Morgan tidak bisa menahan diri untuk tertawa saat mendengar penuturan Yuda, anak buahnya yang dia minta untuk menyebarkan luaskan skandal video itu. Dia dan Jihan baru saja sampai di markas setelah perjalanan pulang dari Singapure.
Jihan tampak pucat pasi. Tidak hanya Morgan yang menjadi korban. Pun juga dirinya. Dia tidak sanggup menahan malu terutama kepada kolega dari beberapa perusahaan yang mengenalnya. Reputasinya benar-benar hancur. Dia sekarang tidak bisa menatap masa depannya yang masih panjang.
“Aku jamin setelah ini hubungan Morgan dan Liani akan hancur sehancur-hancurnya. Mereka berpisah. Kemudian dengan mudahnya aku bisa merebut Liani,” ujarnya di sela tawanya yang memenuhi penjuru ruangan. Yuda tersenyum miring. Dia juga menunggu momen kehancuran Morgan karena dendam masa lalu Makanya ketika dia diminta untuk menyebarkan video itu, dia dengan senang hati melakukannya. Masih jelas di benaknya Santi yang tidak bisa be
“Apa rencanamu?” ulang Morgan sambil meletakan dua minuman chivas regal di atas meja. Setelah selesai latihan tadi, Morgan mengajak Rangga ke dalam villa supaya membicarakan lebih intens.Rangga tidak segera menjawab. Dia memperhatikan Morgan yang dengan lihainya membuka botol minuman itu dan mendekatkan ke mulutnya. Rangga terlihat kikuk saat melihat Morgan yang hanya menggunakan kaos dalam berwarna hitam dan celana pendek. Perawakan kekar yang membuatnya sebagai lelaki merasa minder sekaligus kagum dengan suami dari majikannya itu.“Minum!” titah Morgan setelah menegak minuman beralkohol dengan dengan kadar yang cukup tinggi itu.“Maaf, Pak. Saya tidak minum,” tolak Rangga secara halus. Memang dia kurang suka minum. Hanya di saat-saat tertentu saja. Itu pun minuman keras yang dengan kadar yang ringan dan enak, semacam tequila.Morgan ber’o’ pendek
Morgan menyelinap ke markas besar gang Kapak Hitam dari arah belakang. Sebagai orang yang dulu pernah memiliki gang ini, Dia cukup tahu tentang seluk-beluk rumah tua yang di jadikan markas. Dia juga sedari tadi menunggu momen d imana para pentolan dari gang tersebut sudah keluar baru kemudian menyelinap. Area belakang adalah tempat yang kurang penjagaan.“Sial,” umpat Morgan yang tidak bisa membuka pintu tersebut dengan kunci yang dia bawa. Mungkin karena kuncinya sudah lama di ganti. Sementara dia tidak mungkin mendobrak pintunya karena tentu saja akan menimbulkan kegaduhan.Morgan tidak kehabisan akal. Dia berjalan mengendap-endap untuk mencari celah untuk bisa masuk. Penampilannya sudah mirip seperti maling dengan penutup kepada dan pakaian serba hitam. Yang semuanya anti peluru. Tentu dengan skill yang ada dia akan mencuri sesuatu dari markas besar itu.Sampai dia menemukan jendela besar yang terbuka.&nbs
“Jihan,” gumam Morgan. Tidak salah lagi kalau itu adalah Jihan. Tapi, kenapa dia ada di sini?“JALANG! Jangan banyak bicara. Layani kami semua!” Mata Morgan membelalak setelah terdengar suara itu lalu diikuti oleh tawa sekian banyak orang. Sepuluh? Dua puluh? Atau mungkin lebih dari tiga puluh. Gila!“Ampun Pak! Jangan siksa saya seperti ini. Huhuhu.” Terdengar suara Jihan yang menyayat hati.“Apa kamu bilang? Menyiksa? bukannya kamu memang menginginkannya hah!” Suara bass yang mengancam membuat Jihan semakin tertekan. Suara isakannya sungguh menyayat hati.Morgan gamang.Padahal, dia bisa dengan mudahnya keluar dari tempat itu tanpa takut ketahuan. Namun, di mana rasa kemanusiannya kalau membiarkan orang yang di siksa tidak jauh darinya. Seorang wanita yang akan menjadi mangsa puluhan manusia yang biadap, yang bisa saja memba
Yuda tertegun saat berhenti di depan markas yang gelap gulita. Sepanjang perjalanan tadi, dia tidak menemukan tanda-tanda kalau ada lampu yang padam. Bagaimana mungkin markasnya menjadi satu-satunya tempat yang gelap gulita seperti ini.Yuda yang baru saja pulang dari peresmian dari cabang gang mafia naga di luar kota. Itulah kenapa banyak dari anggota yang meluncur ke sana untuk menghadiri acara tersebut, dan juga dirinya selaku pemimpin yang turut andil dalam meresmikan.Tidak hanya satu kota, melainkan kota-kota lain yang mulai menjamur gang naga. Perkembangannya cukup pesat karena dukungan finansial dari Max yang cukup mumpuni. Yuda yang memimpin gang tersebut cukup senang karena anggotanya semakin banyak dan membuat gang mafia naga semakin di kenal dan disegani oleh masyakat dipenjuru negeri.Dan sekarang dia terpaksa kembali ke markas karena ada sesuatu hal yang harus dia kerjakan. Tanpa ada anak buah yang me
Morgan membaringkan Jihan di sebuah kamar di villa yang baru dia sewa. Dia sengaja menyewa sebuah villa yang cukup terpencil untuk menghindari kejaran dari kelompok naga.Morgan berinisiatif untuk memberikan baju miliknya kepada Jihan. Mengingat dia tidak mempunyai baju wanita. Morgan hampir tertawa saat melihat Jihan yang terlihat kecil menggunakan baju yang kedodoran.Setelah menyelimuti Jihan dan memastikan wanita itu tenang dalam tidurnya, dia pun beranjak dari sana. Dia sudah tidak sabar untuk mengecek isi dari laptop milik Yuda. Mungkin sekalin video skandal dirinya, dia bisa menemukan kejahatan-kejahatan lain yang kelompok naga itu lakukan.Baru beberapa langkah, dia mendengar suara memekik. Morgan membalikan badannya dan terlihat Jihan yang mengigau. Morgan pun langsung bersimpuh di dekatnya.“Tenang, Jihan,” tandas Morgan sambil mengoyang-goyangkan tubuh wanita it
“R-rangga, kenapa kamu ada di sini?” Morgan tergagap saat melihat orang yang tidak disangka-sangka itu mendatanginya Villanya. Dia merasa tidak memberikan info kepada siapapun tentang keberadaannya, termasuk Rangga.“Saya kangen sama Bapak. Hehe….” gurau Rangga mencoba mencairkan suasanya. Yang justu membuat pria berbadan eksotis itu bergerak dengan gesture muntah.“Kamu jangan bikin saya mual ya. Saya sangat anti akan hal-hal seperti itu, walaupun itu hanya sekedar bercanda,” tandas Morgan dengan menunjukan ekspresi tidak sukanya. Rangga buru-buru memperbaiki perkataannya.“Jangan berpikir yang tidak-tidak ya, Pak. Seharusnya bapak tidak perlu bertanya kenapa saya bisa menemukan bapak. Itu memang sudah menjadi keahlian saya,” ujar Rangga dengan nada yang dibuat senormal mungkin. Apalagi saat ini, dia ditatap dengan penuh kecurigaan oleh Morgan. Yang membuat ingin pergi saja dari
Nala belum mempercayai ini semua. Bahkan setelah dia selesai memimpin rapat tersebut yang menyatakan bahwa perusahaan sebesar Arya Wiwaha resmi menjadi miliknya. Bagaimana bisa?Ternyata perkataan Morgan kemaren itu bukan omong kosong. Pria itu benar-benar melakukannya. Namun, satu hal yang belum dia mengerti, Kenapa dia bisa melakukan semua ini?Nala membawa berbagai pertanyaan yang membenak dengan melangkah dari ruangan itu. Langkahnya di ikuti oleh Bima dan jajaran petinggi dari perusahaan Arya Wiwaha. Setelah resmi menjadi miliknya, Nala memutuskan untuk kembali ke kantor dari Hartanto. Namun saat di lobby, dia bertemu dengan pria bermata biru.“Selamat ya, akhirnya kamu memiliki perusahaanku,” tuturnya yang membuat langkah Nala terhenti. Dia menolah sambil menaikan salah satu alisnya tinggi-tinggi.“Maksudnya?”Max terlihat memasukan kedua tangannya ke dalam saku s
“Syukurlah, Nyonya sudah sadar,” ujar Bima sambil tersenyum lebar. Wajahnya yang menegang terlihat merenggang saat melihat majikannya membuka mata setelah beberapa jam terpejam.Nala mengerjap-erjapkan mata sambil mengambil posisi duduk. Bima dengan sigap membantunya dengan menumpuk bantal sebagai sandaran. Nala terlihat memegang keningnya yang terasa pening sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Sebuah ruangan yang mewah yang tampak asing baginya.“Nyonya sekarang berada di dalam ruangan pribadi di kantor ini. Tadi, Nyonya pingsan di lobby,” jelas Bima. Nala menatapnya lamat-lamat kemudian tercenung. Di balik pandangannya yang terpendar, dia masih mengingat berita buruk yang membuatnya sampai tidak sadarkan diri. Seumur hidup, baru pertama kali dia seperti ini.Bima tersentak tatkala Nala menubruk tubuhnya. Pelukan yang sangat erat diiringi oleh airmata dari sang Nyonya. Bima menelan luda
“Papa kenapa?” tanya Jordan saat bertemu di ruang makan. Dia menunjuk kening ayahnya yang memar.“Habis jatuh semalam, Nak,” sambar Nala yang mengambil posisi duduk di dekat anaknya. Dia mengusap rambut anaknya yang sedikit berantakan.“Iya, Papa jatuh karena berantem sama monster,” ucap Morgan sambil memperagakan gerakan ultraman.“Monster di mana, Pa? Wah Papa hebat?” sambut Jordan antusias. Imajinasi anak kecil tentang tokoh superhero memang sangat kental. Makanya ketika ada cerita seperti itu, dia terlihat sangat bersemangat.“Mas!” tekan Nala sambil melotot. Morgan tergelak. Namun tak lama, karena Jordan yang memandangnya aneh.“Nanti setelah pulang sekolah, main Ultramen sama Papa ya, kamu jadi Ultramen, Papa jadi monsternya,” Rona wajah anak itu berubah cerah. Dia berdiri di atas kursi sambil tertingkah seperti supe
Morgan kembali menegakkan kepalanya. Kepuasan terlihat saat melihat wajah erotis Nala yang menginginkan dirinya. Istri yang sangat sempurna. selain cantik dan sexi, kepribadiannya juga menarik. Membuat Morgan beruntung memilikinya.Nala tersenyum genit sambil meliukkan tubuhya. Dia sedikit memutar badan. Memencet sabun di atas busa dan meremasnya. Kemudian dengan gerakan pelan, dia menyapukannya ketubuh Morgan. Setelah area depan selesai, Nala menempelkan tubuh bagian depannya dengan Morgan untuk menggapai area punggung. Terlihat mereka saling melempar senyum, pertanda bahwa mereka sangat menyukai momen seperti ini.“Turun, Sayang.”Kaki Nala kembali menapaki lantai. Dia menurunkan tubuhnya untuk membersihkan kedua kaki kokoh Morgan. Sedangkan Morgan terlihat memperhatikan Nala dengan wajah nakalnya, sungguh keseksian Nala tiada tara. Membuatnya selalu ingin berbuat hal yang buas.
Setelah selesai area muka, dia beralih ke kaki Morgan yang berbulu. Di saat yang bersamaan dia terhenyak saat melihat sesuatu yang menyembul keras.Morgan hampir tertawa saat melihat rona muka dari Nala. Hampir tidak tertebak, namun matanya tidak berkedip saat melihat juniornya. Kepala Nala bergerak secara slow motion ke arahnya. Dan sekarang terlihat wajah yang merona dengan dengusan nafas yang dalam. Morgan segera menangkap gelagat sang istri.Pria itu membangkitkan setengah badannya . Menangkup kedua pipi Nala dan merebut mulutnya yang ranum. Aroma vanilla semakin membangkitkan gairah Morgan, mulutnya terus bergulat sampai terdengar suara erangan yang menggelora.Ciuman yang terlepas membuat Morgan tersentak. Dia keheranan saat melihat Nala yang mundur beberapa langkah sambil mengusap mulutnya. Biasanya istrinya itu akan menerima apapun perlakukan Morgan, tapi kini dia menolaknya.“Aku benci
“Nyonya Nala, sebenernya….”Nala memperhatikan Rangga dengan seksama. Begitu juga Morgan yang sebenernya tidak ingin Rangga mengatakannya sekarang. Dia harus mencegahnya.“Jangan bicarakan sekarang. lebih baik di mansion saja,” sela Morgan. Nala menatap suaminya sejenak lalu beralih ke Rangga yang terlihat mengangguk.“Baik, kita bicarakan saja di rumah. “ Nala mengiyakan. Nala menyimpan rasa penasaran tentang sesuatu di antara Morgan dan Rangga. Dan memang kondisinya tidak memungkinkan untuk bicara di sini.Mereka masuk ke dalam mobil. Rangga melajukan kemudinya. Sepanjang perjalanan tidak ada perbincangan sama sekali di antara mereka. Hanya saling bertukar pandangan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.Sesampainya di mansion, mereka langsung mengambil posisi untuk duduk di ruang tamu. Nala yang sudah tidak sabar membuka percak
“Ayo bangun! ku hajar kamu sampai mampus bedebah!” Kembali Max menghajarnya. Morgan ingin membalas. Tetapi dia melihat salah seorang yang anggota gang naga yang mengacungka senjata ke Nala. Morgan tidak mampu berkutik.Sedangkan, Nala hanya tergugu di dalam mobil. Dia hanya mampu menjerit tatkala melihat suaminya dihajar oleh Max tanpa perlawanan sama sekali. Terlebih sebuah pistol yang mengacung tepat ke arahnya dari luar mobil. Membuatnya semakin ketakutan.Sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Rangga. Iya, hanya dia yang setidaknya menghalau mereka. Dia tidak memiliki kontak para bodyguard yang menjadi anak buahnya, mengingat selama ini kalau ada apa-apa dia langsung menghubungi Rangga. Meski kemungkinan kecil bagi Rangga untuk datang mengingat orang kepercayaannya itu dalam pengaruh obat perangsang.“Cuma segitu kekuatanmu hah?” pekik Max di depan Morgan yang tergelepar tidak
“Mas, aku enggak enak hati denganmu,” ucap Nala memecah keheningan.“Enggak enak hati kenapa?” tanya Morgan dengan dahi berkerut. Dia yang semula fokus mengendarai mobil harus terpecah konsentrasi dengan ucapan sang istri.“Kamu sudah berjuang keras untuk mendapatkan perusahaan Arya Wiwaha, tapi dengan mudahnya kamu memberikannya kepadaku.” Akhirnya kalimat yang sekian lama dia pendam itu terlontar juga. Sebenernya dia ingin membicarakan hal ini sedari tadi. Tapi belum menemukan waktu yang tepat.“Memangnya kenapa Sayang? Apa ada masalah?” sahut Morgan enteng seakan hal itu bukan sesuatu hal yang besar baginya.“Mas enggak menyesal memberikan perusahaan sebesar itu kepadaku?” Nada suara Nala ditekan rendah berhati-hati sekali mengucapkan kalimat tersebut. Takut suaminya tersinggung.“Ya, enggaklah Sayan
‘The Party goes so weel. Congrat!’Semua tamu undangan memberikan selamat kepada Nala dan Morgan atas terselenggeranya acara peresmian. Semakin meneguhkan status mereka sebagai salah satu konglomerat paling diperhitungkan di negeri ini.Nala tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Bukan karena kenaikan level yang begitu drastis, tetapi pengorbanan sang suami yang cukup besar hingga mereka sampai ke titik ini.“Makasih atas semuanya, Mas,” ucap Nala sambil mengerling indah kea rah suaminya. Morgan menoleh. Menunjukan deretan gigi rapi yang menawan.“Apapun akan Mas lakukan untukmu, Sayang,” sahut Morgan. Nala mendadak merasakan tangan kekar Morgan yang melingkar. Nala melotot sambil mendorong dada suaminya saat sang suami berusaha merengkuhnya ke pelukan.“Ih, Mas. Jangan di sini. Malu,” bisik Nala sambil melayangkan pandangan ke arah semua para
“Sekarang, kamu tidak akan bisa lari kemana-mana Jihan.”“Jangan halangi Saya!” pekik Jihan. Membuat sedikit keributan di lobby hotel. Penjaga keamanan terlihat mendekati sang Tuan. Namun, Morgan langsung mengangkat tangan sebagai isyarat kalau dia bisa menangani sendiri.“Kamu pikir bisa semudah itu lari dari saya hah!” tutur Morgan dengan santai. Jihan terlihat panik. Dia tidak akan bisa menembus Morgan dengan pertahanan keamanan super ketat baik di dalam maupun di luar hotel.“Ternyata kamu sangat berbisa Jihan. Adalah sebuah kebodohan terbesar bagi saya karena dulu telah menyelamatkanmu dari sarang gang nafa. Ternyata kamu mempunyai niat yang terselubung,” kecam Morgan.Jihan terkekeh. Suaranya menjadi tawa yang semakin keras. Mirip dengan seperti tawa psikopat.“Harus berapa kali aku bilang kepadamu Morgan, kalau aku sang
Rico pasrah. Percuma saja dia melawan. Morgan terlalu kuat untuk dia hadapi sendiri. Sedangkan Jihan sedang mencari celah kelengahan Morgan.“Kalian ikut aku sekarang. aku akan menimbang hukuman apa yang pantas buat kalian,” tutur Morgan sambil menyeret Rico. Begitu juga Jihan yang berjalan terlebih dahulu di hadapan mereka.Entah kenapa, mendadak Rico merasa kasihan dengan Jihan. Orang yang teramat dia cintai itu juga akan dihukum oleh Morgan. Dia tidak rela kalau sampai Jihan babak belur atau bahkan meninggal di tangan Morgan. Terlebih dia tahu betul kalau Morgan tidak segan melakukan hal itu jika ada yang berani mengusiknya. Dia harus mengalihkan perhatian Morgan, Supaya Jihan bisa kabur.“Aku tidak tahu alasan kenapa kamu tetap bertahan dengan Nala yang jelek itu. Kalau aku jadi kamu pasti aku sudah memilih Jihan,” celetuk Rico tiba-tiba. Morgan yang mendengarnya langsung menghentikan langkahn