Beranda / Romansa / Sang mantan / 22. Menembak Inka

Share

22. Menembak Inka

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-24 14:56:45

"Inka!" 

"Ya?" sahut Inka singkat dan santai.

"Nanti malam kau ada waktu tidak?" tanya Kanz sehati-hati mungkin.

"Kenapa?" 

"Nanti malam aku ingin mengajak mu keluar, kau bisa kan?" 

Inka tampak diam berpikir dengan ajakan Kanz, cukup lama dan tak lama kepala Inka mengangguk.

"Dandan lah yang cantik, supirku yang akan menjemputmu." jelas Kanz tersenyum manis dan wajah berseri penuh kebahagiaan.

"Supir? Maksudmu?" tanya Inka bingung.

"Supir pribadi di rumahku Inka, mulai hari ini aku akan mencoba memulai kembali tinggal bersama kedua orang tuaku." jelas Kanz.

"Benarkah?" Kanz mengangguk.

"Syukurlah, aku ikut bahagia mendengarnya." lega Inka begitu bahagia.

"Semua berkatmu Inka, jika bukan kau yang selalu menasehatiku. Kemungkinan, saat ini aku masih berkeras hati."

Inka tersenyum. "Kau terlalu memuji Kanz, aku hanya mengatakan apa yang menurutku benar. Aku ingin kau bahagia bersama kelu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang mantan   23. Menembak Inka (2)

    "Inka, aku-""Kanz, tempat ini indah sekali!" ungkap Inka menjerit bahagia memotong ucapan Kanz.Kanz terdiam seketika, keberanian yang tadi sempat terkumpul hilang seketika. Tersenyum seraya mengulurkan tangannya ke arah Inka yang awalnya bingung namun setelahnya wanita itu menerima uluran tangan Kanz.Kanz membawa Inka untuk duduk di tempat yang sudah tersedia meja lumayan besar dengan dua kursi yang saling berhadapan. Indahnya lampu-lampu kecil yang terpasang di seluruh tempat ini menjadikan suasana terasa sangat romantis.Walaupun tidak ada musik yang mengiringi, tapi ini sudah jauh lebih indah dari Kanz bayangkan. Berduaan dengan Inka di tempat yang memang sudah di rancangnya ini pun ia sudah sangat bersyukur, setidaknya Inka tak menolak ajakannya.Inka tak perlu dan tak ingin repot-repot menanyakan ini tempat apa, karena ia tahu pastilah Kanz juga tak perlu repot akan menjawabnya. Cukup diam dan menikmati pada apa yang sudah Kanz berika

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   24. Beri aku waktu

    Tubuh Inka menegang dan menjadi kaku dengan semua yang Kanz utarakan. Pria itu mengungkapkan semua isi di dalam hatinya pada Inka, betapa Kanz jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.Inka bisa melihat sendiri kelegaan yang terpancar di mata Kanz setelah pria itu menembak Inka dengan perasaan cintanya. Tinggallah sekarang Inka yang merasa tak berkutik bahkan bergerak, tubuhnya terasa kaku dan pikirannya belum bisa berpikir jernih."Kanz, aku-" jawab Inka tergugu setelah berhasil mengeluarkan suaranya dan kini malah menundukkan kepalanya menatap ke bawah meja.Kanz menunggu kalimat selanjutnya yang akan Inka keluarkan, namun sampai cukup lama ia menunggu, Inka tak kunjung juga membuka suaranya lagi.Kanz menghela napas sesaat pikirannya terlempar pada Inka yang bisa di pastikannya jika saat ini wanita itu luar biasa kagetnya."Jangan terlalu terburu-buru Inka, aku tidak langsung memaksa atau menagih jawaban darimu sekarang." lirih Kanz.Me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   25. Seminggu yang berat

    Kanz dan Inka benar-benar menepati ucapan mereka yang akan tetap bersikap seperti biasa seolah tak terjadi hal apapun setelah tadi malam Kanz menyatakan cintanya. Kini kedua orang tersebut tampak adem-adem ayem dan tenang, sehingga tak membuat rasa curiga pada Bio.Tapi walaupun begitu, tetap saja baik Inka maupun Kanz masih merasa jika ada yang berbeda setelah hari itu. Ibaratnya mereka seperti memaksakan sikap normal seperti biasanya.Mohan sendiri menjalani kehidupannya seperti biasa, pergi ke pabrik pagi-pagi sekali dan pulang hampir larut malam. Sepertinya pria itu sengaja menyibukkan dirinya dengan semua urusan pekerjaan.Bukan tanpa sebab sih, dia melakukan hal itu agar ia tak kehilangan fokusnya yang selalu tertuju pada sosok Inka. Dan dia tak mau terus berlarut dalam bayangan Inka yang menurutnya sekarang menjadi bayangan semu.Sudah seharusnya Mohan merelakan Inka dengan kehidupannya tanpa harus mencampuri, meskipun jiwa dan batinnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   26. Undangan makan malam

    Mobil Kanz berhenti di rumah Inka, ia keluar dan langsung mengetuk pintu rumah sederhana itu. Bunyi suara kenop pintu yang di buka seseorang, Kanz tersenyum lembut ketika melihat sosok ibu dari Inka lah yang membukanya."Malam Tante," Kanz mendekat seraya mengambil tangan bu Ina untuk mengecup punggung tangan kanannya."Malam Kanz. Ayo masuk!" titah bu Ina seraya membuka pintu lebih lebar agar Kanz bisa masuk.Setelah mereka duduk, Kanz ingin membuka suaranya tapi langsung di tahan bu Ina."Inka sudah mengatakannya padaku Kanz, dia juga sudah menceritakan semua tentangmu pada kami berdua." ungkap bu Ina ketika melihat sang suami tercinta berjalan ke arahnya.Kanz tentu saja melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada bu Ina. Papa Inka memilih duduk di sebelah istrinya, sedangkan Kanz duduk sendirian di hadapan mereka."Aku lega dan senang karena Inka sudah mengatakannya semuanya pada kalian." Kanz tak perlu bertanya tentang kata sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   27. Hati yang memilih

    Tringggg.Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Kanz. Kanz yang baru keluar dari kamar mandi pun mendengar suara dering ponselnya. Kanz mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil di tangan kanannya, sementara ia sendiri masih memakai handuk yang melilit dari pinggang sampai ke bawah.Kanz melangkah mendekati ponselnya yang tergeletak di nakas samping ranjang. Ia ambil dan membuka satu pesan dari Inka.Perlahan bibirnya membentuk senyuman ceria, penasaran apa gerangan Inka mengiriminya pesan.Inka : Hari ini aku izin cuti, beri aku waktu untuk sendiri. Dan satu lagi, ini sudah seminggu untukku menjawab ungkapan pernyataan cintamu. Aku akan menjawabnya selama 1x24 jam ini. Jika sampai jam 12 malam nanti aku tidak datang berarti kau sudah tahu jawabannya, oke Kanz. Aku menyayangimuKanz membaca kata demi kata yang tertulis di pesan Inka. ia mencoba untuk mencernanya lagi, perlahan senyum di wajah Kanz memudar. Di pesan Inka hany

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   28. Aku memilihmu

    Senyum lebar Kanz perlahan mengendur ketika ia melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya."Anita...." panggil Kanz lirih nyaris berbisik menyebut nama wanita yang kini berdiri melihatnya.Keduanya bagaikan patung hanya berdiri kaku sambil menatap lekat. Perlahan namun pasti wanita yang bernama Anita itu melangkah mendekati Kanz, hingga kini posisi mereka saling berhadapan dengan jarak yang dekat."Apa kabarmu Kanz?" kata wanita yang bernama Anita tersebut.Kanz tidak menjawab, hanya tatapannya saja yang terus menyoroti Anita dengan pandangan yang sulit di artikan.Rasa syok membuat Kanz tak berkutik sedikit pun, sebenarnya ia sedikit kecewa karena yang datang bukanlah Inka. Padahal ia sangat berharap Inka datang dan menjawab pernyataan cintanya, waktu bahkan sudah menunjukkan pukul tengah dua belas malam.Kanz tersenyum kecut mengingat sisa waktu untuk Inka tinggal setengah jam lagi, jauh di dalam hatinya ia sangat berharap masi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   29. Flashback

    Mohan terus memandangi lekat Inka yang tampak malu dan risih karena terus ia tatap seperti itu. Bahkan kedua pipi Inka tampak bersemu merah."Jangan menatapku seperti itu," kata Inka malu."Kenapa? Apakah salah jika aku menatapmu?""Salah!" jawab Inka cepat. "Kau harus mengatakan alasan mengapa kau meninggalkan diriku demi memilih mematuhi perjodohan yang telah di rencanakan kedua orang tuamu." sambung Inka lagi menuntut jawaban alasan mengapa Mohan meninggalkannya.Mohan menundukkan kepalanya seraya tangannya menggenggam sebelah tangan Inka. Ia mendongak menatap wajah Inka, dan di saat itulah Inka dapat melihat jelas wajah sendu Mohan beserta airmata di pelupuk matanya bersiap tumpah."Apa kau yakin dan siap untuk mendengarnya?" Inka mengangguk."Baiklah, aku akan mengatakan semuanya padamu. Mengatakan sejujurnya alasanku kenapa meninggalkanmu.""Ya, katakanlah."Mohan mengangguk seraya memejamkan matanya sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • Sang mantan   30. Masih flashback

    Mohan membawa tubuh Inka ke dalam pangkuannya, Inka gugup dengan tindakan Mohan itu tapi tak ayal dia sangat bahagia."Menurutmu bagaimana Inka?" tanya Mohan menatap tepat ke iris mata Inka.Pertanyaan itu Mohan berikan agar Inka mengutarakan segala pemikirannya tentang pernikahannya dengan Dewi, mantan istrinya itu."Aku tidak tahu bagaimana perjalanan pernikahan kalian. Yang aku tahu, kau tidak mencintai mbak Dewi."Mohan mengangguk. "Ya, kau benar, aku memang sama sekali tak mencintainya. Karena yang aku cintai hanya dirimu."Mohan kembali menangkup wajah cantik Inka dengan kedua tangannya yang besar. "Sebelum menikah dengan Dewi, aku mengajukan syarat pada orang tuaku.""Syarat lagi?" Mohan mengangguk."Syarat apa yang kau ajukan, Mohan?""Aku mengajukan syarat jika nanti setelah aku menikah dengan Dewi. Jika salah satu diantara kami ketahuan ada yang selingkuh, maka otomatis salah satu pihak yang la

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24

Bab terbaru

  • Sang mantan   50. Ekstra part

    "Ciyeee, selamat sayangku!" teriak Kanz naik ke atas pelaminan untuk menyalami sepasang pengantin.Kanz langsung mendekatkan wajahnya mencium pipi kanan dan kiri Inka, kemudian Kanz memeluk Inka sambil kepalanya mengarah ke arah Mohan dan memeletkan lidahnya.Mohan melotot pada Kanz yang tengah mengejeknya, meskipun begitu Mohan tetap membiarkan Kanz yang memeluk Inka karena Mohan sekarang tak merasa cemburu pada pria itu, bahkan saat Kanz memanggil Inka dengan sebutan sayang sekali pun. Mohan sudah menganggap Kanz sebagai teman baiknya, sebab pria itu yang selama ini telah membantu memperbaiki hubungannya dengan Inka yang sempat terpisah."Bagaimana perasaanmu Inka?" tanya Kanz setelah melepaskan pelukannya.Inka tersenyum tersipu, "luar biasa, sangat bahagia!" kata Inka nyaris menjerit bahagia.Kanz tersenyum dan beralih menatap Mohan, matanya menyipit memperhatikan Mohan dari bawah ke atas. "Hmm, kau tampan juga ternyata kalau di dan

  • Sang mantan   49. Pernikahan

    Hari yang dinanti akhirnya pun tiba, setelah menunggu beberapa hari yang waktunya terasa sangat lama berputar. Kini tiba saatnya Inka dan Mohan akan resmi menjadi suami istri setelah melewati hari ini.Semua orang tampak berbahagia menyambut suka cita hari pernikahan Mohan dan Inka. Tak terkecuali termasuk sepasang mempelai pengantin yang tampak menyambut antusias hari ini, raut keduanya pun tampak tegang kerena rasa gugup yang menjalari.Barusan Inka keluar dari ruangan rias khusus pengantin, Inka di dandani secantik mungkin dengan gaun pengantin yang sangat indah. Mohan benar-benar memberikan segala sesuatunya yang terbaik untuk hari pernikahannya yang kedua.Memang, ini pernikahan kedua bagi Mohan. Tetapi, pernikahan pertama yang dapat Mohan rasakan dengan perasaan bahagia yang membuat dadanya membuncah gembira.Inka keluar dengan di iringi iringan-iringan pengantin dan musik orkestra yang mengalun merdu yang mengiringi setiap langkah

  • Sang mantan   48. Menghitung hari

    Inka dan Mohan sama-sama sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba. Tak perlu waktu lama bagi Mohan untuk mempersiapkan segala keperluan pernikahannya, kini tinggal menunggu seminggu lagi bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan."Kau senang sayang?" tanya Mohan.Inka menggeleng, "aku bahkan sangat gugup menunggu hari itu tiba yang akan datang sebentar lagi. Huffftt!" desah Inka menenggelamkan wajahnya ke meja makan di rumah Mohan."Santai sayang, jangan merasa gugup." Mohan sebenarnya juga merasa tersiksa melihat Inka yang selalu merasa gugup apabila mengingat hari pernikahan mereka.Inka mengangkat kepalanya dari meja, "berapa tamu undangan yang akan hadir ke acara pesta pernikahan kita?" tanya Inka penasaran."Tak banyak, palingan banyak dari kalangan sesama pebisnis dan teman-temanku saja.""Hanya itu?" Mohan mengangguk."Kenapa?" tanya Mohan sembari merapikan anak rambut Inka.Inka mengigit bibir

  • Sang mantan   47. Rencana pernikahan

    "Sudahlah, mari kita mulai lupakan semua hal yang telah berlalu, melupakan semua hal yang menyakitkan. Dan mari kita mulai memikirkan masa depan, memikirkan hal baik yang akan kita lalui selanjutnya." kata Bu Ina tak ingin ada kesedihan lagi bagi keluarganya."Mulai pikirkan dari sekarang rencana pernikahan kalian." kata ayah Inka membuka suaranya yang tiba-tiba membahas soal pernikahan Inka dan Mohan."Pernikahan?" pekik Mohan dan Inka secara bersamaan.Ayah Inka mengangguk, "tentu kalian ingin hubungan ini sampai ke jenjang pernikahan, kan?" tanya ayah Inka.Inka dan Mohan kompak menganggukkan kepalanya lagi, "tentu ayah," Inka tersenyum bahagia."Makanya cepat mulai di pikirkan dari sekarang." kata ayah Inka lagi sebelum beranjak pergi dari situ."Benar apa kata ayahmu Inka, ibu setuju dan kalian mulailah memikirkan rencana pernikahan kalian." Bu Ina mengedipkan sebelah matanya menggoda dan ikut bangkit berdiri menyusul suaminya.I

  • Sang mantan   46. Restu

    Inka menggenggam tangan Mohan yang tampak sedikit gemataran karena gugup dengan malam ini. Sesuai dengan permintaan sang ibu yang menyuruhnya untuk mengundang Mohan agar datang malam ini ke rumahnya. Awalnya Mohan menolak dan syok mendengarnya, tapi Inka menjelaskan pada Mohan jika kedua orang tuanya sudah memaafkan dan merestui hubungan mereka.Meskipun begitu tapi tetap saja bagi Mohan rasanya sangat gugup dan canggung. Terlebih lagi beberapa waktu yang lalu kedua orang tua Inka menunjukkan sikap ketidak sukaan yang terkesan sangat membenci Mohan. Lalu dengan tiba-tibanya secara mendadak Inka mengabarkan kabar yang membahagiakan.Mohan tentu saja sangat bahagia, namun ia juga tak ingin jika kebahagiaannya itu hanya candaan dari orang tua Inka saja. Mohan tak ingin jika ini hanyalah sebuah mimpi yang indah.Kanz yang duduk di depan mereka berdua pun terkekeh melihat sikap gugup yang Mohan tunjukkan. Mohan bahkan sampai mendelikkan matanya agar Kanz berhen

  • Sang mantan   45. Sebuah keputusan (2)

    "Ibu!" pekik Inka senang begitu membuka pintu kamarnya dan melihat sang ibu yang tengah berdiri di ambang pintu.Bu Ina menatap putrinya dengan tatapan sendu, melangkah mendekati Inka dan memeluknya. Mendapat perlakuan yang manis seperti itu dari ibunya, Inka sempat tertegun untuk beberapa saat dengan mata mengerjap berulang kali.Benarkah ini nyata? Benarkah ternyata saat ini yang tengah memeluk Inka adalah ibunya.Ragu-ragu tangan Inka bergerak ingin membalas pelukan Bu Ina. Syok saat mendengar suara isakan sang ibu yang terdengar sangat pilu."Ibu, tidak apa-apa?" Inka memberanikan dirinya bertanya pada Bu Ina.Beliau tidak menjawab pertanyaan putrinya dan lebih memilih semakin mengeratkan pelukannya. Suara isakan tangis Bu Ina pun semakin kuat, Inka tentu sangat kalut dengan ibunya yang menangis.Melepaskan pelukan, Inka menangkup kedua pipi ibunya. "Ibu, ada apa?" tanya Inka panik dengan mata berkaca-kaca.Bu Ina memegang k

  • Sang mantan   44. Sebuah keputusan

    Kanz baru sampai rumah yang langsung di sambut kedua orang tuanya, pak Hans dan bu Seina mengernyit melihat putra mereka yang pulang lebih lama dari biasanya."Lembur?" sapa pak Hans bertanya alasan mengapa Kanz pulang lebih lama hari ini."Tidak pa, aku habis dari rumah Inka." jawab Kanz jujur.Bu Seina dan pak Hans saling pandang setelah mendengar jawaban Kanz, kompak menggelengkan kepala melihat sikap Kanz yang pasti akan lupa waktu jika bersama Inka.Kanz melihat gelagat aneh dari kedua orang tuanya, "jangan salah paham, ke rumah Inka karena ada sedikit masalah jadi aku berusaha membantunya.""Masalah?" pekik sepasang suami istri itu kompak. "Masalah seperti apa?""Hanya sebuah kesalah pahaman saja antara Inka dan orang tuanya." tukas Kanz melirik secara bergantian ke arah mana dan papanya yang menatapnya dengan tatapan penasaran."Aku tidak mungkin menjelaskan secara detail kepada mama dan papa, intinya ini juga berka

  • Sang mantan   43. Penyelesaian masalah

    Kanz melirik ke arah pintu utama rumah Inka yang terbuka sejak tadi, dimana berdiri ayah Inka yang hanya berdiam diri menyaksikan istri dan anaknya yang tengah bertengkar. Kanz tidak habis pikir dengan jalan pikiran ayah Inka, bukankah seharusnya pria itu melerai pertengkaran ini? Tapi, melihat keterdiaman ayah Inka Kanz sedikit berpikir jika kemungkinan saja ayah Inka termasuk suami takut istri."Ibu, tenangkan dirimu dulu, sebaiknya kita bicarakan ini secara baik-baik." bujuk Kanz sehati-hati mungkin."Diam kamu!" bentak ibu Inka. "Kenapa kamu masih disini juga? Bukankah saya sudah mengusirmu."Kanz kembali menelan air liurnya, sosok Bu ina malam ini benar-benar sangat tampak sangar dan mengerikan."Saya tidak akan pergi dari sini, saya tidak akan meninggalkan Inka menghadapi semua ini seorang diri. Bagaimana pun juga saya rasa ini hanya sebuah kesalah pahaman belaka Bu.""Berhenti memanggilku ibu!" seru Bu Ina marah mendengar K

  • Sang mantan   42. Kebongkar (2)

    "Kenapa diam saja?" tanya Kanz memperhatikan Inka yang sedari tadi hanya diam, bahkan saat sedang bersama Mohan pun Inka juga diam tak banyak bicara.Saat ini mereka berdua tengah di dalam mobil Kanz, seperti biasa Kanz menjemput Inka setiap pagi dan mengantarkan Inka pulang pada malam harinya."Entah kenapa perasaanku tak enak Kanz, aku merasa seperti sedang terjadi sesuatu hal yang buruk." ungkap Inka mengatakan hal yang meresahkan hatinya sejak dari tadi."Jadi, apakah karena itu kau hanya diam saja?" Inka mengangguk."Perasaan ku tak tenang Kanz." ungkap Inka lagi makin cemas.Kanz yang melihat kecemasan Inka pun ikut merasakan tak tenang, Kanz memberhentikan seraya menepikan mobilnya di pinggir jalan yang tak terlalu ramai."Jadi, bagaimana?" tanya Kanz menatap Inka."Entahlah, aku merasa takut ingin pulang ke rumah." lirih Inka yang juga menatap Inka dengan raut wajah memucat."Apa sebaiknya kau tidak usah pulang? B

DMCA.com Protection Status