"Hentikan tuan Vans, aku tidak menginginkan itu sedikit pun," Shin berusaha menolak paksaan yang dilakukan oleh Vans, namun Elgano dan lainnya langsung cepat tanggap untuk memperkuat posisi tuannya. Mereka mulai mendorong anak buah Shin yang sedang menatap makanan sembari meneguk air ludah. Shin menoleh keaarah anak buahnya yang sudah terhasut itu. "Hey kalian tega sekali menghianati ku," ucap Shin."Maaf tuan Shin kami tidak bisa menolak penawaran baik mereka," ucap salah satu orang yang terakhir masuk kedalam kapal itu.Vans menggunakan kesempatan itu, jika membuangnya maka tidak akan ada lagi kesempatan selanjutnya. "Shin jika kau tidak masuk kami tidak akan mengajakmu meninggalkan pulau ini, apakah kau ingin sendirian disini dan menjadi bagian dari warga pulau itu," ucap Vans.Shin mengingat kejadian beberapa Minggu yang lalu ketika dia melihat daging anak buahnya dimakan dengan lahap oleh para orang orang gunung. Shin seketika merasa mual ketika mengingatnya. Dalam sekejap mat
"maaf karena mengatakan ini. Bisakah kau memberikan alasan mengapa tidak bisa melakukan itu?" Ucap Vans. Dia benar benar tidak tahu mengapa Shin mengatakan itu, rencana yang dibuatnya benar benar sangat rasional dan pasti itu tidak akan menjadi masalah bagi Shin. Lantas mengapa pria itu mengatakan kalimat tersebut. Secara logika yang dipercaya oleh Vans ketika semua orang kesusahan dan pada akhirnya mendapatkan bantuan dari seseorang. Mereka pasti akan mencintai orang itu. "Mereka tidak akan pernah berubah, meskipun aku melakukan kebaikan pada rakyat kerajaan Shu, mereka tidak akan pernah menyukaiku. Kebencian mereka benar benar besar dan tak akan pernah padam," ucap Shin. Dia melakukan kebaikan pada rakyat yang kesusahan, namun semua orang membencinya karena melakukan itu. Kalimat seperti. Enyahlah dasar iblis pembawa malapetaka. Seandainya kau tidak ada disini pasti Kemalangan kami tidak akan pernah terjadi. Dan kalimat cemooh lainnya. "Hem .. jadi begitu, sepertinya renca
Di esok harinya semua pasukan yang dimiliki oleh kerajaan Vanues bersiap untuk melakukan penyelamatan. Mereka telah mendiskusikannya semalam dan semua orang sepakat untuk segera bertindak dipagi pagi buta. Vans yang sebelumnya selesai berbincang dengan Shin itu diberitahu tentang kesepakatan ini, begitu pun Shin. Sebagai raja Vans ingin ikut serta dalam misi penyelamatan anak buahnya. Disisi lain Aubert yang masih belum sehat juga memaksakan dirinya untuk ikut serta. "Hati hati dalam misi penyelamatan ini semuanya, mereka memang tidak memiliki senjata yang memadai dan kemampuan yang hebat. Namun jumbelah mereka cukup mengerikan, kita bisa mati jika lengah sedikit saja," teriak Shin. Pada saat ini semua orang penting yang akan menjadi pemimpin para peleton pasukan itu sedang berdiri dihadapan para bawahan. Mereka akan membagi pasukan menjadi 5 peleton yang setiap orangnya berjumlah 7 orang, namun untuk kahusus peleton yang dipimpin oleh Shin memiliki jumbelah yang paling banyak. M
Para orang orang yang sedang menari itu sontak terkejut akan serangan pasukan milik Aubert. Dengan segera mereka semua berlari kesana kemari demi menyelamatkan diri. Beberapa orang sempat menghadang Aubert dan lainnya. Mereka mulai pertempuran yang begitu berdarah, satu tusukan dari tombak milik orang orang pedalaman itu tak membuahkan luka sedikitpun dipihak pasukan Aubert. Batu tak akan mampu untuk menghancurkan besi itulah yang terjadi dalam pertempuran ini. Secara logika itu tidak seimbang, banyak nyawa dipihak musuh yang terus berjatuhan, namun meskipun begitu musuh tak gentar. Mereka selayaknya orang gila yang kerasukan setan, tubuh penuh luka tak menghentikan musuh untuk tetap bergerak. Satu satunya yang dapat menghentikan mereka bertarung adalah kematian itu sendiri. Mereka yang mendapatkan lawan merepotkan itu merasa kesal, ini adalah musuh yang paling merepotkan. Dalam perang bukan jumbelah atupun persenjataan dan setartegi yang paling menakutkan, namun musuh yang tak t
Semuanya telah kembali seperti semula, Robert yang sempat diselamatkan benar benar marah besar, namun itu tidak menimbulkan masalah sedikitpun. Kapal yang dibawa oleh mereka telah diperbaiki, dan kini mereka melanjutkan pelayaran lagi. Beberapa hari telah berlalu, mereka hampir sampai di wilayah kerajaan Shu. Perjalanan yang begitu menyulitkan itu akhirnya telah berkahir. Akan tetapi untuk Rin er, dia masih belum sadarkan diri sedikitpun. Kemarin memang sempat muncul tanda tanda bahwa Rin er akan bangun, Vans sangat senang ketika melihat jari milik Rin er bergerak. "Tuan Vans sebentar lagi kita akan sampai di pelabuhan milik kerajaan Shu," ucap Aubert. Vans saat ini sedang melihat lihat keaarah laut, sebelumnya dia tidak melakukan itu sama sekali. Akan tetapi semenjak badai yang nyaris membuat mereka meninggal Vans mulai melakukan rutinitas seperti itu. Dia kahwatir akan ada badai lagi, dia tidak ingin melihat korban lagi didalam kapal ini. Pertarungan yang dilakukan dengan orang
Kerajaan Ming adalah tempat dimana para saudagar hidup, kota besar dengan penduduk lebih dari 15 juta jiwa itu menjadi tempat pemberhentian para saudagar. Siapapun akan kagum dengan properti yang ada dikerajan itu, kota kaya dan makmur itu benar benar terlihat anggun. Dirumah terbesar yang ada di ibu kota kerajaan Ming, seseorang pria bernama Vans terbaring kaku di tempat tidurnya, saudagar yang dahulunya sangat disanjung itu kini berubah menjadi sampah tak berguna. "Lisa tolong ambilkan obat ku," teriak Vans dengan suara lirihnya. Wanita yang dipanggil itu adalah istirnya. Namanya adalah Lisa, beberapa tahun yang lalu dia menikahi wanita itu. Kehidupan bahagia yang seharusnya akan dialami oleh Vans berubah menjadi kesengsaraan semenjak, dia mengalami sakit lumpuh. "Ah merepotkan sekali dasar pria yang hanya bisa menyusahkan orang lain. Mulai hari ini aku tak akan menuruti permintaan mu itu," ucap Lisa. Semenjak Vans mengalami sakit lumpuh, perilaku Lisa berubah seperti it
l Vans yang merasakan situasi janggal itu membuka matanya, pada saat ini terdapat sosok wanita yang begitu anggun. Kulit putih dan wajah mulus itu bisa dibilang adalah kecantikan yang murni. "Liana benarkah itu kau," ucap Vans dia segera berdiri dari tempat duduknya. Liana yang sedang membawa gelas berisikan teh itu mundur beberapa langkah seolah olah, dia sedang melihat bandit yang kejam. Disisi lain Vans yang terlalu senang karena melihat wanita itu tak menyadari respon tubuh yang janggal tersebut, dia langsung saja memeluk istirnya itu. "Maaf kakanda Vans, aku mohon jangan sakiti aku lagi, aku berjanji tidak akan pergi diam diam seperti tadi," ucap Liana. Dia nyaris meneteskan air matanya ketika mengatakan itu, bagi wanita yang setiap hari disiksa oleh pria yang ada dihadapannya, menangis adalah makanan setiap hari baginya. Terkadang Vans tak peduli dengan Liana, dia acuh seperti manusia rendahan yang menjijikkan. Sempat suatu ketika dia membawa gadis penghibur ker
*** Liana merapikan meja yang dipenuhi oleh piring kotor, dia pun membawanya ke dapur. Disisi lain Vans sedang berpikir untuk menyiapkan rencana balas dendam pada dua orang penghianat. Siapa lagi kalau bukan Lisa dan Arlon. Namun dia tidak tahu dimana mereka berdua berada. Waktu berjalan begitu saja Liana sudah selesai mencuci piring dan sendok yang sebelumnya kotor. karena malam sudah semakin menggelap mereka bersiap untuk tidur, kedua pasangan yang sebelumnya berpisah rajang itu tak melakukannya lagi. Liana begitu menikmati kasur yang tak pernah dirasakannya selama 3 tahun terkahir. Dia sebelumnya hanya tidur dilantai beralaskan tikar. Ketika mereka berdua hendak tidur tiba tiba saja terdengar ketukan dari arah luar. Liana yang masih menikmati kasur lembut itu segera beranjak lalu berkata pada suaminya. "Kakanda biar aku yang membukanya," ucap Liana. Namun ketika Liana hendak meninggalkan kamarnya, tangan Vans menangkapnya. Vans pun menggeleng gelengkan kepalanya. "Tidak bi