Share

18. Ketiduran

Penulis: helloimironman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wajah Carla yang semula panik perlahan berubah datar dan tercengang melihat Savian yang dengan santai duduk angkat kaki di atas sofa. Pria yang tadi melirih di telepon dan berkata akan pingsan ternyata sedang asik menonton televisi sambil mengemili kripik singkong yang tersedia di atas meja. Kemarahan tercetak jelas di wajah mungil Carla, gadis itu melangkah mendekati Savian sambil bertelak pinggang menunjukan kekesalannya.

"Pak Savian!" teriak Carla membuat Savian yang asik menguyah langsung terlonjak kaget. "Ini yang namanya mau pingsan, iya?!" imbuh Carla masih dengan rasa emosi yang mendominasi. Matanya tak lepas menatap Savian tajam.

Savian berdehem lalu menundukan kepalanya, agak takut melihat tatapan garang Carla.

"Jawab aku, pak!" sentak Carla, napasnya terengah karena emosi dan kelelahan habis mengayuh sepeda dengan jarak yang lumayan. Selama menuju pulang Carla benar-benar panik memikirkan Savian, tapi setelah tau cuma di bohongi, jelas Carla langsu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sentuh Aku, Pak!   19. Insiden Memalukan

    Carla mengucek matanya yang lengket, ia mengerutkan kening saat merasakan bantalnya tidak seempuk biasanya. Tangan mungil Carla menepuk-nepuk undakan yang menahan kepalanya, kerutan di keningnya semakin tercetak jelas, tidak ada bantal miliknya yang sekeras ini. Perlahan Carla membuka matanya, seketika itu juga ia terkejut hingga terjungkal ke lantai. Carla menatapi tubuhnya, ia lantas menghembuskan napas lega saat menyadari kalau tubuhnya masih terbalut pakaian lengkap. Bagaimana gadis itu tidak jantungan jika bangun tidur langsung di suguhi pemandangan pulas Savian di sampingnya? astaga... bahkan ketika tidur saja Savian masih terlihat tampan! Uuu, Carla meneguk ludah melihat pemandangan indah itu. Tak ingin terlena dengan pesona Savian lebih lama, Carla langsung menggelengkan kepalanya, ia meringis sambil mengusap-usap bokongnya yang terasa nyeri. Masih dengan keterkejutan yang melanda, Carla perlahan merangkak masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   20. Gugup

    Sampai sekarang Carla masih kepikiran kenapa dia bisa begitu mudah ketiduran di pelukan Savian. Jangan ketiduran di pelukan Savian, tidur di bawah jam 12 malam menurutnya saja sudah aneh. Carla menderita insomnia, dia baru bisa tidur di bawah jam 3 pagi. Jawaban ada di antara; dada Savian terlalu nyaman sehingga Carla cepat tertidur atau Carla memang kelelahan karena banyak menangis malam itu. Tapi sampai saat ini Carla belum bisa menemukan mana jawaban yang benar. "Car, makan di luar yuk!" Melihat Savian yang datang menghampirinya, Carla langsung mempercepat gerakan tangannya menyeduh kopi. Tubuhnya spontan menggeser saat Savian berdiri di sampingnya. "Gak deh, pak." jawab Carla tanpa menatap Savian yang sedang menuang air ke gelas. Savian menoleh ke arah Carla, memandang gadis itu dengan raut kebingungan, karena tidak biasanya gadis itu berkata dengan nada sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   21. Jaga Pintu

    Savian keluar dari dalam kamarnya dan mendapati kehampaan di sana. Tak ada suara televisi, tak ada suara dentingan sendok dan cangkir yang bertabrakan saat mengaduk kopi, juga tak ada suara tawa Carla yang biasanya menggelegar. Sudah hampir satu minggu Savian merasakan perubahan pada Carla. Cewek itu sudah seperti orang yang berbeda, berubah dan tak sama seperti dulu. Banyak perbedaan yang Savian sadari. Carla yang lebih banyak diam dan menghabiskan waktu di luar. Biasanya gadis itu tidak akan peduli apa yang akan keluar dari mulutnya, tapi sekarang ia jadi lebih banyak diam dan takut bicara dengan. Carla juga memiliki hobi baru, yaitu jalan bersama Alvero. Tidak ada hari tanpa jalan dengan Alvero, Savian sampai hafal jam pulang cewek itu. Sekarang sudah jam 10 malam, lihat saja, paling juga 5 menit lagi cewek itu pulang. Sebenarnya Savian sudah menasehati Carla untuk tidak pulang di atas jam 9, tapi dia tidak mendengarkan ucapannya. Savian melangkahk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   22. Modus

    Memiliki jam tidur normal adalah sebuah kemustahilan bagi Carla. Sejak memasuki dunia SMA, tepatnya saat ia mengetahui kalau kaka tirinya suka masuk ke dalam kamarnya secara diam-diam ketika tengah malam, sejak saat itu Carla jadi sulit untuk tidur di bawah jam 10 malam. Dulu Carla bergadang supaya kaka tirinya tidak masuk ke dalam kamarnya secara diam-diam, tapi nyatanya, kebiasaan buruknya itu berkelanjutan sampai sekarang, bahkan ketika ia sudah pisah rumah dengan kaka tirinya. Menonton drama, mengejarkan tugas kuliah atau membaca novel adalah hal yang biasa Carla lakukan di tengah malam. Dan tentu saja ia lakukan di dalam kamarnya. Tapi malam ini, tiba-tiba Carla merasa bosan di dalam kamar dan lagi pengen nonton di ruang tamu. Alhasil, dia keluar dari dalam kamar sambil meluk bantal. Sebelum mendaratkan bokong di atas sofa, Carla mengintip sebentar di kamar Savian, ternyata pintunya tertutup rapat, semoga saja pria itu sudah tidur. Carla menyalakan televisi, sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   23. Terpaksa Menjadi PJ

    Berbeda dengan kemarin, kini Carla dan Savian sudah berbaikan. Mereka bahkan berangkat ke kampus bersama pagi ini, meski keduanya tidak banyak bicara selama perjalanan menuju kampus. Dan tentu saja Carla meminta Savian untuk menurunkannya di halte bus yang jaraknya lumayan dekat dengan kampus. Carla ambil amannya saja, ia tidak ingin menjadi trending topik di kampus karena ketahuan berangkat bareng Savian, dosen barunya yang dikenal berparas tampan. Kebetulan hari ini kelas Carla ada mata kuliah Savian. Seperti biasa, suasana kelas tentram karena seluruh mahasiswa fokus terpaku pada Savian yang sedang membeberkan materi mata kuliah hari ini. Ya, tentu bukan hanya fokus ke materi saja, tapi juga fokus ke wajah Savian yang membuat para mahasiswi menyeceskan air liurnya. Tak dipungkiri dengan Carla juga, gadis itu melamun sambil memandang Savian yang sibuk menjelaskan dengan sangat serius namun tidak kaku. Tanpa sadar, Carla jadi senyum-senyum sendiri mengingat kelakuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   24. Nonton Film Action Rasa Romance

    "Aku sudah bosen ketemu bapak di flat, masa di kampus harus ketemu terus juga sih, pak!" keluh Carla bersamaan dengan ia mendaratkan bokongnya di kursi sebrang meja kerja Savian. Meskipun terbilang dosen baru, tapi hebatnya Savian memiliki ruang kerja sendiri. Bahkan dosen yang lebih lama mengajar di kampus ini ruangannya masih mencampur dengan dosen lain, yang menjadi pembatasnya hanya penyekat meja saja. Apa jangan-jangan orangtua Savian salah satu orang yang menduduki kursi berpengaruh di kampus ini? Di lihat dari gaya hidup Savian yang mewah dan glamor, sepertinya yang Carla pikirkan kecil kemungkinan untuk meleset. "Kamu gak suka saya jadikan PJ?" Carla memutar bola matanya, pake nanya lagi, sudah jelas-jelas sejak tadi ia mengeluh, itu tandanya Carla tidak suka di tunjuk sebagai PJ! "Jelaslah, pak! mending bapak tunjuk yang lain aja deh, banyak kok yang mau jadi PJ." Savia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   25. Jangan Bercanda!

    "Apa... pelukan?!" Suara Misel naik satu oktaf, keterkejutannya tidak bisa ia sembunyikan saat mendengar apa yang Carla katakan. "Kok bisa?" Misel tidak percaya. Berhubung pagi ini Carla tidak ada kelas, dan akan seharian di dalam flat tanpa kegiatan apapun selain mengerjakan tugas kuliahnya. Carla berinisiatif untuk menelepon Misel dan menceritakan semua kejadian yang ia lewatkan bersama Savian. Konsul adalah suatu hal yang penting dan tidak boleh terlewatkan, karena Misel harus tau perkembangan pasiennya. Carla melipat bibirnya, tidak mengira reaksi Misel akan setidakpercaya ini. "Aku juga bingung, Kak. Tapi aku benar-benar gak ngerasa takut sama sekali. Malah... nyaman." cicitnya di ujung kalimat. Agak malu sebenarnya berterus terang seperti ini. Untuk pertama kali Carla curhat ke Misel tentang pria yang bisa membuatnya lupa kalau ia memiliki trauma. "Tapi, Kak, ini cuma berlaku ke dia doang, ke cowok lain nggak." la

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sentuh Aku, Pak!   26. Target

    "Sial!" Savian mengumpat, ucapan Misel masih menghantuinya sampai saat ini. Depresi? Trauma? Cih, Savian berdecih. Jelas-jelas selama ini Carla tidak menolak sentuhnya, memang sih awal-awal dulu Carla selalu menghindar, tapi itu wajar karena mereka masih baru mengenal. Tak ingin memperpanjang rasa gelisahnya, Savian mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu mengetik pesan yang akan ia kirim ke kontak dengan nama Carla Kalila. Savian: Carla Sambil menunggu balasan pesan dari Carla jari Savian mengetuk pelan meja kerjanya sambil terus memikirkan tentang ucapan Misel, dan beberapa detik kemudian suara tawa Savian menggelegar. Kelakuan Misel sungguh membuatnya tertawa, trauma? itu tidak masuk akal! Ting! Ponselnya berdeting, balasan dari Carla masuk. Dengan tak sabaran Savian membuka pesan dari Carla lalu membalasnya. Carla Kalila: kenapa, pak? Sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 15. Bertemu Dirga

    Keina melenguh disela-sela tidurnya, bukan tanpa sebab tidurnya yang nyenyak itu terganggu. Ada sesuatu yang mengguncang pundaknya, dan dengan terpaksa Keina membuka mata."Na, bangun..." Suara halus itu kini sudah langganan ditelinganya, jelas dia tahu siapa pemiliknya. Kahfi."Kenapa sih, Kak? Aku masih ngantuk!" Keina menepis tangan Kahfi dari pundaknya. Demi Tuhan, dia masih ngantuk berat, setelah subuh tadi dia harus terbangun untuk sholat subuh, kini Kahfi kembali mengusik tidurnya lagi."Hei, kamu lupa hari ini kita mau ke Dokter Kandungan?" Meski suaranya masih tetap lembut, tapi nyatanya saat ini Kahfi sedang menahan rasa sabarnya. Baru beberapa minggu menjadi suami, namun rasa sabar Kahfi benar-benar diuji.Mendengar apa yang baru saja suaminya itu katakan, spontan sepasang mata Keina membulat sempurna. Dia segera memunggungi Kahfi dan meringis pelan. Tentu saja sambil mengumpat dalam hati. Benar, dia lupa kalau hari ini mereka sudah janjian untuk periksa kandungan. Bukan me

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 14. Gawat!

    Keina duduk di depan Kahfi dan Keino dengan wajah tegang. Sejak kemarin kakaknya itu memang ada di rumah, tapi hubungan mereka sedikit canggung karena pemasalahan yang ada. Ya, tentu saja Keino marah saat mendengar kabar bahwa adiknya itu dihamili oleh pria yang tidak bertanggungjawab. Jangankan ngobrol, sejak datang saja Keino tidak mau menatap wajah Keina, baru tadi saat menegurnya di depan teman-temannya.Jadi, tolong jangan ditanyakan seberapa besar rasa marah Keino ke Keina. Sebagai kakak, dia jelas merasa sangat kecewa dan gagal melindungi adiknya dari janji manis laki-laki buaya."Gimana Keina, Kaf? Dia menjalani kewajibannya sebagai istri, kan?" tanya Keino menatap Kahfi dengan serius, walaupun Keina duduk tepat disebelah Kahfi, tapi tak sekilas pun matanya melirik ke arah sang adik yang merengut cemas.Sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya itu, Kahfi menoleh ke arah Keina dan tersenyum lembut. Dia menggerakan tangannya, merangkum punggung tangan Keina yang nganggur lalu m

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 13. Kedatangan Kahfi

    "Na, mobil siapa tuh?"Keina yang sedang asik berbincang dengan Gibral lantas mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan apa yang Miska lihat saat ini. Sebuah mobil Range Rover yang melaju memasuki perkarangan rumahnya. Perlahan kening Keina berkerut sebelum bibirnya mengeluarkan sebuah decakan sebal setelah tersadar siapa pemilik mobil mewah itu.Ya, siapa lagi kalau bukan suaminya, Kahfi. "Siapa, Na?" Mario ikut bertanya.Dan ketika pintu mobil itu terbuka, memunculkan Kahfi yang keluar dari dalam sana. Hal itu tentu saja membuat rasa penasaran teman-temannya terbayarkan. Jelas mereka masih ingat wajah pria yang duduk di kursi pelaminan bersama Keina menggantikan posisi Dirga yang notebene teman mereka juga. Mereka spontan bangkit berdiri, kecuali Keina yang ekspresinya langsung mendadak bete."Na, kok diam aja, itu suami lo datang!" Miska menarik tangan Keina cepat tatkala melihat Kahfi yang berjalan mendekati mereka dengan seulas senyum manisnya. Jika boleh jujur, tadi Mis

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 12. Keina : Berat, Ma...

    "Maaaaa, takut!" Keina berlari mundur saat mendengar gemercik minyak panas tatkala ia memasukan potongan ayam ke dalam penggorengan. "Ya ampun, Na! Masak aja kayak mau tawuran!" Komentar Dinne yang berdiri diujung pintu dapur sambil memegang ponsel yang menyorot ke arah sang anak. Ya, dia sedang merecord kegiatan Keina untuk dikirim ke Kahfi sebagai laporan. Meskipun Kahfi tidak meminta, tapi Dinne berinisiatif sendiri. "Ma, bantuin aku dong! Kok malah main hape doang!" Gadis itu menatap sang mama kesal, tangan kanannya memegang spatula sementara tangan lainnya memegang tutup panci yang dia ambil spontan untuk melindungi diri dari cipratan minyak. Dinne berdecak, sebelum mengindahkan perintah sang anak, dia mengatur tata letak ponselnya agar kameranya terus menyorot ke arah Keina. Setelah itu dia berjalan mendekati kompor, "Sini, gitu aja udah marah-marah." Dia mengambil alih spatula dari tangan Keina, lalu menggoreng potongan ayam yang tersisa. "Mama kayaknya salah deh, sebelum be

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 11. Pengantin Baru Kok Pisah Ranjang?

    Kahfi mengelus bibirnya dengan kedua mata tertuju pada ponsel digenggaman. Biasanya di jam-jam segini pria itu sibuk dengan laptop dan pekerjaan, meskipun pekerjaannya sudah selesai tapi dia pasti selalu bertanya ke Sekretarisnya apakah ada pekerjaan yang bisa dia selesaikan saat itu. Namun untuk kali ini Kahfi memilih untuk korupsi waktu, entah kenapa dia lebih memilih untuk berperang dengan isi kepalanya sendiri daripada menandatangi berkas-berkas.Pria dengan kemeja abu-abu itu merenggangkan dasinya. Tangan kanan Kahfi memegang ponsel yang hanya dia tatapi sejak setengah jam lalu, sementara tangan lainnya memutar-mutar bolpoint. Nama sang istri yang asik berlarian di kepalanya menjadi alasan kenapa pria itu asik dengan dunianya sendiri. Kahfi melirik arloji dipergelangan tangannya, jam satu siang. Kalau dia telepon Keina dan bertanya apakah istrinya itu sudah sholat dzuhur dan makan siang, apa Keina akan merasa terganggu? Mengingat bagaimana respon Keina saat ia telepon tadi pagi,

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 10. I'm Gonna Miss You

    Mas Kahfi: Assamu'alaikum, Na... Selamat pagi.Mas Kahfi: Hari ini kesiangan enggak sholat subuhnya? Oh iya, jangan telat sarapan, ya.Keina yang baru membuka kedua matanya dan tak sengaja mendapati pop-up pesan dari Kahfi lantas berdecih. Entah kenapa pesan manis itu terlihat menjijikan untuknya. Typing Kahfi benar-benar menggambarkan sosok bapak-bapak yang sudah tua, sangat berbeda dengan Keina yang terbiasa menerima pesan dengan typing gaul dari teman-teman sepantarannya.Tanpa berniat membalas pesan dari suaminya itu, Keina lantas meletakan kembali ponselnya ke atas nakas. Sejenak dia merenggangkan otot-otot badannya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Gadis dengan setelan piyama biru muda itu berjalan menuju jendela kamarnya, membuka ventilasi udara dan menghirup banyak-banyak udara yang belum terkontaminasi polusi.Kepala Keina menoleh ke belakang, melirik jam dinding. Ternya masih pukul enam pagi. Sejujurnya, ini momen langka karena Keina bisa bangun disaat matahar

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 09. Sayang, Adek, atau Istriku?

    Menepati janjinya, selepas sholat dzuhur Kahfi membawa Keina ke rumah Galih untuk silahturahmi sekaligus mengenalkan istri cantiknya itu. Tentu saja, Galih dan istrinya menyambut dengan baik kedatangan keduanya. Ya, meski gagal menjadikan Kahfi sebagai menantu mereka, tapi hubungan keluarga Galih dengan Kahfi tetap baik. Mereka juga banyak memuji Keina yang katanya cantik. Usai berbincang kecil selama kurang lebih setengah jam, Kahfi dan Keina harus pamit karena mereka harus pergi mengejar jam penerbangan pesawat ke Jakarta yang sudah mereka pesan siang ini. Ya, hari ini Keina akan kembali ke Jakarta, jika gadis itu menepati janjinya, maka dia akan kembali lagi bulan depan untuk menetap selamanya bersama Kahfi di kota ini."Sudah dicek lagi barang-barang kamu? Ada yang ketinggalan enggak?" tanya Kahfi seraya mengambil alih tas besar yang sedang Keina bawa. Lantas dia menaruhnya ke dalam bagasi mobil."Enggak ada, Kak," jawab Keina.Kahfi mengangguk, dia lantas membukakan pintu penump

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 08. One Step Closer

    "Mas Kahfi, tumben sudah dua hari saya enggak lihat mas Kahfi jamaah di sini,"Kahfi yang baru saja melangkah keluar dari pintu masjid langsung menghentikan tungkainya, dia berbalik badan dan mendapati Pak Galih yang melempar pertanyaan kepadanya.Sebelum menjawab, Kahfi lebih dulu menyalami tangan pria paruhbaya itu. Dia cukup dekat dengan Pak Galih selaku ketua RT dikompleknya. Apalagi mereka sama-sama jamaah tetap di masjid, jadi setiap hari pasti bertemu."Iya, Pak, kemarin saya habis dari Jakarta," jawab Kahfi dengan senyuman di wajah teduhnya. "Oh iya, Pak, rencananya pagi ini saya mau ke rumah bapak," imbuh Kahfi sambil melangkah menuju halaman masjid. Tentu saja, tungkai Galih juga mengiringi."Ada apa, mas?" Galih bertanya sambil memakai sandal jepitnya.Kahfi menahan senyum, sebenarnya dia tidak ingin berbicara dengan situasi seperti ini, dijalan menuju arah pulang. Meskipun jalanan sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang juga baru keluar dari masjid selepas sholat sub

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 07. Mau Bangun atau Saya Cium?

    "Mau kemana, Na?" Kahfi bertanya saat berbalik badan dan mendapati istrinya itu sudah berdiri dan hendak membuka mukena. Mereka baru saja selesai melaksanakan sholat maghrib."Rebahan. Emang mau ngapain lagi?" Keina balik bertanya dengan wajah kebingungan.Hembusan napas pelan Kahfi keluarkan, dia menggerakan tangannya, memberi sinyal agar istrinya itu duduk kembali, "Kita ngaji dulu. Tolong ambilkan Al-Qur'an," perintahnya seraya menunjuk kitab suci yang terletak di atas nakas.Keina terdiam sejenak dengan kedua alis yang terangkat, dia mengurungkan niatnya untuk melepas mukena yang menutupi tubuhnya. Tungkainya lantas berjalan menuju nakas, mengambil Al-Qur'an dan memberikannya ke Kahfi."Sini duduk," ucap Kahfi sebab Keina masih setia memandangnya sambil berdiri.Keina menggaruk tengkuk, dia mengindahkan perintah sang suaminya dan segera duduk. Gadis itu masih terdiam memandang Kahfi yang membalik selembar demi selembar kitab suci itu."Kamu bisa baca Al-Qur'an, kan?" tanya Kahfi d

DMCA.com Protection Status