Home / Fantasi / Sang Pendekar / Runtuhnya Kekuasaan Prabu Domala

Share

Runtuhnya Kekuasaan Prabu Domala

Author: CahyaGumilar79
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, serangan balasan dari para prajurit kerajaan Sirnabaya kembali dilancarkan. Saat itu, mereka menyerang dengan kekuatan penuh yang melibatkan sekitar 25 ribu pasukan dengan bersenjatakan lengkap dan menyertakan meriam sundut paling mutakhir yang mereka miliki.

Berdasarkan fakta yang ada, kemungkinan besar sebagian wilayah kerajaan Kundar akan luluh lanta dengan serangan meriam-meriam tersebut.

Prabu Erlangga tampak khawatir dengan kondisi perang yang terus menerus terjadi, sehingga ia pun memutuskan untuk segera berangkat ke kerajaan Sirnabaya dengan niat ingin bermusyawarah dengan pihak kerajaan tersebut, agar segera menghentikan serangan tersebut.

Tiga hari kemudian, Prabu Erlangga sudah duduk bersama dengan Prabu Jala Sena di pendapa istana kerajaan Sirnabaya. Ia pun langsung mengutarakan niatnya, meminta kepada Prabu Jala Sena untuk segera memerintahkan para prajuritnya agar segera menghentikan agresi tersebut, yang sudah berlangsung hampir bebera
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Pendekar   Kunjungan Pertama Prabu Erlangga

    Prabu Erlangga menempatkan sekitar 25000 pasukan yang menyebar di seluruh wilayah kerajaan Kundar yang sudah resmi menjadi bagian penting bagi kerajaan Sanggabuana.Karena mulai saat itu, Prabu Erlangga resmi menjadi raja bagi penduduk kerajaan persemakmuran Kundar.Hal tersebut, telah diputuskan oleh para petinggi istana kerajaan Kundar dan sudah mendapatkan restu dari rakyat kerajaan tersebut."Akhirnya kita bisa bergabung dengan kerajaan Sanggabuana dan mempunyai raja yang baik dan bijaksana," berkata seorang pria paruh baya di hadapan rekannya."Ini adalah rahmat Allah, kita sebagai kaum Muslim akan lebih tenang lagi dalam menjalankan ibadah," jawab penduduk lainnya, di sela perbincangannya di sebuah rumah sederhana yang ada di wilayah selatan kerajaan tersebut yang mayoritas penduduknya beragama Islam.Wilayah tersebut merupakan wilayah kadipaten Jaya Kencana yang berbatasan langsung dengan kadipaten Conan Selatan.Dari kejauhan tampak seorang pemu

  • Sang Pendekar   Pertarungan Prabu Erlangga Dengan Siluman

    Malam harinya, sepulang dari kerajaan Kundar. prabu Erlangga seperti terhanyut dalam sebuah mimpi. Namun itu bukanlah mimpi yang sesungguhnya, roh dalam tubuhnya dipaksa untuk keluar, karena dahsyatnya kekuatan yang mengharuskan jiwa sang raja keluar dari raganya untuk melakukan pertarungan dengan seorang siluman utusan Prabu Wihesa dari kerajaan Kuta Waluya."Hendak melakukan apalagi kau, Siluman?" kata sang raja berdiri di hadapan siluman itu.Siluman tersebut tak lantas menjawab, sorot matanya yang bersinar dengan kelopak mata biru kehitam-hitaman terus menatap tajam wajah Prabu Erlangga. Kemudian, ia pun tertawa, "Ha ... ha ... ha ...."Lalu, makhluk menyeramkan itu berkata, "Hadapi saja aku, tidak perlu kau tanya apa maksud kedatanganku!" tantangannya.Prabu Erlangga masih bersikap tenang dan tidak terpancing emosi oleh bentakkan kasar dari siluman tersebut."Aku tidak ada urusan denganmu," kata Prabu Erlangga. "Sebaiknya kau pergi dari sini dan jangan

  • Sang Pendekar   Binasanya Kolana Mandang

    Malam harinya, di depan kaputren sudah ada empat belas prajurit pengawal pria, dan tujuh orang prajurit wanita terbaik pilihan. Sengaja ditugaskan oleh sang raja untuk menjaga keamanan sang ratu.Sementara di dalam kamar permaisuri, hadir pula dua prajurit wanita dan dua dayang-dayang istana turut menemani sang ratu malam itu."Sebaiknya, Gusti Ratu beristirahat sejenak. Jangan khawatir dengan keadaan seperti ini, kandungan Gusti Ratu juga harus dijaga!" ucap seorang dayang berbicara di hadapan sang ratu.Arimbi tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai bentuk apresiasi terhadap kepedulian yang diberikan oleh dayang kepercayaannya itu. Ia pun segera merebahkan tubuh di atas ranjang yang berhiaskan berlian dan permata, serta beberapa pernak-pernik yang terbuat dari bahan emas menghiasai ranjang dan kamar pribadi sang permaisuri.Dua dayang yang sangat setia, mereka rela menahan ngantuk demi menjaga sang permaisuri, begitu pula dengan dua pengawal pribadi sang

  • Sang Pendekar   Ki Butrik Dihadang Oleh Dua Pendekar

    Dalam perjalanan menuju ke Kuta Tandingan Timur. Tiba-tiba saja, Ki Butrik dan kedua prajurit yang ikut dengannya dihadang oleh kedua orang pendekar.Mereka adalah dua orang pendekar dari Padepokan Wereng Ireng. Namun, mereka sudah diusir oleh Ki Sowandaru terkait persoalan yang menyeret mereka terlibat ke dalamnya."Siapa kalian, Ki Sanak?" tanya Ki Butrik menghentikan laju langkah kuda yang menarik keretanya.Kedua pendekar itu tidak segera menyahut. Dada mereka masih saja diamuk oleh keragu- raguan yang sangat besar. Sejatinya, kedua pendekar itu berniat untuk melakukan perampokan. Namun, mereka tampak ragu ketika tahu bahwa Ki Butrik dan dua orang yang ikut dengannya adalah orang suruhan dari kerajaan Sanggabuana."Mereka adalah para prajurit kerajaan Sanggabuana," bisik salah seorang dari mereka mengarah kepada temannya."Aku tidak peduli, lagi pula kita sudah dapat cap jelek di mata Ki Sowandaru," ucapnya maju beberapa langkah ke depan.Kalimat de

  • Sang Pendekar   Ancaman Untuk Adipati Soarna dan Adipati Sargeni

    Setibanya di istana, Panglima Jaka kelan segera menemui sang raja dan sang maha patih yang kebetulan sedang berkumpul bersama Adipati Sargeni dan Adipati Soarna."Bagaimana kabar tentang Patih Anggadita? Apakah dia baik-baik saja?" bertanya sang raja sembari menatap wajah Panglima Jaka Kelana."Kabar baik menyertai sang patih. Katanya awal bulan nanti, Gusti Patih Anggadita akan berkunjung ke sini," jawab Panglima Jaka Kelana penuh hormat."Baiklah, silahkan duduk dan nikmati makanan dan minuman ini! Ini semua makanan yang dibawa oleh Adipati Soarna dan Adipati Sargeni!" Sang raja menoleh ke arah dua adipati yang duduk di sebelahnya itu."Iya, Gusti Prabu. Terima kasih banyak." Panglima Jaka Kelana segera menikmati makanan yang sudah tersaji di atas meja yang ada di pendapa tersebut.Setelah itu, Adipati Soarna langsung mengutarakan niat kedatangannya. Ia melaporkan adanya gangguan dari beberapa pemberontak yang berada di dalam hutan Conan, hal demikian dira

  • Sang Pendekar   Senopati Lintang Hendak Mengusir Pemberontak

    Keesokan harinya tepat menjelang sore, Panglima Jaka Kelana dan Senopati Lintang serta ribuan pasukan dengan persenjataan lengkap sudah bersiap hendak melakukan perjalanan jauh menuju ke kadipaten Conan Selatan dan Conan Utara untuk mengamankan kedua kadipaten tersebut dari teror para pemberontak yang akhir-akhir ini kerap melakukan teror terhadap para penduduk.Tampak seribu prajurit khusus sudah bersiap untuk segera berangkat, ada sekitar 300 pasukan kuda dan 20 pedati yang ditarik oleh beberapa ekor sapi yang membawa peralatan kemah dan juga bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama bertugas di sana."Aku harap kalian berhati-hati dan waspada terhadap para pemberontak itu!" pesan Prabu Erlangga di sela pelepasan para prajurit kerajaan yang hendak bertugas menumpas para pemberontak yang berada di hutan Conan."Baik, Gusti Prabu," ucap Senopati Lintang.Selain dirinya, istrinya pun ikut dalam tugas tersebut. Winiresti bersama ratusan prajurit wanita dan pasuka

  • Sang Pendekar   Persiapan Dalam menggempur Para Pemberontak

    Ternyata semua rencana berjalan seperti yang telah diperhitungkan. Pasukan pemberontak akhirnya mundur tepat pada waktunya, meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak melakukan gangguan terhadap mereka.Pra prajurit kerajaan Sanggabuana yang baru tiba itu, sangat merasakan kenyamanan setelah melakukan perjalanan jauh, tiba di tempat tersebut tanpa ada halangan."Bersyukurlah, kita datang mereka sudah lebih dulu ketakutan dan menjauh dari tempat ini," ujar Wanakarma sang panglima perang yang baru saja pulang dari Kepatihan Waluya Jaya dan langsung ikut bersama Senopati Lintang ke Alas Conan."Aku harap, kalian bisa menikmati istirahat kalian malam ini," timpal Panglima Jaka Kelana.Dari kelima ratus prajurit yang dipimpinnya itu, yang bertugas jaga hanya sekitar seratus prajurit saja, itu pun secara bergiliran agar mereka tidak terlalu kelelahan ketika akan menggempur pertahanan musuh di dalam hutan tersebut."Kalian harus segera istirahat!" seru Pangl

  • Sang Pendekar   Tewasnya Pimpinan Pemberontak

    Beberapa saat kemudian, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah berhasil mendekat ke arah lembah tempat keberadaan para pemberontak tersebut, Panglima Wanakarma dan Panglima Jaka Kelana segera membagi tugas."Kau dengan 150 prajurit segera naik ke bukit sana, aku dan yang lainnya tetap di sini!" bisik Panglima Jaka Kelana."Baik, Panglima." Panglima Wanakarma segera turun dari kudanya. Setelah mengikatkan tali kuda, ia langsung memerintahkan para prajuritnya untuk segera naik ke atas bukit yang berada tepat di atas lembah. Dengan penuh kehati-hatian dan terkesan senyap, Panglima Wanakarma dan para prajuritnya mulai bergerak perlahan naik ke atas bukit dengan maksud menyergap para prajurit musuh yang berada di beberapa saung yang mereka dirikan si atas bukit tersebut."Kalian langsung sergap mereka! Jika mereka tidak melakukan perlawanan jangan sakiti mereka!" perintah Panglima Wanakarma.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas tersebut dan langsung

Latest chapter

  • Sang Pendekar   Maha Patih Akilang (Bab terakhir)

    Sore hari, setelah berangkatnya Senopati Yurawida ke istana kerajaan Sanggabuana. Maha Patih Akilang kembali melakukan perbincangan dengan para prajurit senior. Kebrutalan para prajurit kerajaan Sirnabaya masih menjadi topik penting dalam perbincangan tersebut."Hidupku tidak akan pernah merasa tenang sebelum bisa membalas kematian para prajurit kita dan aku berjanzi akan menghancurkan kerajaan Sirnabaya yang sudah bertindak sewenang-wenang terhadap kerajaan kita!" kata Maha Patih Akilang berbicara dengan para prajuritnya di pendapa istana kepatihan."Aku pikir ini semua hanya sebuah kesalahpahaman saja, Gusti Patih?" tanya seorang prajurit senior mengerutkan kening."Itu hanya alasan dari Jaka Sena. Sebenarnya ia sudah merancang sedemikian rupa," jawab Maha Patih Akilang di antara deru napas yang bergejolak penuh dengan amarah yang sudah membumbung tinggi di dalam jiwa dan pikirannya kala itu."Saat masih menjabat sebagai panglima pasukan sejagat raya pun, ia sudah berusaha menekan pa

  • Sang Pendekar   Serangan Mendadak Dari Pasukan Kerajaan Sirnabaya

    Dengan demikian, Darunda dan Panglima Janeka terus berbincang sambil mengamati pergerakan pasukan musuh. Mereka duduk santai di sebuah bangku panjang yang ada di atas tembok raksasa yang menjulang tinggi—pagar pembatas dan benteng pertahanan wilayah kerajaan Sanggabuana."Prabu Wihesa adalah murid Ki Buyut Dalem, dia dibesarkan di wilayah kepatihan Waluya Jaya semasa masih menjadi sebuah kadipaten sebelum bergabung dengan kerajaan Sanggabuana," terang Panglima Janeka."Aku baru tahu, ternyata Wihesa merupakan seorang pendekar sakti yang memiliki ilmu kanuragan yang sangat mumpuni," ujar Darunda.Panglima Janeka menghela napas dalam-dalam, kemudian mengeluarkan perlahan sambil tersenyum memandang cahaya obor yang tampak remang-remang di tengah hutan.Posisi Panglima Janeka dan Darunda kala itu berada di atas tembok raksasa, sehingga apa pun yang terjadi di dalam hutan akan terlihat, apalagi dengan kondisi hutan yang gundul seperti itu.Kala itu, hanya D

  • Sang Pendekar   Pergerakan Dari Pasukan Kuta Waluya

    Di saung tersebut, sang raja langsung membicarakan sesuatu yang sangat penting kepada pendekar muda itu. Sejatinya, raja dan maha patih sangat tertarik kepada Kumba dan mereka berniat untuk merekrut pemuda itu untuk menjadi seorang prajurit kerajaan.Semua berdasarkan penilaian dari sang raja dan maha patih yang suka dengan kepiawaian pendekar tersebut dalam hal olah kanuragan."Seandainya kau mau dan siap. Aku akan menawarkan sesuatu buatmu," kata sang raja lirih, pandangannya lurus ke wajah Kumba.Kumba menghela napas sejenak. Ia berpikir, "Apakah aku layak menjadi prajurit di kerajaan? Sedangkan kemampuanku hanya terbatas?"Maha Patih Randu Aji mengerutkan kening dan mengamati Kumba yang hanya diam termangu. "Jawablah! Jika kau bersedia, kau akan mendapatkan kedudukan sebagai prajurit dan bisa mendapatkan pelatihan khusus dari para pelatih ilmu beladiri di Padepokan Kumbang Hitam!" timpal Maha Patih Randu Aji menatap tajam wajah Kumba–sang pendekar muda

  • Sang Pendekar   Kumba Sang Pendekar

    Ketika fajar sudah menyingsing, para prajurit kerajaan Sanggabuana segera bergerak melewati perbatasan wilayah kerajaan Sanggabuana. Kemudian, ribuan pasukan tersebut memasuki hutan dengan maksud mengambil jalan pintas hendak menuju barak para prajurit kerajaan Sirnabaya—yang menjadi target utama serangan pagi itu.Beberapa meter hampir mendekati target, Senopati Yurawida segera menyeru kepada para prajuritnya untuk berhenti sejenak. Dengan demikian, pasukan yang berjalan di barisan terdepan pun segera menghentikan langkah mereka."Tugas utama kita adalah menghancurkan barak musuh dan mengusir mereka agar menjauh dari daerah ini!" kata Senopati Yurawida berkata kepada para panglimanya yang kala itu berada di barisan terdepan ribuan pasukan tersebut."Tapi ingat! Kalian harus berhati-hati, jangan sampai menimbulkan banyak korban dari prajurit kita!" pinta sang senopati menambahkan."Baik, Senopati. Kami akan melindungi pasukan di barisan depan dengan menggun

