P.S. ***Ini adalah cerita fiksi secara keseluruhan. Sampai saat ini, ******h Manuskrip masih menjadi salah satu manuskrip paling misterius yang belum terpecahkan.
“Ini minuman para dewa?” tanya Jimmy Ferry merasa penasaran.“Fermentasi ginseng yang bisa menambah daya tahan tubuh kalian… Bagi kami para dewa, fermentasi ginseng bukan hanya bisa menyembuhkan luka dengan cepat, tetapi juga bisa menambah daya pancaran gelombang kekuatan kami,” kata Pak Reynold memperkenalkan minuman fermentasi ginseng para dewa kepada tujuh calon pengawal kerajaan.Suasana sarapan pagi berlalu dalam keceriaan dan kegembiraan. Nasi putih dihidangkan dan menjadi makanan pokok mereka pagi itu.“Ini makanan apa ya? Pedas tapi terasa enak…” tanya Pak Reynold penasaran.“Itu masakan khas dari negeri kami, Pak Reynold… Ayam sambal, udang goreng taoco, dan ini sedikit tumis sayuran hijau – sayuran konglomerat namanya. Habis itu, ada ikan asam manis, dan ada juga rendang jengkol…” kata Junaidy Jinnara memperkenalkan beragam masakan dari dunia manusia dengan penuh percaya diri.Pak Reynold mengangguk dengan antusias dan melahap semua masakan pagi itu dengan bersemangat.“Heh!
“Itulah sebabnya kalian dipilih oleh bola kristal milik Ratu Surgawi. Maaf juga telah menarik kalian ke tengah-tengah situasi sulit ini. Aku tahu kalau seandainya kalian bisa memilih, kalian pun tidak mau berada dalam situasi sulit ini. Namun, sebagai salah satu penghuni Negeri Elemen ini, aku harap kalian tidak berkeberatan melindungi Ratu Surgawi dan Putra Mahkota negeri kami ini.”Pak Reynold berdiri dan hendak memberi hormat kepada tujuh calon pengawal tertinggi di kerajaan. Robert Martin dan Junaidy Jinnara dengan sigap berdiri dan mencegah Pak Reynold untuk menghormat lebih lanjut. Kelima rekan yang lain juga ikut-ikutan berdiri guna menolak penghormatan dari Pak Reynold.“Kami dengan senang hati melakukannya, Pak Reynold…” celetuk Josh Kian.“Lagipula kami memang sudah meninggal di dunia kami sana…” kata Jimmy Ferry.“Kami juga tidak bisa kembali ke sana lagi,” timpal Ray Wish Jenggala.“Ya… Sesuai dengan kemampuan kami, kami akan senang bisa melindungi Ratu Surgawi dan Putra M
Baru satu jam perjalanan saja, angin yang sedikit kencang mulai berhembus. Segelintir rintik-rintik hujan dan sekelumit gugusan awan kelabu menemani perjalanan mereka ke Pulau Kalimantung pagi itu.“Heran ya… Dari bulan dan bintang kemarin malam seharusnya pagi ini cerah nan terik. Kok bisa jadi hujan gerimis sekarang?” kata salah seorang nelayan.“Iya… Mengherankan… Tidak pernah seperti ini sebelumnya. Penghuni laut marah dan suasana hati mereka kurang senang aku rasa. Apa bulan ini Kepala Daerah sudah memberikan persembahan sesajen kepada para penghuni laut?”“Entahlah… Itu kan bukan kita yang urus. Lagipula, kita bahkan jarang diikutsertakan ke dalam acara persembahan sesajen itu. Hanya ketua adat dan beberapa petinggi daerah yang ikut kan?”Percakapan itu tertangkap ke telinga wanita muda yang tampak kesulitan menaiki kapal nelayan dan sempat dibantu Tiara Andhara tadi. Dia mulai merasa tidak enak. Dia menengadahkan kepalanya ke atas langit sejenak. Awan kelabu terlihat berarak di
Dunia Tiara Andhara, Gisella Clarissa dan Nancy Stephanie gelap seketika. Sekeras apa pun mereka menggapai, sekuat apa pun mereka berusaha, tubuh mereka semakin ke bawah dan permukaan air di atas terasa semakin jauh dan jauh dan jauh…Akhirnya seluruh dunia Tiara Andhara, Gisella Clarissa dan Nancy Stephanie gelap seketika. Segalanya terasa begitu dingin membekukan sumsum tulang. Sekujur tubuh terasa menggigil nan bergelugut hebat.***Begitu membuka mata mereka, mereka menyadari mereka sudah berada di atas gunung.Gunung? Jelas-jelas tadi ada di lautan… Ada ombak ganas yang membalikkan seisi kapal dan kami semuanya tenggelam. Bagaimana sekarang bisa berada di atas gunung? Ini ada di mana sebenarnya? Tiara Andhara memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan. Hanya tampak hutan belantara yang lebat nan tak berujung. Pepohonan yang menjulang tinggi hingga seolah-olah menembus awan membuat Tiara Andhara, Gisella Clarissa dan Nancy Stephanie sulit mengecek ada di mana sebenarnya mereka berada
Inilah surat keamanan yang kalian perlukan… Jika bertemu dengan siluman, monster, setan ataupun para perampok gunung lainnya, kalian bisa mengeluarkan surat keamanan ini. Surat keamanan ini bisa menghentikan waktu sejenak dan kalian bisa segera menghilang dari tempat tersebut. Kata-kata Pak Reynold Sahah masih jelas terngiang-ngiang di telinga tatkala Beliau menyerahkan surat keamanannya yang terpahat rapi di atas sebuah papan emas berukuran KTP.Surat keamanan itu mereka putuskan disimpan oleh Robert Martin. Mereka juga bersepakat memilih Robert Martin sebagai ketua regu mereka karena IQ-nya yang tinggi dan gaya bicaranya yang diplomatis.Setelah meninggalkan kediaman Pak Reynold Sahah, berangkatlah mereka ke istana pusat menemui Ratu Surgawi. Tujuh cahaya dengan tujuh warna yang berbeda terlihat terbang melintasi cakrawala pagi itu.“Akhirnya aku bisa terbang… Aku bisa terbang…” kata Josh Kian Junos sambil bertepuk tangan sendiri, melayang-layang di atas cakrawala pagi itu.“Senang
“Kita semua akan dipersembahkan kepada raja siluman. Kata siluman ular tengik itu sih begitu…” kata Tiara sudah merasa putus asa.“Katanya para manusia di atas sana sudah tidak pernah memberikan mereka sesajen selama dua tahun belakangan ini. Jadi sebagai gantinya, kitalah yang akan dipersembahkan sebagai sesajen kepada raja mereka,” sambung Gisella juga sudah merasa putus asa.“Aku ingin pulang…” rengek seorang gadis muda yang berada dalam kerangkeng pas di sebelah mereka.“Mendadak aku merindukan Ayah & Ibu. Jika aku bisa selamat dari negeri siluman ini, aku berjanji aku akan menjadi anak yang penurut dan selalu mendengarkan kata-kata Ayah & Ibu.” Terdengar tangisan seorang laki-laki muda yang juga berada dalam kerangkeng yang sama dengan si gadis muda tersebut.“Aku merindukan Josh…” gumam Gisella lirih. Junaidy sedikit mengerutkan dahinya.“Aku juga merindukan Jimmy… Tak kusangka aku benar-benar juga akan mati sebelum aku sempat bertemu dengan arwahnya di lautan tadi. Semoga denga
“Beruang! Beruang!” teriak si ular. Dia melesat secepat kilat ke arah Jimmy Ferry dan Josh Kian.Vritz Victor segera memanjangkan tali-temali ranting pohonnya. Tali-temali ranting pohon milik Vritz segera membelit tubuh si ular. Namun, Vritz melupakan satu hal. Si ular dengan mudahnya bisa mematahkan tali-temali ranting pohonnya. Tetap saja si ular bisa melesat dengan sangat cepat ke arah Jimmy Ferry dan Josh Kian.Josh Kian mau tidak mau memancarkan sinar warna emasnya. Mata si ular menjadi silau dan gerakannya menjadi lambat. Ray Wish menerjang dari belakang. Tubuh si ular terbakar oleh gelombang api yang dipancarkan oleh Ray Wish. Dengan jeritan ketidakberdayaannya, si ular kini terkapar tidak berdaya di tanah.Josh Kian mengubah sinar warna emasnya menjadi sekumpulan pedang-pedang warna emas nan berkilau di bawah terik matahari. Dengan sekali mengibaskan tangan, pedang-pedang emas diarahkan ke siluman ular dan siluman beruang yang tengah terkapar tidak berdaya di tanah. Begitu ped
“Kau sudah menghilang di lautan sana selama hampir seminggu, Tiara… Syukurlah…” kata ibu Tiara Andhara Huang masih tidak ingin melepaskan anak perempuannya dari pelukannya.“Ayah dan Ibu khawatir sekali padamu… Syukurlah kau ditemukan dan kini kembali dengan selamat, Gisella…” kata ibu Gisella.“Mendadak kau meninggalkan Pekan Baru tanpa pamit begitu, Nancy. Ayah dan Ibu khawatir sekali padamu. Kau menghilang di lautan sana sudah lebih dari seminggu, Nancy.” Ibu Nancy menangis mengharu biru dengan anak perempuannya yang masih berada dalam pelukannya.“Maafkan aku, Ayah, Ibu…” Nancy hanya sedikit menggeliat dalam pelukan ibunya. Air matanya kembali terbit dan bergulir turun membasahi pakaian sang ibu.“Relakanlah kepergian Junaidy, Nancy…” kata sang ayah. “Relakanlah kepergiannya. Memang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa dipaksakan. Dengan merelakan hal-hal yang tidak bisa dipaksakan itu, itu akan membuat Junaidy bisa tenang selamanya di alam sana, dan juga bisa mendatangka
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung