Seorang pria setengah baya datang bersama penjaga pintu masuk penginapan dengan memasang wajah kesal karena sebelumnya ia diberikan kabar bahwa ada seseorang pria yang ingin memesan kamar tetapi tidak mau memberikan identitasnya, padahal itu merupakan syarat mutlak untuk memasuki tempat itu.
"Mana or …" Belum sempat pria setengah baya itu menyelesaikan ucapannya, ia dikejutkan sampai tidak dapat berkata lebih jauh. Bukan karena melihat sesosok hantu atau binatang buas yang siap menerkam, melainkan karena merasakan aura yang ditampilkan seseorang yang mengenakan topeng di hadapannya.
Sesosok itu tersenyum lebar, tetapi senyumannya itulah yang menyebarkan ketakutan mendalam. Bulu kuduk pria setengah baya itu merinding karenanya dan membuatnya meningkatkan kewaspadaan. Tidak ingin membuat kesalahan, pria itu pun bersikap dengan hati-hati.
"Perkenalkan namaku Fen Heng, manajer di penginapan ini." Pria setengah baya itu memperkenalkan dirinya dengan nada renda
Manajer Fen kembali ke ruangannya dengan memasang wajah sumringah, setelah mendapatkan sekantong uang dari Fang. Pria setengah baya itu duduk di kursi kerjanya sambil membuka kantong hitam tersebut dan menghitungnya kepingan emas di dalamnya.Manajer Fen tertawa dengan keras ketika mendapati kepingan emas itu berjumlah tepat seratus buah. "Aku kaya … aku kaya!"Tawanya hanya berlangsung sejenak karena pria setengah baya itu teringat akan sesuatu, yang mana pada tiga tahun lalu setelah adanya upaya percobaan pembunuhan terhadap Kaisar Li, pemimpin nomor satu di Kekaisaran Yang itu segera memerintahkan beberapa bawahannya untuk mencari jejak keberadaan Fang.Sementara pengikut lainnya ditugaskan untuk menempati beberapa posisi penting yang tersebar di seluruh Kekaisaran Yang. Dan, manajer Fen salah satu bawahan Kaisar Li yang ditugaskan untuk menjadi penguasa di penginapan terbesar yang ada di ibukota Kekaisaran.Tentunya hal itu diharapkan dapat mem
Fang menolehkan kepalanya ke arah kiri saat mendengar suara langkah kaki, dan menemukan suara tersebut berasal dari anggota Partai Pengemis. Fang mengenalinya dari pakaian yang dikenakan, juga sebuah kantong kain yang memiliki lima warna.Sementara pengemis itu berdecak kagum saat melihat Fang menolehkan pandangan ke arahnya. Pengemis tersebut meyakini bahwa Fang mengetahui kedatangannya, padahal jaraknya masih sekitar seratus meter darinya."Tuan Muda Fang memang seperti yang dirumorkan," ucap pengemis kagum. Belakangan diketahui dirinya bernama Lei Jiao, yang merupakan salah satu tetua Kelompok Partai Pengemis dan bertugas memimpin rombongan di ibukota Kekaisaran Yang.Pengemis yang berusia sekitar setengah abad itu kemudian mengingat kembali beberapa jam sebelumnya. Tetua Lei Jiao sedang beristirahat saat salah satu bawahannya menemuinya dengan tergesa-gesa. Melihat ada yang tidak beres, tetua Lei Jiao pun menanyakannya."Ada apa? Kenapa kau berjalan d
Informasi pertama yang dibawakan oleh tetua Lei Jiao adalah kabar tentang perkembangan Aliansi Pejuang Kebenaran, yang mana patriak Shen Wang selaku pemimpin kelompok tersebut sudah berhasil menyatukan banyak sekte-sekte besar, menengah maupun kecil ke dalam perkumpulan itu. Tak hanya itu, patriak Shen Wang juga berhasil meyakinkan Kaisar Li bahwa mereka membentuk Aliansi Pejuang Kebenaran untuk menangkap Fang. Pemuda itu mengangguk paham, karena dirinya sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Tetapi itu tidak membuatnya takut, karena sebenarnya Patriak Shen bekerja sama dengan Fang. Begitupula dengan Kelompok Partai Pengemis, mereka juga menjalin hubungan kerjasama secara diam-diam dengan Sekte Pedang Surgawi. Pertikaian antara Patriak Shen dan Patriak Huoyan pada saat pertemuan Aliansi Pejuang Kebenaran tiga tahun lalu merupakan konspirasi yang telah mereka buat untuk menyamarkan kerjasama kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar Kaisar Li dan Kelompok Gagak Pemb
Tetua Lei Jiao menjelaskan pesan terakhir yang disampaikan oleh Patriak Huoyan untuk Fang, yang mengatakan bahwa pemimpin Kelompok Partai Pengemis itu akan mengunjungi Fang beberapa hari ke depan untuk membicarakan hal yang penting, "Untuk itu … Patriak meminta Tuan Muda menunggu di ibukota ini. Patriak akan menemui Anda dengan cara menyamar agar tidak terlalu menarik perhatian."Mendengar itu, Fang mengangguk paham dan mengatakan akan menunggu kedatangan saudara angkatnya tersebut. Berpikir sejenak, kemudian Fang mengatakan sesuatu. "Tetua Lei, setelah Anda meninggalkan tempat ini, tolong berikan gulungan kertas ini kepada anggota Sekte Pedang Surgawi dan minta mereka memberikannya kepada Patriak Shen." Bersamaan dengan itu, Fang mengeluarkan sebuah gulungan kertas yang tersampul rapi dari Gelang Semesta yang memang telah ia siapkan sebelumnya."Hamba mengerti, Tuan Muda." Tetua Lei mengangguk pelan dan menerima gulungan kertas tersebut.Merasa tidak ada
