Bab 3 Harapan yang Terpendam di Bawah Salju

Suara gadis kecil itu sangat lemah, membawa jejak mati rasa yang tak terasa, seperti boneka yang kehilangan jiwa.

Ekspresi anggota keluarga Walton berubah drastis!

Dengan suara keras, cangkir teh yang ada di tangan Tuan Tua Walton jatuh. Tenggorokan semua orang seperti tercekik, dan sejenak, tak ada yang bisa bersuara. Suara lembut di ujung telepon itu terus berlanjut, seperti kata-kata terakhir dari seseorang yang sedang sekarat. “Paman Kecil, Mia sangat kedinginan, sangat lapar... Mia tidak mendorong siapa pun, tetapi mereka tidak mempercayaiku dan tidak mendengarkan Mia… Ayah meminta Mia untuk berlutut di luar dan meminta maaf, padahal Mia tidak melakukan kesalahan apa pun. Paman Kecil, Mia sangat kedinginan. Bisakah kamu menggendongku?” Di akhir kalimat, suara gadis kecil itu semakin melemah, hampir menjadi gumaman. Angin dan salju yang menderu di ujung telepon lainnya masih bersiul, namun suara lembut gadis itu tiba-tiba berhenti.

Andrew akhirnya bereaksi. Ia meraih ponselnya, berharap bisa merangkak masuk ke dalam perangkat itu. “Halo? Mia! Mia, kamu di mana? Beritahu Paman Kecil, di mana kamu berada!”

Tidak ada jawaban di ujung telepon untuk waktu yang lama. Tuan Tua Walton berdiri dengan panik, ekspresinya yang biasanya tegas menghilang. Ia berteriak dengan cemas, "Cepat! Suruh seseorang memeriksa lokasi nomor telepon ini!"

…

Sebelum Amelia sempat menyelesaikan kalimatnya, ia pingsan dan ponselnya jatuh ke salju. Setelah beberapa lama, Jonathan datang mencari ponselnya. Ketika melihat Amelia tergeletak tak bergerak di salju, ia mengangkat kakinya dan menendangnya. Melihat Amelia tidak bereaksi apa-apa, ia berkata dengan kesal, “Mati? Lebih baik kamu mati saja!”

Empat tahun yang lalu, Jonathan menjemput seorang wanita. Pakaian wanita itu compang-camping, dan ia membawanya kembali ke apartemen karena kebaikan hatinya. Setelah wanita itu mandi, ia tampak cukup cantik. Ketika ditanya, wanita itu mengaku tidak ingat apa-apa. Jonathan merasa wanita itu imut, dan ia pun membujuknya untuk waktu yang lama, seperti pria muda yang sedang jatuh cinta. Ia berkata bahwa ia tidak akan memaksanya untuk bersama, dan akan mengurus semuanya untuknya. Memikirkan kembali semua itu, Jonathan merasa jijik. Wanita itu adalah seorang pengemis pengembara, dan mungkin saja ia pernah tidur dengan seseorang saat mengembara. Jika tidak, mengapa Amelia tidak memiliki kesamaan fisik dengan dirinya? Namun, meski Jonathan curiga, ia tidak pernah melakukan tes paternitas, karena jika ia tahu bahwa Amelia bukan anak kandungnya, ia akan menjadi bahan tertawaan dan pria paling memalukan di Kota Bradford!

Jonathan mengambil teleponnya dan pergi. Ia terus menelepon di ruang kerjanya yang hangat. “Halo, Presiden Wilson, saya Jonathan Miller. Apakah Anda kenal seseorang dari keluarga Walton di Buffalo?”

“Halo, Presiden O'Brian! Selamat Tahun Baru, Presiden O'Brian. Saya dengar Anda memiliki kontak dengan keluarga Walton di Buffalo, ya? Perusahaan saya baru-baru ini mengalami masalah. Bisakah saya meminta bantuan Anda...”

Angin dan salju di luar semakin kencang, sementara Amelia terbaring tak berdaya di tanah. Waktu berjalan lambat, dan hari mulai gelap. Amelia merasa pusing, dengan sedikit kesadaran yang tersisa, namun ia tak bisa membuka matanya apa pun yang terjadi. Sejak ibunya meninggal, ia tak pernah menangis. Tidak peduli seberapa keras ayahnya memukulinya, atau seberapa keras ibu barunya menindasnya, ia tidak menangis. Namun sekarang, ia merasa ingin menangis. Ia menelepon paman kecilnya, tetapi tidak ada suara di seberang telepon. Jadi, paman kecilnya tidak menginginkannya, kan? Tidak ada yang menyukainya di dunia ini. Bagaimana dengan ibunya? Setelah meninggal, apakah ibunya juga akan membencinya dan tidak menginginkannya?

Bibir Amelia membiru, dan tangan kecilnya mencengkeram salju. “Bu, Mia tidak akan menangis. Mia gadis yang baik, jadi tolong jangan tinggalkan Mia…”

Saat itu, tanah bergetar, dan suara gemuruh terdengar. Tujuh hingga delapan mobil hitam melaju kencang menuju vila keluarga Miller. Pintu mobil pertama terbuka dan seorang pria berjas hitam keluar. Ia menendang pintu rumah keluarga Miller hingga terbuka!

Badai salju itu sangat kuat, salju putih menutupi tubuh muda Amelia yang terbaring tak bergerak. Andrew melihat sekeliling dengan cemas, mengingat bahwa Mia sempat berkata di telepon bahwa ia sedang berlutut di luar. Tiba-tiba ekspresinya berubah, dan ia melihat tumpukan salju yang tidak mencolok di antara amukan salju!

Andrew bergegas menghampiri dan dengan panik menyapu salju. Ia melihat sosok kecil terkubur di salju.

“Mia?” Andrew buru-buru menggendongnya. Setelah melihat penampilan Amelia, ia yakin bahwa ini adalah anak dari keluarga Walton! Wajahnya persis seperti adik perempuannya yang sudah meninggal! Mia benar-benar adalah anak dari adik perempuan mereka yang paling disayangi!