Dua hari sudah berlalu, perjalanan rombongan Fang terus berlanjut hingga mereka menemukan sebuah kota kecil. Ketujuh muda-mudi ini memasuki kota tersebut yang belakangan diketahui bernama Kota Telaga Warna.
Rombongan itu kemudian singgah di sebuah kedai untuk mengisi perbekalan mereka. Setelah selesai, mereka berniat meninggalkan tempat itu, namun terhenti saat sekelompok orang memasuki kedai tersebut.
"Nyonya Tua, mana bayaran keamanan hari ini?" ujar salah satu orang itu sambil memukul meja di hadapannya dengan keras yang membuat para pengunjung lainnya berlarian meninggalkan tempat itu.
Seorang wanita yang tampak berusia lima puluh tahunan mendatangi rombongan itu. Wajahnya tampak keriput, dengan tubuh yang kecil dan ringkih namun semangatnya untuk hidup masih terlihat dengan jelas. Ia menundukkan kepalanya, memo
Fang dan rombongannya tidak jadi pergi dari kedai itu sebab pemiliknya sedang dalam bahaya. Campur tangan Shen Yue ternyata tidak membantu masalah pemilik kedai yang belakangan diketahui bernama Nyonya Yin itu menjadi lebih baik. Sebaliknya, bertambah menjadi besar.Para pemeras yang tadi pergi kini sudah kembali dan membawa pasukan yang lebih banyak. Bukan hanya itu, di antara mereka ada beberapa yang merupakan Pendekar."Siapa di antara kalian yang berani ikut campur urusan Bangsawan Mu. Apakah sudah bosan hidup?" tanya salah satu Pendekar itu berlagak sombong sambil memelintir kumisnya yang tebal. Bibirnya menyungging ke atas, mencoba mendominasi suasana.Pimpinan pemeras yang tadi sudah dihajar Shen Yue kini maju beberapa langkah dan menunjuk pada gadis itu, "Nona itu yang melakukannya!" ujarnya dengan tatapan yang dipenuhi amarah.Pandangan lima orang Pendekar itu mengarah ke Shen Yue yang masih bersikap tenang dan santai. Ia meletakkan kedua tangann
Kepergian para Pendekar Muda itu kembali harus ditunda, sebab Li Jianchen memiliki rencana lain."Kita tidak bisa meninggalkan masalah ini begitu saja. Setelah kita pergi, Nyonya Yin mungkin saja dalam bahaya, bahkan pasti terjadi. Para pemeras itu akan mengancam atau lebih parah lagi membahayakan nyawanya." ujar Li Jianchen kepada rekan-rekannya. Ia memandangi Fang yang tengah tersenyum hangat kepadanya, sebab ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya itu sepenuhnya diajarkan oleh Fang."Yang Mulia Pangeran ada benarnya. Kita harus menyelesaikan sampai tuntas apa yang telah kita mulai." Tong Min membenarkan ucapan dari Sang Putra Mahkota.Shen Long tampak berpikir sejenak, sebelum mengalihkan perhatian pada Li Jianchen dan bertanya padanya."Lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang, Pangeran Li?"Li Jianchen menoleh ke arah Fang diikuti oleh rombongan yang lain.Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebab mengetahui maksud tata
"Tuan Besar, maafkan kelalaianku!" Pendekar itu mendekati Bangsawan Mu dan memberikan hormat."Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Aku akan berusaha bicara dengan mereka." Bisik Mu Zhan yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Pendekar yang mengenakan pakaian berwarna hitam-hitam itu.Pandangan Mu Zhan terarah pada Shen Long dan yang lainnya lalu menghela napas panjang dan berkata, "Tuan dan Nona Pendekar, sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Aku memang meminta bawahanku untuk sembunyi di sana dan menjaga keselamatan ku. Sebagai pemimpin di kota ini, tentu aku harus berjaga setiap saat sebab tidak sedikit yang mencoba membunuhku." Mu Zhan membela diri setelah anak buahnya ketahuan.Shen Yue mendengus kesal, emosi dengan tingkah laku Mu Zhan yang tidak ingin mengaku dan terus membuat alasan. Begitupun dengan Shen Long dan Lu Bei yang juga ikut murka.Tong Min dan Lan Xuefeng memilih tidak bersuara. Sebagai Biksu, Tong Min tidak terlalu ingin ikut campur da
Baru saja Bangsawan Mu keluar dari kediamannya, gedung bertingkat tiga itu langsung roboh. Beruntung para pendekar bawahannya berhasil melompat keluar untuk menyelematkan diri sebelum tempat tersebut menjadi puing-puing. Sementara rombongan Fang sendiri juga berhasil selamat tanpa luka.Dari semua orang itu, Fang yang paling menarik perhatian, sebab ia meninggalkan gedung dengan terbang di udara. Orang-orang menyadari, bahwa kemampuan Pemuda itu jauh lebih tinggi daripada yang terlihat. Saat itulah wajah para Pendekar berubah menjadi buruk."Pangeran Li, apakah kau mengetahui kemampuan pengawalmu ini sudah berada di tingkat itu?" Shen Long mengalihkan perhatiannya pada Li Jianchen yang tampak tidak terkejut dengan kemampuan yang ditunjukkan Fang."Hm!" Li Jianchen menganggukkan kepalanya, "Jika aku tidak mengetahui kemampuannya, tidak mungkin aku membiarkannya ikut bersama kita." ucap Li Jianchen lagi."Sebaiknya kita fokus pada musuh yang ada di depan. S
Meskipun dikepung lautan musuh, rombongan Shen Long tetap dapat menahan bahkan mengungguli mereka. Status murid utama dari sekte-sekte besar aliran lurus memang tidak mereka kecewakan.Tubuh-tubuh mulai bergeletakan di tanah, terutama mereka yang hanya manusia biasa. Para Pendekar yang melawan juga tidak jauh lebih baik, mereka hanya bisa menahan beberapa serangan sebelum meninggal dengan mengenaskan. Terutama yang mencoba melawan Shen bersaudara dan Lu Bei. Ketiga Pendekar Muda itu tidak menahan kekuatan mereka.Biksu Tong Min sendiri masih sedikit memiliki hati dan kemanusiaan, setiap lawan yang menyerangnya hanya dibuat tidak sadarkan diri. Ia masih memegang prinsip seorang biksu yang penuh cinta dan kasih sayang serta percaya akan kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik.Li Jianchen dan Lan Xuefeng tidak banyak bergerak, mereka hanya menghadapi para lawan yang mendatangi keduanya. Selebih itu, mereka tidak berniat melawannya."Dasar manusia lemah!"
Bangsawan Mu mencoba melarikan diri setelah bawahannya tidak tersisa seorang pun, namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, para warga kota sudah mengepungnya dan tidak memberikan jalan padanya. "Apa yang kalian lakukan? Cepat bukakan jalan untukku?" Mu Zhan menjerit keras, sebab di arah lain rombongan Fang sedang berjalan mendekatinya. Setelah tidak ada jalan keluar, hanya satu yang bisa dipikirkan oleh Mu Zhan. Pria tua itu bersujud ke tanah dan memohon ampunan terutama kepada Li Jianchen yang merupakan seorang Putra Mahkota Kekaisaran Yang. "Ampun Pangeran, biarkan hamba hidup. Hamba sudah menyadari kesalahan dan berjanji akan bertobat." Tidak ada lagi kesombongan dan keangkuhan di wajah Mu Zhan, yang tersisa hanyalah muka keriput penuh penyesalan. "Bangsawan Mu, yang kau lakukan sudah keterlaluan. Aku tidak bisa memaafkanmu. Hukuman istana akan sama saja dengan hukumanku." Li Jianchen menggelengkan kepalanya, tidak bisa mengampuni nyawa Mu Zhan.
Pertarungan antara rombongan Fang melawan kawanan Elang Ekor Tiga terus berlanjut. Sudah banyak anggota hewan gaib itu yang mati, namun tidak membuat rombongan muda-mudi ini senang, terutama Fang yang menunjukkan wajah memburuk."Hewan ini… kenapa mereka seakan tiada habisnya?" Fang mulai menaruh curiga. Ia membunuh satu Elang Ekor Tiga lagi yang berada di dekatnya. Beberapa saat kemudian, hewan gaib ini menghilang tanpa jejak. Namun, satu hal yang Pemuda itu sadari, Elang Ekor Tiga seakan bertambah banyak."Jangan bunuh lagi!" jerit Fang memberitahu rekan-rekannya. Ia menyadari ada keanehan pada kawanan Elang Ekor Tiga."Ada apa, Saudara Fang?" Shen Long yang pertama kali menjawab Fang sambil terus membunuh Elang Ekor Tiga yang ada di dekatnya.Sementara itu, meskipun Shen Yue tidak menjawab Fang tapi gadis muda ini juga mendengarkannya."Apa yang sebenarnya terjadi?" Lu Bei mendekati Fang sembari menusuk dan memukul Elang Ekor Tiga yang me
Shen Long dan yang lainnya sedang berjuang melawan kawanan Elang Ekor Tiga yang semakin lama semakin membuat mereka kewalahan sebab hewan gaib itu tidak boleh dibunuh atau mereka akan bertambah semakin banyak."Apa yang dilakukan Fang sialan itu? Jangan-jangan dia membohongi kita. Bukannya melawan Pendekar yang mengendalikan hewan-hewan ini, sebaliknya ia sudah melarikan diri." ujar Shen Yue dengan kesal. Ia menyeka keringat yang sudah membasahi seluruh tubuhnya."Apa kau bilang? Jangan pernah kau membicarakan Fang gege yang tidak-tidak! Atau aku akan membuat perhitungan denganmu!" Lan Xuefeng tidak bisa tinggal diam lagi. Shen Yue sudah terlalu sering menjelek-jelekan Fang membuatnya kesal."Dasar gadis jalang!" sambung Lan Xuefeng. Meskipun ia lebih muda dari Shen Yue, tapi tak ada ketakutan yang terlihat di wajahnya. Wajahnya yang biasanya lugu dan polos, kini berubah menjadi penuh amarah.Shen Yue dan Lan Xuefeng terlibat adu mulut di tengah-tengah ke
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha
Dengan kedua belas tubuhnya, Fang menyerang menteri Han secara bersamaan, membuat lelaki sepuh itu harus mengambil posisi bertahan. Masing-masing tubuh Fang juga menggunakan teknik yang berbeda membuat menteri Han cukup kesulitan menahannya.Misalnya saja saat ini, satu tubuh Fang menggunakan teknik tebasan pedang tiada akhir. Sementara tubuh lainnya mengikuti dan melepaskan teknik tujuh tebasan Kilat. Begitupula dengan tubuh-tubuh lainnya yang segera memberikan serangan kepada menteri Han.Menteri Han berhasil menghindari sebagian serangan sehingga tebasan Fang hanya menghantam udara kosong namun mencipta suara keras. Ia juga berhasil menangkis sebagian lainnya yang menciptakan bunyi nyaring saat kedua pedang mereka bertemu. Namun karena serangan Fang terlalu cepat, membuat dua tubuhnya yang lain berhasil mendaratkan tebasan ke tubuh menteri Han, tepatnya di bagian dada dan punggungnya yang berhasil menciptakan goresan besar setelah mengoyak pakaiannya sehingga dari l
Anggota Kelompok Gagak Pembunuh tidak memiliki semangat bertarung lagi setelah mendapati semua pemimpin mereka telah terbunuh. Tidak ingin bernasib sama, mereka memilih untuk menyerah karena berpikir bisa mempertahankan nyawa mereka. Keputusan tersebut tidak sia-sia, pihak lawan menghentikan serangan mereka saat anggota Kelompok Gagak Pembunuh meletakkan senjata mereka ke tanah dan mengangkat tangan. Namun, tentu saja mereka tidak dibiarkan begitu saja. Pihak lawan memang tidak membunuh, tetapi tetap mengumpulkan mereka dan akan memberikan hukuman. Semua anggota Kelompok Gagak Pembunuh bernapas lega, paling tidak mereka tetap dapat bertahan hidup meskipun akan berakhir di dalam penjara. Fang sendiri masih berhadapan dengan menteri Han. Hingga saat ini, keduanya telah bertukar puluhan jurus, namun Fang hanya mampu mendaratkan satu tebasan pedang saja yang itu pun tidak terlalu mematikan. Di sisi lain, menteri Han berhasil melukai Fang dan memberikan luka di beberapa b
Pertarungan antara Patriak Shen dan Shi Liong cukup sengit, membawa keduanya harus menggunakan teknik rahasia mereka masing-masing. Darah segar mengucur di sebagian tubuh Patriak Shen, akibat luka yang diberikan Shi Liong. Namun, Shi Liong tentunya mengalami luka yang lebih parah. Bahkan, di bagian dadanya terdapat goresan besar akibat tebasan pedang milik Patriak Shen.Shi Liong menggertakkan giginya dengan keras, kemudian memegangi erat pisau yang ada di tangannya. Ia menatap tajam, memfokuskan perhatiannya kepada target yang telah ditentukan."Hiyah!" Shi Liong menjerit keras. "Terima ini!" Diikuti dengan gerakan yang cepat.Ia melemparkan pisaunya ke udara, dan mengalirkan tenaga dalam ke senjata itu, membuatnya mampu bergerak dengan sendirinya. Namun, yang menarik perhatian dari teknik tersebut adalah pisau itu perlahan berubah menjadi dua, tiga, sepuluh, seratus bahkan seribu dan menutupi sebagian wilayah istana, membuat dua kelompok yang sedang bertarung