Seminggu telah berlalu semenjak pertemuannya dengan Patriak Shen dan Huoyan, Fang masih menetap di ibukota Kekaisaran. Hal itu disebabkan karena pada pertemuan sebelumnya, Fang diberitahukan bahwa beberapa hari ke depan istana akan mengadakan sebuah pesta besar, guna memperingati kematian Kaisar sebelum, Li Guan beserta permaisuri juga anaknya.Awalnya Fang tidak begitu tertarik dengan pesta tersebut karena dia mengetahui Li Guan, ayahnya masih hidup, tetapi setelah mendengar rencana dari Patriak Shen dan Huoyan membuat Fang tidak sabar menunggu pesta itu. Fang kemudian mengingat kembali ucapan dari Patriak Shen dan Huoyan beberapa hari yang lalu."Keponakan Fang, ini saat yang tepat untuk kita membebaskan Saudara Li Guan. Pada saat pesta berlangsung, pasti Yang Mulia Kaisar Li Ning akan melakukan beberapa ritual dan tentunya para pengikutnya juga tamu undangan akan melakukan hal yang sama. Saat inilah kita bisa menyelinap dan menyelamatkan Saudara Li Guan." Patriak Sh
Li Jianchen sedang bersama Shen Long dan Lan Xuefeng serta Lily juga Shushu, membantu para pelayan juga prajurit istana menyiapkan acara peringatan hari kematian keluarga Kaisar terdahulu, Li Guan. Putra mahkota itu sangat bersemangat karena Li Guan merupakan sosok yang ia kagumi selama ini, meskipun tak pernah bertemu atau bertatap muka dengannya, namun Kakak dari ayahnya tersebut sudah menjadi sosok yang penting dalam perkembangan kehidupan Li Jianchen."Senior Shen, bagaimana menurutmu tentang acara peringatan ini?" Li Jianchen menoleh ke arah Shen Long yang berada di sampingnya."Mendiang Yang Mulia Kaisar terdahulu merupakan sosok yang melegenda, namanya begitu harum di tengah penduduk Kekaisaran Yang. Meskipun belum pernah bertemu dengannya dalam kehidupan ini, namun Mendiang Kaisar Li Guan begitu banyak menginspirasi. Pemimpin seperti beliau merupakan sosok yang sangat dicari dan pantas untuk dikagumi. Dengan adanya acara peringatan seperti ini, maka rakyat Keka
Sehari sebelum dilangsungkannya acara peringatan hari kematian keluarga Kaisar terdahulu, Li Guan, banyak perwakilan sekte-sekte yang telah tiba di istana. Kelompok pertama kali tiba adalah perwakilan dari Sekte Tiga Tombak, yang langsung diwakili oleh Patriak mereka sendiri, Lu Han bersama sang anak, Lu Bei dan beberapa tetua lainnya.Melihat itu, Li Jianchen, Lan Xuefeng dan Shen Long menyambut kedatangan mereka dengan baik. Senyuman ramah terpancar di wajah ketiganya."Patriak Lu, silahkan masuk," ajak Li Jianchen sambil memberikan penghormatan."Terima kasih, pangeran mahkota," balas Patriak Lu juga memberi hormat dan segera melangkah memasuki istana. Meskipun Li Jianchen berasal dari generasi muda, tetapi dia adalah putra mahkota yang memiliki kedudukan tinggi. Jadi, sudah sepantasnya Li Jianchen mendapatkan penghormatan yang sedemikian rupa.Lu Bei membiarkan ayahnya dan para tetua Sekte Tiga Tombak memasuki istana, sementara dirinya sendiri memilih
Perwakilan dari masing-masing sekte yang diundang mulai berdatangan, dimulai dari Sekte Tiga Tombak yang menjadi paling awal dan disusul oleh sekte lainnya baik dari kelompok kecil ataupun menengah. Menjelang siang hari, giliran Kuil Tanah Suci yang tiba di istana. Kelompok ini diketuai langsung oleh Mahaguru mereka, Tong Tian dan juga beberapa guru-guru lainnya serta tidak ketinggalan murid utama mereka, Tong Min. "Selamat datang di istana, Mahaguru Tong." Seseorang menyapa biksu Tong Tian yang tidak lain adalah menteri Han. Ia diutus langsung Kaisar Li untuk menyambut kedatangan kelompok Kuil Tanah Suci itu. Biksu Tong Tian membuka matanya yang sudah senja secara perlahan, dan membalas ucapan dari menteri Han. "Amitabha, lama tidak bertemu Yang Mulia menteri Han. Semakin lama, Anda semakin terlihat berwibawa. Orang tua ini sungguh takjub melihatnya." Tersenyum tipis, menteri Han menanggapi. "Anda terlalu memuji, biksu Tong. Junior ini tidak berani m
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung