." Agnes tidak bertahan lagi, tap
"Bos dari perusahaan tertentu, sedangkan belakangan ini perusahaan ini mau membangun sebuah gedung tinggi, bisa dikatakan proyek yang lumayan besar. Sementara proyek ini sebenarnya sudah mau diserahkan kepada Darlin. Sebelumnya demi mendapatkan proyek ini, Darlin sudah melakukan banyak persiapan dan usaha."Darlin juga seorang desainer di perusahaan."Kalau foto-foto ini tersebar, orang lain pasti merasa kamu telah menggunakan cara yang nggak bermoral untuk mendapatkan proyek ini. Hal ini bakal membuat kamu berada dalam situasi yang lebih sulit di perusahaan." Simon lebih mengkhawatirkan hasil seperti ini.Setelah mendengarnya, Agnes merasa sangat ketakutan.Siapa sebenarnya yang menganiayai dia?Dia yakin bahwa tidak ada perselisihan antara dia dan Pak Asna. Mungkin Pak Asna hanyalah pembantu dari merancang jebakan ini saja."Tadi malam siapa yang membawa kamu ke sana?" tanya Simon.Dia mesti bantu Agnes menyiasati hal ini sampai jelas.Tadi malam dia juga mempertanyakan pria itu, tet
Agnes menyimpan tatapan dan menjelaskan dengan cemas, "Pak Yadi, kenyataannya bukan seperti kamu lihat di foto! Aku benar-benar nggak melakukan hal seperti itu. Aku ...."Pak Yadi sudah tidak ingin mendengarkan penjelasannya. Dia melambaikan tangan dengan tidak sabar dan menyelanya, "Kamu jangan menjelaskan lagi! Kemas barangmu dan pergi dari perusahaan ini saja! Perusahaan kecil seperti kami nggak bisa menerima orang yang banyak tingkah seperti kamu.""Pak Yadi! Hal ini benar-benar sebuah kesalahpahaman! Tolong berikan aku beberapa waktu, aku bakal menyiasati hal ini sampai jelas, lalu membuktikan diriku kepada semua orang!" Agnes memohon padanya dengan agak rendah diri.Namun, Pak Yadi tetap mengabaikannya dan membentak, "Sudah! Sekarang seluruh perusahaan pada merasa nggak senang karena perbuatanmu seperti ini! Kalau aku masih mempertahankan kamu, bagaimana dengan perasaan para karyawan yang bekerja dengan jujur? Cepat pergi! Kalau kamu masih nggak mau pergi, aku bakal memanggil sat
"Kejahatanmu karena kekejaman Jordan. Jadi, aku bisa memaafkanmu. Jordan-lah yang gila. Dia takut kejahatannya terungkap, jadi dia mengurungmu. Demi mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga mengendalikan ayahnya." Clara menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya."Aku nggak tahu berapa banyak orang yang akan dia sakiti kalau dia terus seperti ini. Kemampuanku nggak cukup, tapi setidaknya aku akan mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan orang-orang yang dia sakiti. Nggak boleh membiarkan orang lain dirugikan demi ambisi dia."Yuri menatap Clara tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seolah dia sedang menilai apakah perkataan Clara bisa dipercaya.Setelah beberapa saat, dia berbicara lagi, "Tapi, kalau kamu melakukan ini, apakah kamu nggak takut Jordan membalaskan dendam padamu? Kalau kamu melawannya, dia nggak akan mengampunimu.""Biarpun patuh padanya, aku tetap terjebak di dalam sangkar. Daripada begitu, aku lebih memilih melepaskan diri dari sangkar itu. Sekalipun aku harus membaya
Begitu sampai di dekat ruang duka, dia melihat sosok itu.Simon terlihat tidak berdaya dan sangat bingung.Kecelakaan ini pasti membuat Simon terpukul."Simon, ayo makan dulu." Bibi Rina berjalan ke ruang duka dan berkata dengan lembut.Baru saat itulah Simon menyadari kehadiran Bibi Rina. Dia perlahan menoleh untuk melihatnya, lalu menggelengkan kepalanya, "Aku nggak punya nafsu makan sekarang, nanti saja.""Kamu belum makan apa pun sejak tadi malam. Kalau terus begini, mana tahan? Bukankah kamu mau menemani Sily di sini? Kalau terus seperti ini, kamu nggak bakal tahan," bujuk Bibi Rina dengan sedih.Nasib sungguh kejam pada anaknya.Kenapa Simon tidak bisa hidup lebih bahagia?"Aku benar-benar nggak bernafsu makan ... kalau nggak, letakkan di sini dulu." Simon tampak seperti kehabisan energi.Meski Bibi Rina merasa prihatin, dia juga tahu bahwa saat ini Simon mungkin ingin sendiri.Oleh karena itu, Bibi Rina tidak berkata apa-apa lagi. Setelah dia meletakkan makanan, dia pun pergi.D
Melihat jam tangan dan catatan ini, Simon tidak bisa lagi menahan air matanya.Air mata pria dewasa itu tiba-tiba mengalir deras seperti mutiara pecah.Dia mengatakan bahwa dia seperti gasing, yang terus-menerus berputar di sekeliling Simon.Faktanya, dia benar-benar melakukan itu.Dia selalu berusaha melakukan sesuatu untuk Simon.Dia juga mengatakan bahwa dia tidak punya tujuan lain selain membuat Simon bahagia dan memberi tahu Simon bahwa di dunia ini Simon juga tak tergantikan di hati beberapa orang.Sekarang, gasing itu tidak lagi berputar dan tidak akan ada lagi orang yang berputar di sekeliling Simon dan mengatakan bahwa dia ingin Simon lebih bahagia.Dia juga berpikir untuk melakukan sesuatu untuk Sily.Tapi, sebelum dia melakukan apa pun, takdir sudah merampas kesempatan itu darinya."Karena dia memberikannya padamu, terima saja. Ini bisa dianggap ... benda terakhir yang Sily tinggalkan untukmu," kata Jimmy dengan suara tercekat.Adik sepupunya tidak pernah benar-benar merasak
Mata yang merah karena tidak tidur sepanjang malam itu penuh dengan harapan yang membara.Betapa dia berharap panggilan telepon ini akan membawa kabar baik baginya."Ada berita tentang Sily dari kantor polisi." Jimmy yang menelepon."Benarkah? Apa Sily sudah ditemukan?" Simon bertanya dengan penuh semangat."Ya, sudah ditemukan." Suara Jimmy terdengar agak aneh."Lalu di mana dia sekarang? Apakah dia di kantor polisi? Atau di mana?" tanya Simon lagi."Di rumah sakit. "Ada nada berat yang tak terlihat dalam nada bicara Jimmy."Kenapa dia berada di rumah sakit? Dia ...." Simon hanya ingin bertemu Sily secepatnya, jadi dia hanya berkata, "Rumah sakit yang mana? Aku pergi ke sana sekarang."Kalau dia ada pertanyaan, belum terlambat untuk bertanya langsung pada Sily saat melihat Sily."Rumah Sakit Taren. Kemarilah, kutunggu di lobi.""Oke." Simon berdiri sambil menutup panggilan telepon.Ketegangan wajahnya akhirnya mengendur dan kerutan di dahinya mengendur, "Sily sudah ditemukan. Aku akan
Sily mengangguk dengan tegas, "Tentu saja! Aku melihat sebuah album foto di kantor Simon terakhir kali, album foto itu berisi beberapa foto dia ketika masih kecil."Pada saat ini, dia merendahkan suaranya dan berkata dengan canggung, "Aku juga diam-diam mengambil dua lembar foto, jadi aku nggak akan salah kenal orang."Mata Bibi Rina perlahan memerah, emosi kompleks muncul di hatinya.Dia menunduk dan bergumam pada diri sendiri, "Bagus sekali ... bagus sekali!"Simon seharusnya adalah anaknya!Dia selalu membenci nasibnya.Tapi, kini dia sedikit bersyukur pada takdir yang mengizinkannya bertemu dengan anaknya seperti ini.Meski pertemuan ini agak terlambat, tapi tetap saja terjadi.Syukurlah, putranya masih hidup ....Ini benar-benar kejutan terbaik yang disiapkan oleh takdir!"Bibi Rina, apa yang kamu bicarakan? Kenapa hari ini Bibi aneh?" Sily bertanya dengan bingung.Bibi Rina mengangkat tangannya, mengusap matanya yang basah, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak ada apa-apa,
