Share

Pernyataan

last update Last Updated: 2021-05-05 23:57:44

"Hei! Apa coba yang gue liat?" Teriakan yang menggema dalam suite yang kutempati menyadarkan keberadaan Nabas. Dia pasti melihatku dan ... Sara.

Bergegas kutarik selimut dari lantai untuk menutupi tubuh Sara yang telungkup di sisiku baru menanggapi tatapan bertanya dari pemuda sipit itu. "Yo, Bas." Telapak tangan kananku refleks naik ke udara, menyapa sebelum mengambil celana pendek yang ternyata menutupi lampu di nakas dan mengenakannya di samping Sara.

"Lo bilang enggak jadian sama dia." Nabas masih melongo, menunjuk ke arahku seraya berjalan mendekat.

Kudengarkan gumaman di sisi. Sara menggeliat, melotot ketika mendapati kakak kelasnya itu menempati kasur lain dalam ruangan yang sama.

Jemariku menyisir helaian rambut Sara yang berantakan, lalu bertanya, "Kapan kita jadian?"

Rengutannya semakin menggemaskan. Aku bahkan enggak perlu lagi meminta izin mendaratkan kecupa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Semalam Bersamamu   Dia Cemburu

    Semalam, aku menginap di kamar Sara. Enggak jauh beda dengan suit yang kutempati dengan Nabas, tetapi teman sekamar Sara harus mengungsi sementara karena panasnya kegiatan kami. Sara masih tertawa dalam pelukanku kalau mengingat wanita sekamarnya hanya lewat dan berlagak seolah kami tidak ada. "Apa yang lucu?" tanyaku seraya melarikan jemari di permukaan lengannya. Selalu lembut, mungkin efek perawatan. Seperti wanita-wanita yang seringkali berusaha menyentuhku, kulit mereka begitu mulus, terawat, bahkan jarang memiliki rambut halus. "Lo liat kan gimana gayanya ngomelin gue kek enggak ada gue di sini?" Sara melihat langit-langit kamar seperti membayangkan. Keningnya berkerut sesaat sebelum duduk. Dia mulai berakting, "Sara, lo itu masih di bawah umur. Jaga diri, kek. Jagaimage,kek. Pintu ditutup gitu biar enggak keliatan orang yang bi

    Last Updated : 2021-05-07
  • Semalam Bersamamu   Risiko Bersamaku

    Aku membenahi tampilan di tubuh, memeriksa kancing kemeja dan menggulung lengan panjangnya sesiku. Belum termasuk memasang rompi beludru marun dan celana panjang berwarna serupa. Temabutler yang diminta klien berbanding terbalik dengan pesta lajang berbikini yang mereka adakan. Mungkin untuk membedakan keberadaan aku dan Nabas dari para tamu yang menguasai kolam pribadi dalam suit utama. Namun yang menjadi kekhawatiranku bukan itu, tetapi ancaman Sara sebelumnya yang mengejutkan ketika memegang gunting saat mendekatiku terakhir kali. Mau ketawa, tapi kalau dipertimbangkan lagi, dia termasuk nekat. "Motong punyaku?" Sumpah!I can't get it. "Gue enggak bakal biarin orang lain dapet ini meski gue harus ilangin sekalian!" Aku bergidik ngeri.

    Last Updated : 2021-05-07
  • Semalam Bersamamu   Membuatku Berharga

    Kalau mikir aku bakalhaving sex sama Natasha ..., enggak. Aku lebih banyak ngobrol sama dia soal saling menyentuh dan menggoda sampai mendapat hasil yang disukai pria. Ya, sedikit praktik saling memuaskan tanpa penyatuan. Bisa dibilang, Natasha belum mau melakukan hal yang lebih jauh. Aku mengangguk, memahami alasannya yang ingin mengikat seseorang yang disukainya. Mungkin ..., itu juga yang Sara lakukan. Untukku? Atau mungkin itu hanya sebagai bayaran atas rasa ingin tahu? Entahlah. Aku sulit membedakan semua ini. Apa Sara benar-benar menyukaiku atau menjadikanku pelarian kekecewaannya terhadap hidup dengan bergantung padaku? Aku benar-benar merasa kacau. Duniaku teraduk seiring godaan mulut Natasha pada milikku di bawah sana. Dia sangat cepat belajar menarikku mencapai pelepasan. Bahkan

