"Tuan Fatur sekarang menjadi donatur tetap di yayasan kita. Dia menganggarkan dana hampir tujuh puluh persen," jelas Nani. Morgan mengedipkan mata. Rupanya rapat tadi membahas Fatur yang menjadi penguasa baru yayasan itu.
Jihan tidak main-main dengan ucapannya. Istri konglomerat pasti sangatlah mudah meminta apapun. Morgan merasa ruang untuk mendekati Nala dan Jordan semakin sempit.
"Mau dia bos besar, atau presiden sekalipun. kalau perbuatannya semena-mena sama Nala, saya tidak terima, Tante." Morgan tidak gentar.
"Memangnya Nala siapa kamu sampai kamu ngotot membela dia!" sambar Nala.
Morgan hendak menyanggah, tapi lidahnya mendadak kelu. Ada satu insiden dari perampokan itu yang tidak banyak orang tahu termasuk, Nani.
Selama ini media terlalu mengekspos tentang perampokan yang menghebohkan sampai menghilangkan nyawa ibu pejabat, tapi tidak dengan kasus pelecehan yang dialami Nala.
Seakan kasus pelecehan Nala tidak seheboh dari kasus utama
"Sebenarnya saya dilarang untuk mengatakannya, Pak. ini rahasia. aduh gimana ya," Icha kebingungan sendiri. Sementara, Morgan dari balik kacamatanya memandang Icha. Menunggu jawaban dari wanita itu."Kalau kamu tidak mau mengatakannya. Enggak masalah. Tapi saya akan mengadu ke Bu Nani untuk memberhentikan kamu," tegas Morgan. Dia harus menindaklanjuti masalah ini sebelum menyebar lebih luas.Tubuhnya yang kekar indikasi bahwa ada sesuatu yang special di balik diri Gugun yang cupu. Tentu akan membuat semua orang curiga."J-jangan Pak, baik...saya akan bilang," ucap Icha. Cepat menimpali. Dia tahu Gugun sangat dekat dengan pemilik yayasan. Dia tahu akibatnya kalau berani bermasalah dengan Gugun.Icha mengeluarkan ponselnya. Dia menggeser layarnya sejenak. Namun ketika akan menyerahkan ponselnya itu, tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke ruangan itu.Morgan dan Icha langsung mengalihkan pandangan ke pintu. Morgan mengurungkan niat untuk menegur orang
"Tante!" ucap Morgan refleks. Panggilan terlarang yang tidak seharusnya diucapkan."Sstt! Jangan panggil saya seperti itu. Ini lingkungan sekolah!" sahut Nani dengan wajah yang dibuat marah. Tampak menggemaskan.Morgan tidak menduga kehadiran Nani. Apa wanita itu juga mendengar apa yang dibicarakan para guru tadi atau jangan-jangan dia sudah tahu tentang foto-foto itu?"Kamu ngapain berdiri di sini? kurang kerjaan saja," imbuhnya. Wanita bahenol itu sepertinya masih terbawa kemarahan atas semalam.Hal yang jarang terjadi, biasanya Nani tidak akan keberatan kalau Morgan beringas. Misal Nani sudah tidak kuat, wanita itu tidak keberatan melakukan service mulut.Sesuatu yang Morgan suka dari Nani. Dia tidak seperti Tante-tante pada umumnya yang egois. Yang bagaikan ratu kalau dilayani olah pria setampan dan sekekar Morgan. Keenakan mendesah sampai lemas tanpa memikirkan lawan mainnya.Nani tidak seperti itu, dia juga mengusahakan supaya 'Berondo
Apa yang diajarkan Nani menjadi Boomerang karena Gita mengincar brondongnya sendiri alias Morgan!"Datang ya ke rumahku malam ini, aku jamin kamu pasti menemukan sensasi lain daripada yang lain, saya lebih hot lho daripada Nani!" pungkasnya di ujung panggilan.Morgan membanting punggungnya di sandaran kursi. Dia melepas kaca matanya dan mengusap wajahnya kasar. Gara-gara Nani sesumbar, imbasnya ke Morgan sekarang.'Tuhan, Aku harus bagaimana?' lirih Morgan. Dia memijat keningnya.Tidak selamanya dia bisa sembunyi, sekalipun dia sudah sangat perhitungan dan berhati-hati sekali. Namun, Secara perlahan, tabir penyamarannya akan terungkap juga. Dan Gita orang pertama yang akan membuka jalan ke arah sana.Semakin banyak yang penasaran dengan Gugun, semakin membahayakan posisinya. Haruskah dia meminta kepada Nani untuk pindah saja dari sekolah itu?Namun, bagaimana dengan Nala dan Jordan? Permata hati yang menjadi semangat hidupnya sehari-hari?