Arlyn tidak tahu bagaimana menjawab perkataan Jared, jadi dia tanpa sadar mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.Setelah mengantar Arlyn pulang, Jared mulai mengurus beberapa hal yang berkaitan dengan Arlyn terlebih dahulu.Pertama-tama adalah beberapa duta merek milik Arlyn.Dia menghubungi Jimmy terlebih dahulu dan mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan Jimmy.Jimmy memintanya untuk pergi kapan saja.Saat Jared tiba, Jimmy sedang membaca dokumen di kantor.Melihat dia datang, Jimmy bertanya, "Hal penting apa yang ingin kamu bicarakan dengan aku?""Tentang duta merek Arlyn ...." kata Jared sebelum Jimmy selesai berbicara.Jimmy berhenti membaca dokumen dan menyela Jared, "Untuk urusan inikah kamu datang ke sini?""Tentu saja! Duta merek milik Arlyn saat ini hampir dibatalkan semuanya! Aku harus membantunya mendapatkan kembali beberapa! Yang paling mudah kudapatkan kembali tentu saja adalah perusahaanmu!""Berdasarkan persahabatan kita, seharu
Arlyn pun tersenyum pahit, "Kembali ke puncak kejayaan? Sepertinya itu nggak mudah 'kan. Mungkin aku nggak akan bisa menghasilkan uang untuk membayar biaya pembatalan kontrak yang kamu bayar.""Arlyn yang kulihat selalu sangat percaya diri. Sekarang, apakah kamu nggak percaya diri sama sekali? Kalau kamu nggak percaya pada diri sendiri, kenapa nggak mencoba untuk percaya padaku sekali saja?" Jared melipat tangan di dada dengan penuh tekad dan percaya diri.Arlyn sedikit terharu, keraguan terpampang di wajahnya."Aku nggak akan membuat janji dengan mudah, tapi begitu aku membuat janji, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menepatinya." Ekspresi Jared tetap serius seperti biasanya.Saat itulah mata Arlyn bertemu dengan mata Jared dan mata Arlyn terasa perih."Seharusnya kamu sudah melihat beritanya, lalu kamu ... kenapa kamu nggak menjauh dariku seperti orang-orang itu?" tanya Arlyn sedikit risih.Setelah berita itu menyebar, pandangan banyak orang berubah saat melihatnya.Meskipun bebe
Melihat Arlyn diabaikan oleh perusahaan, wajah Ressy penuh kegembiraan, "Sepertinya perusahaan nggak memilih untuk menyelamatkanmu?"Arlyn tidak berniat menjawab dan hendak pergi tanpa menoleh.Bagaimana mungkin Ressy melewatkan kesempatan besar ini untuk mengejek Arlyn?Dia langsung menghalangi jalan Arlyn dan mencibir, "Dulu, kamu adalah tulang punggung perusahaan. Nggak masalah kalau kamu sombong. Tapi, sekarang ... kenapa kamu masih saja bersikap sombong?""Tiba-tiba aku penasaran ...." Senyuman menghina di wajah Ressy semakin dalam, "Kalau kamu menjadi gila dalam beberapa tahun, apakah sifatmu masih sama seperti ini?"Tangan Arlyn terkepal pelan.Perasaan ditusuk lukanya sungguh tidak nyaman.Tapi, tempat ini adalah perusahaan, dia tidak ingin membuat keributan besar, apalagi kehilangan kendali emosinya karena orang seperti Ressy."Apakah kamu memang suka menyodok luka orang lain?" Arlyn menatap Ressy tanpa ekspresi.Ressy tersenyum dingin, "Apa maksudmu? Aku hanya penasaran. Kare
Detik berikutnya, dia mengulurkan tangan dan memeluk Jordan lagi, "Syukurlah! Jordan, aku sangat menyesal kehilangan anak itu. Anak ini adalah kompensasi dan hadiah terbaik yang diberikan takdir kepada kita!""Ya, itu memang hadiah yang sangat bagus." Jordan melihat dia sangat bahagia sehingga hanya bisa mengiakan.Sebenarnya, dia sepertinya ... tidak terlalu bahagia dengan kedatangan anak ini.Sebab, Clara bilang biarpun dia melahirkan anak tersebut, warisan Keluarga Patrice tidak akan hubungannya dengan Jordan.Biarpun tak ada kegembiraan, dia tetap berharap anak tersebut bisa terlahir dengan selamat.Karena sudah hamil maka dia tidak boleh menelantarkan anak itu.Dia masih bisa melakukan ini.Karena ambil dia sebagai contoh, bukankah dia ditinggalkan oleh keluarganya sejak kecil?"Kamu sangat bahagia setelah hamil, tapi aku mengabaikanmu karena terlalu sibuk, jadi ... kamu agak kesal, kamu merajuk dan kembali ke Keluarga Patrice." Jordan membuat alasan itu untuk pertanyaan Clara tad