    Last Updated : 2021-05-08
  • Semalam Bersamamu   Apa Berikutnya

    Perhentian transit di Singapura, sepupu Sara mengantar kami mengikuti pemeriksaan di salah satu klinik. Ralat, hanya Sara. Aku menunggu di luar ruangan dengan resah, bahkan belum bisa duduk tenang sebelum mendapat kabar dari Sara hingga dia menghampiriku di ruang tunggu. Kuhela napas panjang lebih dulu tanpa menatap ke arahnya, tanpa tahu bagaimana raut wajahnya saat berada di sisiku. Aku pun enggak tahu kenapa hanya kami berdua di bangku ini. Bukannya tadi Sara bersama sepupu dan teman-temannya? "Apa kata dokter?" tanyaku lebih dulu. "Satu bulan, Sa." Benar dugaanku. Minimnya pengalaman, aku baru ingat soal penggunaan pengaman. Dia menopang kehidupan calon anakku. "Masih sakit?" "Udah dikasih obat tadi." "Aman?" Sulit sembunyikan getar dalam suaraku. Ini berbeda dari jalan hidupku sebelumnya. Pilihan

    Last Updated : 2021-05-08
  • Semalam Bersamamu   Pacarannya Kita

    Setelah kejadian di kapal pesiar? Sepupu Sara masih bisa rahasiakan masalah kehamilan itu sampai kami bisa memutuskan langkah berikutnya. Yang pasti, dia mengingatkan jangka waktu kami yang terbatas. Cepat atau lambat, semua bakal ketahuan. Mungkin aku perlu mempertimbangkan tawaran Romo Beni soal pernikahan. Masalahnya? Aku belum tahu bagaimana tanggapan orang tua Sara, apalagi dengan fakta soal pesta para wanita yang melibatkan mamanya. Enggak kebayang. Sementara ini? Masa ujian kenaikan menyibukkanku buat belajar, memanfaatkan waktu istirahat di kelas. Di kos juga belakangan lebih banyak belajar meski manjanya Sara sering ngerepotin. Seenggaknya larangan dokter buat berhenti main di kasur sementara ini bisa menambah waktu fokusku. "Bilangnya enggak pacaran, ini malah nempel terus." Sindiran Kalan, si babon muka tua yang menghuni meja sebelahku

    Last Updated : 2021-05-10
  • Semalam Bersamamu   Hidup Denganku

    "Masih mual?" tanyaku setelah kami tiba di pelataran parkir kafe. Harusnya pulang sekolah ya pulang, tapi Sara malah ngotot ikut meski aku bilang bukan urusan pekerjaan. Kulepaskan helm dari kepalanya setelah turun dari motor dan menyampirkan milikku jugga di setang. "Enggak lagi." Sara menggeleng, tersenyum ketika menggelendot manja di lenganku. Dia beralasan, "Tadi baunya emang enggak enak pas udah masuk mulut." "Besok-besok hindarin makan ayam kalau gitu." Kami berjalan melewati pintu kaca yang aku buka dan tahan hingga Sara berada di dalam ruangan didominasi warna putih, termasuk perabotan yang mengisi. Beberapa corak kayu untuk stan barista dan meja penyajian. "Padahal ayam tuh dulunya enak banget." Sara mendeskripsikan sampai terpejam, membuka telapak tangan di depan wajahnya ke arah atas. "Lo mau kita ketahuan?" Kutarik lengannya biar duduk

    Last Updated : 2021-05-11
  • Semalam Bersamamu   Merencanakan Pernikahan

    Aku dan Sara duduk pada bangku yang tersedia menghadap altar di depan sana. Sesaat, aku berpikir tentang seperti apa pernikahan sebenarnya. Apakah harus dipenuhi banyak orang sebagai saksi atau perayaan besar? Menilik latar belakang Sara, aku sempat merasa terlalu kejam memberinya momen pertama yang lebih rendah dari kata sederhana. Namun, sepanjang perjalanan dia terus mengiakan perkataanku mengenai tanggung jawab yang bisa kuampu. Dan ..., berakhirlah kami di sini, menunggu pastur yang disebutnya sebagai paman selesai memberi pengarahan di dekat nyala lilin yang berjejer. "Ada apa? Tumben Sara ke sini lagi selain kebaktian?" Senyum menenangkannya selalu menyambut kami beserta tangan terbuka, merangkul bersamaan ketika aku dan Sara turut berdiri. "Sara mau nanya tawaran Paman tempo hari?" Ucapan Sara ternyata langsung mendatarkan raut wajahnya. Tatapan Romo Beni berali

    Last Updated : 2021-05-12
  • Semalam Bersamamu   Keponakan Abah

    Aku mempertimbangkan, mengetuk-ngetuk pelan pintu di depan mata meski tahu tombol bel di samping tinggal tekan. Ragu meminta bantuan Abah untuk urusan sepelik ini. Kulekatkan jaket yang tidak diritsleting hingga menutupi leher. Sekadar mengurarangi kecanggungan yang masih mendera. Kakiku pun turut mengetuk lantai. Gelengan kepala mengawali keraguan. Aku berbalik menjauhi pintu, turun dari pelataran dan berhenti melangkah karena panggilan yang terdengar dari akses jalan di depan. Pria tua yang aku cari tampak turun dari mobil penumpang dan bergegas menghampiri. "Berapa kali Abah bilang jangan ke sini dulu?" "Aksa juga enggak bakal ke sini kalau bukan sesuatu yang penting." Rahangku mengeras, menahan kertakan gigi yang geram. Kepalan tanganku menguat di samping tubuh. Ingin menantang tatapannya, tetapi kepala ini justru menunduk lemah. Kulangkahkan lagi sepatu melalui jal

    Last Updated : 2021-05-14

Latest chapter

  • Semalam Bersamamu   > Sampai Jumpa <

    Selamat tinggal ... masa lalu. Aku kan melangkah. Maafkanlah ... segala yang pernah kulakukan padamu. Hayok, siapa yang baca di atas malah nyanyi? Enggak ada? Ah, okelah kalau begitu. Al cuma mau nyampein kalau kisahnya Aksa dan Sara bakal berakhir di sini. Masih ada pertanyaan? For your information, beberapa tokoh dalam cerita ini memiliki kisah tersendiri di judul lainnya. Untuk Nabastala, tentu aja udah terbit duluan di tahun 2019. Kisahnya Aksa ini menjadi sekuel Nabastala dan menggantung dalam draf cukup lama dalam jumlah kata kurang dari 30 ribu. Nah, keren dong di Goodnovel bisa jadi 100 ribu. Kisah lain yang juga jadi kameo di "Semalam Bersamamu"? Al punya "Dokter Tampan Pemikat Wanita", masih di Goodnovel juga. Kali inget dokter yang meriksa Sara waktu jatuh di kapal pesiar. Bener banget. Si Abra dan Natasha bakal k

  • Semalam Bersamamu   * Selesai *

    "Wah, adiknya Saski ternyata kembar." Celetukan Shaka Bentala yang sudah beranjak remaja mengundang tawa ketika aku menggendong salah satu bayi di samping Sara. Benar, nama yang kusebut tadi itu anaknya Nabas sama si janda. Mungkin efek usia atau tingkat stres tinggi, ibunya si Ben lebih dulu meninggalkan dunia. Sementara ini dia diasuh sebagai anak Kea. Uh, kita enggak pernah tahu gimana proses berjalannya takdir hingga Tuhan memberi keinginan kita, tentu dengan usaha yang menjadikan hasilnya sangat berharga. Saski, anak gadis yang kudapatkan setelah enam belas tahun pernikahan. Lama juga, ya? Beda usianya terpaut sepuluh tahun dari Ben, dan sekarang punya dua adik sekaligus. "Suka sama anak kecil, Ben?" tanyaku seraya menyodorkan bayi yang kugendong ke dekatnya. Dibanding Shaka, anaknya Nabas ini lebih suka dipanggil Ben, terutama semenjak ibunya meninggal. Dia mengelus pipi anak lelakiku s

  • Semalam Bersamamu   Sara's Side - 5

    "Ya Tuhan, Sara! Cowok kayak gitu mana bisa dipercaya!" Kinar protes pas aku ceritain hasil alat tes kehamilan yang dia kasih. "Kalian emang baru tau apa bener-bener bego sih ampe enggak pake pengaman? Cepat atau lambat bakal makin banyak orang yang sadar kalau lo gemukan!"Benda kecil yang menunjukkan garis dua masih kupegang dengan bergetar. Kelebat angan berputar dalam kepala. Aku berpikir cepat mengeenai apa saja yang mungkin bisa kulakukan dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan dan ... buntu."Terus gue harus apa?""Gugurkan." Kinar memegangi bahuku, tepatnya mencengkeram kuat, mengguncang berkali-kali hingga rasanya kepalaku turut bergerak."Kin!" teriakku, menghentikan perlakuannya dan langsung menyingkir ke depan wastafel dalam toilet sekolah. Untungnya enggak ada yang denger pas jam pelajaran gini.Hamil di usia enam belas? Aku juga enggak kebayang. Ngotot pengin tau gimana rasanya

  • Semalam Bersamamu   Sara's Side - 4

    Aku sama Aksa? Sejauh ini masih akur, enggak kayak waktu awal-awal dulu pas dia rajin banget nolak aku. Emang uang bisa ngubah segalanya, ya?Mungkin, ya. Aksa begitu manis meski aku nolak buat nerima perlakuan dia yang berubah seratus delapan puluh derajat.Enggak cuma hubungan kami yang terpengaruh dengan uang. Kayak waktu aku ngelihat Papa jalan sama cewek yang bergelayut manja di salah satu pusat perbelanjaan. Entah selingkuhan mana lagi yang morotin Papa dengan banyak tas belanja. Kenyataan benar-benar menyentak."Kin? Lo?" Aku sulit mengutarakan saat berhadapan langsung dengan sosok sahabat yang pengin langsung kudamprat ketika dia telah masuk toilet umum. Aku pikir ... keberanianku lebih dari cukup untuk marah."Mau nyalahin gue?" Seolah tanpa rasa bersalah, Kinar melewatiku dan masuk dalam salah satu bilik.Kelopak mataku sudah begitu panas membendung aliran yang siap mem

  • Semalam Bersamamu   Sara's Side - 3

    "Diliatin mulu." Teguran Kinar disertai telapak tangan terbuka yang hampir menerpa wajah membuatku refleks mundur lepaskan tumpuan tangan pada dagu di meja dan mengerjap beberapa kali. Ngeganggu aja, sih. Ngelihat Aksa dalam waktu lama itu jadi kenikmatan yang hakiki. Aku tuh jadi ngebayangin gaya dia tanpa seragam di beranda. "Salah ortunya bikin dia secakep itu." Mungkin efek olahraga juga kali, ya. Selain beberapa kali mergokin Aksa latihan di kos, kadang nemu juga dianya di tempat fitnes, meski yang ini ngelihat dia bareng wanita tua. "Cakep? Kalau gue enggak salah denger, kemarin lo bilang itu cowok brengsek banget." Tanggapan Kinar ngeganjelin aja, sih. "Abis diapain lo?" Dicipok. Perjanjian spontan di belakang sekolah kemarin tuh mengejutkan banget. Aksa nyium gue ..., demi makan siang? Brengsek! Cowok matre! Kirain cewek doang yang kayak gitu. Mana ciuman pertamaku lagi. Yah, rasa bib