Bagai sebuah kejutan, Nala melihat pria berpakaian kedodoran itu tampak lihai menata kamar. Dari cara dia menyebar seprai di atas ranjang dan memasukannya ke setiap sisi. Nyaris tidak ada kisut. Seprai itu terlihat kencang dan rapi. Keahlian yang dia miliki setara dengan staff housekeeping profesional di hotel.Tinggal mengganti sarung bantal dan yang terakhir, pria cupu itu terlihat mengibaskan selimut yang baru dengan sekali sentakan di udara, kemudian melayang dengan sempurna sampai menutupi sebagian besar ranjang.Nala berdecak kagum. Pandangannya tidak berkedip ke hasil kerja Morgan. Kemudian, Matanya yang berbinar itu beralih ke Morgan."Bapak keren sekali. Saya tidak menyangka kalau bapak jago sekali menata ranjang," pekik Nala.Morgan yang dipuji tersipu malu, apalagi pujian itu keluar dari wanita idamannya. Entah kenapa, hatinya bak disiram air dingin begitu melihat Nala bahagia seperti itu. Dia ingin terus menjadi alasan bagi Nala untuk tetap te
"Morgan, aku rindu kamu."Morgan tidak siap ditodong dengan kalimat itu. Jihan mengenalnya. Mengenal fisik Morgan dalam penyamaran Gugun."Wajahmu mengingatkanku dengan Morgan. Tapi giginya lebih rapi dia dibandingkan kamu," imbuhnya.Mata Morgan membulat. 'Dasar Kampret, aku kira kamu mengenalku beneran, ternyata tidak. Hanya gara-gara gigi palsu ini,' batin Morgan geli."Morgan siapa, Nyonya?" Morgan bisa melanjutkan penyamarannya. Hampir saja jantungnya mencelos. Untung, Jihan masih menganggapnya Morgan palsu, bukan yang asli.Jihan tidak segera menjawab. Dia mengamati Morgan dari atas sampai bawah, seakan menyakinkan dirinya sendiri bahwa yang di hadapannya ini bukan Morgan."Kamu tidak mungkin Morgan. Dia tidak selembek dan secupu kamu, justru sangat beringas dan gagah, kecuali...." Dia menjeda kalimatnya, "kamu Morgan yang sedang menyamar."Morgan yang baru saja menghela nafas lega harus kembali menegang. Jihan masih mencurigain
"MAMA!"Morgan bersembunyi di bawah jendela dengan nafas menderu. Tepat ketika seseorang masuk, Morgan sudah terlebih dahulu keluar melalui jendela. Nyaris saja dia ketahuan. Sekarang dia mendengar suara pria dewasa yang sepertinya adalah suami Gita."Siapa yang melakukan ini, Ma!" ucap pria itu. Morgan memejamkan mata. Dia masih terkesima dengan sikapnya yang cukup 'berani'. Kasus penganiyaan yang bisa ditindak secara hukum.Morgan bergidik saat membayangkan ketika dirinya diseret ke kantor polisi. Petualangannya sebagai buronan berakhir sudah."Pasti pelakunya masih di sekitar sini! aku harus mencarinya!" suara bass pria itu menggelegar.Morgan bergegas menyelinap di antara kegelapan samping rumah. Sial, kakinya mengenai pot bunga sampai terjatuh ke selokan."Miaw...Miaw!"Morgan menyamarkan suara kucing. Dia terdiam sambil pandangannya mengarah ke jendela.Tiba-tiba, jendela terbuka. Morgan terkesiap. Dia langsung lari tungg
"Berapaan emangnya?"Gadis itu kegirangan. Pandangan liarnya melihat postur Morgan dari atas sampai bawah. Morgan berdeham dengan gaya coolnya.Morgan menaikan satu alis tebalnya sambil tersenyum. Senyum khas berandal yang memabukkan kaum hawa. Terbukti gadis itu tampak mengulum senyum sambil mengintip mata Morgan malu."Biasanya sih cuma seratus ribu Om. tapi kalau sama om terserahlah mau bayar berapa."Morgan tertawa renyah. Dia mengusap bawah hidung. kemudian, kembali menghirup vape. Asek gemes itu terlihat menggigit bibir. Tidak sabar menunggu jawaban dari Morgan.Kelopak mata Morgan membesar. Mengitari sekitar. Dia baru menyadari bahwa pantai seindah ini juga ada prostitusi terselubung. Dia bisa melihat wanita-wanita serupa yang berdiri di bawah kegelapan bersama dengan para lelaki hidung belang. Apakah termasuk dirinya?"Ih, Om. kok diam sih. Mau enggak?"Morgan menoleh. Tatapannya langsung tertuju ke belahan dada besar yang tam
Hanya saja dia ingat dengan Jordan. Merusak anak orang bisa berbalik karma dengan anaknya sendiri. Morgan tidak menginginkan itu terjadi dengan Jordan.Perawakan Jenny pendek dan sekal. Terlihat lebih matang dari usianya sebenernya. Mungkin kalau di bangku sekolah, dia masih kelas dua SMP.Morgan bisa melihat kepolosan dari matanya yang harus ternoda akan kerasnya hidup. Gadis itu masih terlalu ranum untuk Morgan gagahi dan Morgan juga sama sekali tidak ingin melakukannya."Nomor rekeningmu berapa? Biar saya transfer."Jenny terdiam sesaat. Kemudian dia buru-buru mengambil ponselnya dari tas kecil miliknya.Setelah mendikte nomor rekening, tidak berapa lama, masuklah transferan. Jenny tidak berkedip. Mulutnya ternganga"Banyak sekali om. Sepuluh Juta. Kalau begitu aku mau melayani Om kapanpun Om mau!"Morgan terkekeh. Kemudian dia berdeham sejenak, "Enggak usah, ambil saja."Jenny mengerutkan dahi. Wajahnya manyun. Dia sudah di
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn