Beranda / Fantasi / Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen / Pembunuhan si Guru Tari (bagian 2)

Share

Pembunuhan si Guru Tari (bagian 2)

Penulis: ATua
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-19 16:46:39

Salah satu bodyguard Jordan Saturnus Jr. melongokkan kepalanya keluar jendela. Dia melihat tubuh Yongki Yamato sudah terbujur kaku di semak-semak belukar yang berjejer di bagian samping bangunan Virgo Music Life.

“Sudah mati, Pak Jordan…” kata si bodyguard.

“Bereskan mayatnya nanti tengah malam saja… Jarang ada yang lewat semak-semak belukar di sebelah ini. Lahan kosong itu…” kata Jordan Saturnus Jr. membersihkan kedua tangannya dari noda darah Yongki Yamato.

Sekujur kaki dan badan Ray Wish Jenggala juga bergelugut hebat. Dia ingin segera melarikan diri dari tempat itu. Sial dan sungguh-sungguh sial baginya malam itu… Sungguh nahas untuk sebuah kehidupan yang sudah berada di ujung tanduk… Kakinya tersandung ke sebuah keranjang sampah kecil yang terletak di pinggir koridor. Suara gaduh di koridor membuat salah satu bodyguard Jordan Saturnus Jr. melongokkan kepalanya keluar. Kontan tembakan dilepaskan dan satu peluru hinggap tepat pada tulang punggung Ray Wish Jenggala. Kontan tubuh tersebut juga roboh ke lantai.

Kali ini Jordan Saturnus Jr. menghampiri tubuh Ray Wish Jenggala yang kini terlihat merangkak-rangkak di lantai.

“Kau melihat sesuatu yang tidak perlu kaulihat, Ray… Kenapa kau mau saja ikut campur ke dalam urusan orang? Kenapa jam-jam begini kau belum pulang?” tanya Jordan Saturnus Jr. dengan sebersit senyuman sinis dan mengerikan. Sapuan tangan yang lemah lembut menempel pada pipi Ray Wish Jenggala yang tampak gemetaran.

“Kau telah membunuh Yongki! Kau adalah seorang pembunuh! Kau manusia berhati iblis! Kau lebih parah daripada iblis!” Terdengar teriakan Ray Wish Jenggala yang tidak berdaya.

“Kau cukup dekat dengan Yongki bukan? Selama ini kalian berdua selalu bersatu padu dan menentang segala pendapat beserta pendirianku di perusahaan, juga di depan pamanku! Kau kira aku akan berdiam diri begitu saja! Aku sedang menunggu! Menunggu sampai saatnya tiba dan kalian akan menerima pembalasan yang setimpal! Kalian akan menyesal telah berurusan dengan Jordan Saturnus Jr.”

Berdirilah Jordan Saturnus Jr. Dengan tembakannya, tampak tubuh Ray Wish Jenggala sudah terbujur kaku di lantai – sama sekali tidak bergeming lagi. Beberapa peluru telah hinggap di dalam kepalanya. Ray Wish Jenggala juga pergi menyusul temannya dengan sepasang bola matanya yang membelalak hampa.

“Bereskan mayatnya juga tengah malam ini! Lemparkan ke bawah dulu! Biarkan dia dan temannya berbagi penyesalan dalam semak-semak belukar sana!” kata Jordan Saturnus Jr. dengan sebersit senyuman mengerikan pada sudut bibirnya.

Sejurus kemudian, terlihat tubuh Ray Wish Jenggala jatuh dari  lantai atas bangunan Virgo Music Life. Kedua tubuh dalam semak-semak belukar tersebut sama sekali tidak tampak bergeming lagi.

***

Pekan Baru, pertengahan Desember 2016

“Kau… Kau tidak sedang bercanda bukan?” tanya Junaidy Jinnara kepada sang kekasih yang kini duduk berhadap-hadapan dengannya di restoran hotel tempat ia bekerja.

“Ya… Kau tidak salah dengar, Jun… Aku sudah memantapkan keputusanku ini terlebih dahulu, baru sekarang aku memberitahumu. Aku ingin putus dan aku pikir lebih baik kita berteman saja…” kata Nancy Stephanie Lorenza sembari berusaha menampilkan sebersit senyuman yang setenang mungkin.

Junaidy Jinnara terjelepok di tempat duduknya. Dia memandang Nancy Stephanie di depannya dengan pandangan hampa dan sepasang bibirnya yang sedikit menganga. Dia tidak tahu lagi apa yang mesti dikatakan ataupun ditanyakannya.

Really sorry, Jun… Aku ingin terus mempertahankan hubungan kita ini mengingat kita telah berpacaran sejak di bangku SMP. Namun, aku kira mungkin saja selama ini kita masih anak-anak…” Nancy Stephanie memberhentikan kalimatnya sejenak sampai di sana.

Junaidy Jinnara menatap Nancy Stephanie Lorenza dengan sorot mata nanar.

“Mungkin saja selama ini kita masih kanak-kanak dan kita sesungguhnya tidak mengerti apa cinta itu. Kini kita sudah tamat kuliah – sudah bisa dibilang dewasa. Aku ingin menjalani hubungan cinta yang benar-benar dewasa dengan pemikiranku yang dewasa sekarang. Really really sorry, Jun…” Terlihat Nancy Stephanie sedikit menundukkan kepalanya.

“Dengan pemikiran dewasa seperti sekarang ini, kau sudah menemukan lelaki lain yang menurutmu membuatmu benar-benar jatuh cinta?” Sungguh Junaidy Jinnara tidak kuasa menahan desahan napas kekecewaannya.

Nancy Stephanie hanya diam dan masih sedikit menunduk. Segenap perasaan bersalah masih menggelincir di teluk pikirannya.

“Siapa dia?”

Nancy Stephanie mendadak mengangkat kepalanya – sedikit terkejut, tidak menyangka Junaidy akan menanyakan soal pacar barunya.

“Siapa dia? Aku ingin tahu apa kekuranganku dibandingkan dengannya…” gumam Junaidy Jinnara dingin.

“Kau mana mungkin mengenalnya, Jun… Aku bertemu dengannya di klub malam ketika teman-teman kuliahku reunian di sana tiga bulan lalu.”

“Siapa namanya?”

“Namanya… Namanya Steven… Steven Santiago Purnama…” kata Nancy Stephanie akhirnya.

Sungguh terkejut bukan main Junaidy Jinnara mendengar nama lengkap itu. Bukankah Steven Santiago Purnama itu si hidung belang yang kerja di sini juga, di divisi yang sama denganku selama dua tahun belakangan ini? Jelas-jelas dia tahu Nancy ini adalah kekasihku! Jelas-jelas dari foto-foto di HP yang kuperlihatkan padanya selama ini, dia tahu aku sedang menjalin hubungan dengan Nancy! Dia sungguh tega merebut Nancy dariku! Dia sungguh tega, sungguh tamak, dan sungguh ambisius sampai-sampai dia juga ingin memakan kekasih dari teman baiknya sendiri!

Mulai terbit kemarahan di benak Junaidy Jinnara. Kedua tangan di atas lutut mulai mengepal kuat.

“Kau kenal dengan Steven Santiago Purnama?” tanya Nancy Stephanie Lorenza takut-takut.

Junaidy Jinnara kontan menggelengkan kepalanya. Aku harus mencari bukti terlebih dahulu, bahwasanya si Steven ini adalah seorang lelaki hidung belang yang suka menipu uang perempuan. Sesudah bukti ada di tanganku, aku baru bisa meyakinkan Nancy bahwa Steven Santiago Purnama ini bukanlah laki-laki yang baik.

“Aku benar-benar minta maaf, Jun… Aku rasa lebih baik kita berteman saja… Aku yakin hubungan dan kedekatan kita selama ini bukan karena cinta, melainkan hanya karena kita sering bertemu, sering sekelas, sering duduk berdampingan – baik sewaktu di bangku SMP & SMA ataupun di bangku  kuliah dulu.”

Nancy Stephanie Lorenza berdiri dari duduknya.

“Aku harap kau bisa menemukan perempuan yang lebih baik, yang benar-benar mencintaimu, Jun…”

Nancy Stephanie Lorenza berlalu begitu saja. Bayangannya langsung menghilang di balik pintu depan restoran hotel.

Setetes air mata kesedihan dan kekecewaan bergulir turun. Junaidy Jinnara tak kuasa menahan tangisannya lagi. Dia diam-diam menangis di tempat duduknya, tanpa sepengetahuan siapa pun.

Aku bahkan bermimpi kita akan menikah akhir tahun depan… Aku sudah cukup mapan untuk memperistrimu dan melanjutkan hubungan kita ke jenjang pernikahan… Kedua orang tua kita juga sudah saling berkenalan dan sudah menyetujui tentang hubungan kita. Kenapa kau tega mengakhirinya begitu saja, Nancy? Kenapa begitu kau bilang mau putus, kau langsung mencampakkan aku begitu saja? Kenapa kau begitu tidak punya hati nurani? Apa artinya kedekatan dan kenangan kita selama ini bagimu? Hanya sebuah batu loncatan bagimu sehingga sekarang kau bisa menemukan cinta yang menurutmu benar-benar dewasa?

Bab terkait

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Kartu AS Steven Santiago

    Tampak suasana dalam kamar hotel tersebut menjadi sangat panas nan penuh gairah. Si wanita akhir lima puluhan tampak menggelinjang-gelinjang di bawah permainan hasrat Steven Santiago Purnama. Dengan tubuh awal dua puluhan dan vitalitas anak muda, tentu saja ia bisa menyuguhkan permainan tanpa akhir yang begitu memuaskan untuk salah satu tamunya malam ini.Dalam berbagai posisi, tetap saja terdengar jeritan kepuasan dari wanita setengah baya tersebut. Dia memberikan pelukan, belaian, goyangan, dan beragam sentuhan di atas tubuh Steven Santiago Purnama yang masih kuat bedegap nan atletis.Satu jam berlalu dalam suasana penuh gairah. Peluh membasahi sekujur tubuh. Permainan berakhir ketika terdengar lenguhan puncak kenikmatan dari Steven Santiago dan si wanita setengah baya itu.“Kau berbeda sekali dengan suamiku itu, Steve… Baru lima menit saja sudah loyo dia… Hahaha…” Terdengar tawa menjijikkan si wanita setengah baya. Terlihat ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Kematian sang Juru Masak

    Sampai dengan siang harinya, Junaidy Jinnara masih belum bisa menemukan kembali semangatnya.Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat. Dengan tidak bersemangat juga, Junaidy Jinnara mengeluarkan kotak makan siangnya. Dia memang jarang mau makan makanan hotel. Dia bisa memasak dan bisa mempersiapkan sendiri makan siangnya.Sungguh nahas hidup Junaidy Jinnara siang itu. Diam-diam Steven Santiago Purnama memperhatikan Junaidy Jinnara menghabiskan semua makan siangnya waktu itu. Baru saja Junaidy Jinnara selesai makan dan hendak membawa kotak makanannya untuk dicuci, ia mulai terbatuk-batuk parah. Batuknya semakin lama semakin parah sampai-sampai beberapa kolega kerjanya mulai menaruh perhatian padanya.“Ada apa?”“Kenapa bisa sampai batuk, Jun?”“Ada apa sih, Jun? Tadi kau baik-baik saja…”Kepanikan mulai menggelimuni. Batuk Junaidy Jinnara mencapai puncak. Darah merah segar segera muncrat dari mulut Jun

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Sedikit Permainan Kotor

    Jimmy Ferry Pangdy akhirnya sampai pada bagian terakhir pengajarannya siang ini. Bel berbunyi pada saat yang pas.“Sekian pelajaran hari ini. Kita akan berjumpa lagi minggu depan… Harap latihan lagi di rumah sehingga di pertemuan yang berikutnya kita sudah bisa membagi mana yang masuk suara tinggi, suara sedang, dan suara rendah.”“Goodbye, Sir…” kata anak-anak didiknya serempak. Murid-murid menyandang tas masing-masing dan keluar dari kelas.Tinggal beberapa murid – kebanyakan murid perempuan – yang tampak bercengkerama dengan Jimmy Ferry dan berpura-pura mencari pertanyaan untuk diajukan kepadanya. Jimmy Ferry memang terkenal sebagai guru musik paling bertalenta dan guru tertampan di sekolah itu. Saat ia menyanyi, ia memiliki campuran antara suara bariton dan tenor yang menjadi dambaan para gadis muda. Menurut mereka, suara tersebut penuh dengan gairah dan sangat seksi.Setengah jam berlalu&hell

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Membongkar Permainan Kotor

    Ternyata ada tiga murid yang belum pulang siang itu. Tampak Tiara Andhara, Gisella Clarissa dan Josh Kian berkumpul di kantin yang sepi. Para penjual makanan minuman sudah menutup kios-kios mereka dan sudah pulang sejak setengah jam lalu.Terdengar tangisan Tiara Andhara yang sedikit meraung-raung.“Tidak ada gunanya menangis di sini, Tiara…” celetuk Josh Kian lirih.“Iya… Lagipula kau masih bisa mencari lembaga-lembaga pendidikan lain yang menawarkan beasiswa kuliah di Amrik kan? Banyak kan lembaga pendidikan privat yang menawarkan beasiswa kuliah di Amrik? Tunjukkan saja pada sekolah yang tidak adil padamu ini. Tanpa mereka pun, kau tetap bisa mendapatkan beasiswa kuliah di Amrik. Kau mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri memang karena kemampuanmu, bukan karena kau main dari jalan belakang. Iya nggak?”Gisella Clarissa dan beberapa teman sekelasnya memang kurang sreg dengan Isabel Helen yang mereka yakini ada m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Kehilangan dan Kepergian

    Satu minggu berlalu… Sudah bisa ditebak… Video itu menjadi bulan-bulanan seisi sekolah.“Isabel Helen dikeluarkan juga?”“Tidak… Ayahnya kan salah satu pihak yayasan yang berpengaruh juga. Bisnis dan asetnya banyak. Siapa pula yang berani main-main dengan Pak Qimin?”“Tapi, karena merasa malu, dia akhirnya out sendiri deh… Kudengar sudah pindah sekolah di Jakarta…”“Bagaimana dengan si kepsek cabul kita itu?”“Sudah tentu digantikan oleh Pak Timothy yang mengajar matematika itu deh… Siapa pula yang sudi anak-anak mereka diajari oleh seorang guru cabul dan mesum kayak gitu? Video itu memalukan sekali deh… Ayah ibuku kontan marah besar begitu kutunjukkan video itu pada mereka. Aku saja tidak berani terus menontonnya. Memalukan dan menjijikkan sekali…”“Sebenarnya sih si kepsek cabul itu mau dijebloskan ke penjara o

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Perkenalan dengan Vritz Victor

    Masih terasa suasana keheningan dan kesunyian dalam semak-semak belukar di samping bangunan Virgo Music Life. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari ketika beberapa bodyguard Jordan Saturnus Jr. hendak membereskan mayat Yongki Yamato dan Ray Wish Jenggala secara menyeluruh.Muncul seberkas sinar hijau dari langit. Sinar hijau mendarat dalam semak-semak belukar dan kontan berubah menjadi sesosok pemuda tampan. Terlihat si pemuda tampan merapatkan bibirnya sejenak menyaksikan kondisi mayat Yongki Yamato dan Ray Wish Jenggala.“Kalian akan ikut denganku ke Negeri Elemen ya…”Si pemuda tampan mengibaskan tangan sejenak. Kontan kedua mayat juga berubah menjadi cahaya hijau dan menghilang tanpa bekas dari semak-semak belukar tersebut. Terdengar langkah-langkah kaki yang semakin mendekat. Si pemuda tampan mengubah dirinya sendiri menjadi seberkas cahaya hijau lagi. Cahaya hijau menghilang ke atas langit.“Hah? Ke mana mayat

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Belum Sempat Berpamitan

    “Aku masih belum mengucapkan salam perpisahan pada Ayah & Ibu…” kata Ray Wish Jenggala membiarkan setetes air matanya bergulir turun.“Aku belum berpamitan pada Ayah & Ibu, dan juga aku rindu sekali pada Tiara…” kata Jimmy Ferry dengan sinar mata menerawang.“Aku juga belum bilang sampai jumpa pada Ayah & Ibu… Aku juga begitu merindukan Gisella…” kata Josh Kian Junos dengan pandangan menerawang.“Aku bahkan belum berpamitan pada Nancy… Aku juga sangat khawatir padanya… Jangan-jangan lelaki brengsek itu mengincarnya juga setelah membereskanku?” Junaidy Jinnara sungguh merasa tidak tenang.“Tidak bisakah aku kembali sebentar ke duniaku, Vritz?” tanya Yongki Yamato. “Aku ingin ke apartemenku sebentar dan membinasakan sisa-sisa salinan asli lagu-laguku agar laki-laki jahat itu tidak bisa mengambilnya. Sampai selamanya dia tidak bisa mengambi

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25
  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Hari Pertama di Dunia Dewa Naga

    Josh Kian Junos membisu seribu bahasa. Dia juga tampak penuh dengan tanda tanya.“Oke… Aku bantu kau cari dia kalau begitu, Ray.” Robert Martin menawarkan diri.“Aku juga. Kau mau ikut cari dia sekalian jalan-jalan, Josh?” tanya Jimmy Ferry kepada Josh Kian.“Aku melukis di sini saja. Nanti ketika kalian sudah mau ke istana kahyangan, jangan lupa ajak aku ya…” Josh Kian Junos terlihat sedikit meringis.“Oke deh…” balas Jimmy Ferry.Ketiga orang itu mulai berbaur ke jalanan kota. Banyak yang heran sekaligus terkagum-kagum dengan penampilan mereka.“Sepertinya mereka bukan dewa dari negeri ini. Lihat tuh mereka tidak ada tanduknya seperti kita…” kata beberapa dewi muda. Dewi yang tua juga tak luput dari kekaguman terhadap mereka.“Kalian dari dunia mana? Baru pertama kali berkunjung ke sini?” tanya seorang dewi yang sudah cukup berumur.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-25

Bab terbaru

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Bertanya pada Bola Kristal Peramal

    Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Segala Persiapan (bagian 3)

    “Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Segala Persiapan (bagian 2)

    Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Segala Persiapan (bagian 1)

    “Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Sebuah Kotak Kenangan

    “Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Perpisahan Tujuh Putri

    Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Mengingat Kehidupan Lampau

    Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Pengaruh Pancaran Kekuatan Kedua Lonceng Duplikat

    Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d

  • Satu atau Semua: Pancaran Tujuh Elemen   Balas Dendam Terindah Sepanjang Masa

    “Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung

DMCA.com Protection Status