  • Semalam Bersamamu   Sara's Side - 2

    Masih belum kapok sama rasa penasaran. Cowok itu kok malah nyuekin aku, sih? Abisnya aku pingsan di kamar dia malah dianterin balik ke rumah. Dia ... emang bermoral apa enggak minat, sih? Kalau waktu awal-awal jadi selebgram atau model, biasa banget tuh ketemu om-om yang sok megangin tubuhku dengan dalih enggak sengaja. Padahal jalanan luas. Kalau mau diperkarain, ancamannya bukan cuma pembatalan kontrak, tapi banyak yang bisa dijadiin kasus. Kayak yang belakangan dibikin berita. Peduli amat! Aku ngambil kamera di pojokan meja belajar. Udah dibersihin sih lensanya, lumayan buat pengaturanshot jarak jauh kalau dari jendela kamarku. Ternyata pas banget dapet beranda jemurannya si cowok baru. "Uh ...,sexy boy beraksi." Boleh melenguh enggak sih lihatin cowok dengan perut kayak roti sobek gitu? Belum termasuk lengan padatnya pas lagi angkat ker

  • Semalam Bersamamu   Sara's Side - 1

    "Garini Sarasidya!" Aku mengangkat tangan begitu Bu Anna memanggil. Wanita tua itu menunjuk tumpukan buku tugas di atas meja depan untuk dibawa ke ruang guru. Padahal masih ngantuk. Hampir aja aku nyium meja saking enggak sadarnya kalau pelajaran udah berakhir. Kenapa aku?Bu Anna biasanya bakal bilang biar aku enggak ngerasa di-anakemas-kan karena sering mendapat kompensasi izin dari sekolah buat syuting. Yah, mau gimana coba kalau kadang dapet jadwal pas jam sekolah? Mauhomeschool? Bisa-bisa digetok Papa karena ujiannya kudu ambil paket kesetaraan. Ijazah paket itu masih jadi standar rendah di kalangan orang tuaku. "Perlu dibantuin, Ra?" Tawaran-tawaran kayak gitu tuh banyak banget terdengar dari para cowok. Sayangnya, aku perlu nolak. Nerima bantuan mereka tuh bakalan jadi gosip aja buat para iri hati bin suuzon di kelas bahkan mungkin satu sekolah.

  • Semalam Bersamamu   Pilihanku

    "Enggak kerja?" tanya Sara setelah kembali dari kamar mandi.Jelas, dia mandi lagi setelah pergumulan semalam penuh. Ini bahkan sudah pukul ... sepuluh siang. Apa masih bisa disebut pagi?"Kamu enggak mandi?" Dia nanya lagi begitu lemparkan handuk bersih yang langsung kusingkirkan ke sisi tubuh."Perlu mandi?" Aku beranjak dari ranjang tanpa berniat mengambil pakaian yang tergeletak asal di antara lelehan air. Lantai masih basah karena kami berulang-ulang berpindah dari ranjang, kamar mandi, ranjang lagi, dan terus ... sampai ketiduran di kasur yang lembab."Udah keringetan, Sa!" Sara berlagak menjepit ujung hidungnya seolah aku bau, padahal dia tetep aja meluk pas aku hampirin di depan lemari kaca."Entar keringetan lagi." Alasanku seperti biasa. Yah, keringetan beneran, apalagi kalau kangennya kayak semalam. Sekali enggak bakal cukup menuntaskan gairah."Ap

  • Semalam Bersamamu   Jodoh Itu ...

    "Mau berulang-ulang bertengkar, akunya tetap balik sama kamu." Jemariku bergerak menyusuri setiap lekuk yang membentuk diri Sara, membusakan kekentalan beraroma buah yang sangat kuhafal darinya meski suara membentuk gema dalam ruang sempit di antara aliran air."Mau berulang-ulang cemburu, kamunya tetap sama aku." Terdengar Sara menimpali bersama kekehan serak, sisa suara setelah berjam-jam menangis dalam pelukanku yang berakhir dengan guyuran pancuran kamar mandi."Siapa yang nyuruh jatuh cinta, coba?" Kubalikkan Sara menghadapku. Mata sembabnya sangat kentara jika dilihat sangat dekat. Kedua tangannya menggantung di leherku dan melekatkan dirinya lagi. "Sudah tahu kalau dulu aku enggak bisa punya hubungan tanpa pamrih.""Emang kita tanpa pamrih?" Sara menantang dengan senyumannya.Kurasakan gerakan di bawah sana mengencang sementara aku menghindari tatapan menuntut jawab dari Sara dengan melihat la

DMCA.com Protection Status