  • Sang Pendekar   Menjelang Perang Di Batas Kerajaan

    Namun, para prajurit tersebut berlari dengan begitu cepat. Sehingga para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak dapat mengejar mereka.Entah ke mana larinya mereka? Langkah dan pergerakan mereka sudah tidak dapat dideteksi ketika masuk ke wilayah kerajaan Sirnabaya.Akan tetapi, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah dapat mengetahui, bahwa para penyusup itu merupakan kelompok prajurit kerajaan Sirnabaya yang sengaja masuk ke wilayah kedaulatan Kundar yang kini sudah masuk dalam wilayah kerajaan utama Sanggabuana.Hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak Panglima Amerya yang kala itu dipercaya sebagai pimpinan keamanan di wilayah tersebut. "Apa maksud mereka, hingga berani menyusup ke wilayah kita?" tanya Panglima Amerya mengarah kepada seorang prajurit yang baru kembali setelah mengejar para penyusup itu.Prajurit itu mengerutkan keningnya, tampak tidak memahami apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh para penyusup tersebut."Entahlah, aku p

  • Sang Pendekar   Terbentuknya Kadipaten Conada

    Sebulan kemudian, Prabu Erlangga langsung memanggil Dewangga, Dasamuka, dan segenap tokoh masyarakat Conada. Prabu Erlangga hendak membicarakan kesepakatan bersama tentang pembentukan kadipaten Conada sesuai keinginan rakyat di daerah tersebut.Prabu Erlangga dan para tokoh utama Conada segera menggelar pembicaraan penting yang membahas pembentukan pejabat pemerintahan untuk memimpin kadipaten Conada, musyawarah tersebut dihadiri pula oleh para petinggi istana dan juga Adipati Sargeni serta Adipati Soarna sebagai perwakilan dari daerah yang dulunya merupakan bagian dari induk daerah Conada yang sebagian besar wilayah tersebut masuk di dalam wilayah pemerintahan dua kadipaten itu."Apakah kalian akan menyetujui dan menerima keputusanku, jika aku sendiri yang memilih siapa yang layak menjadi seorang pemimpin yang akan menjadi adipati di kadipaten Conada?" tanya sang raja di sela perbincangannya dengan para tokoh masyarakat Conada.Dasamuka dan tokoh masyarakat Conada ya

  • Sang Pendekar   Tewasnya Pimpinan Pemberontak

    Beberapa saat kemudian, para prajurit kerajaan Sanggabuana sudah berhasil mendekat ke arah lembah tempat keberadaan para pemberontak tersebut, Panglima Wanakarma dan Panglima Jaka Kelana segera membagi tugas."Kau dengan 150 prajurit segera naik ke bukit sana, aku dan yang lainnya tetap di sini!" bisik Panglima Jaka Kelana."Baik, Panglima." Panglima Wanakarma segera turun dari kudanya. Setelah mengikatkan tali kuda, ia langsung memerintahkan para prajuritnya untuk segera naik ke atas bukit yang berada tepat di atas lembah. Dengan penuh kehati-hatian dan terkesan senyap, Panglima Wanakarma dan para prajuritnya mulai bergerak perlahan naik ke atas bukit dengan maksud menyergap para prajurit musuh yang berada di beberapa saung yang mereka dirikan si atas bukit tersebut."Kalian langsung sergap mereka! Jika mereka tidak melakukan perlawanan jangan sakiti mereka!" perintah Panglima Wanakarma.Para prajurit itu pun segera melaksanakan tugas tersebut dan langsung

  • Sang Pendekar   Persiapan Dalam menggempur Para Pemberontak

    Ternyata semua rencana berjalan seperti yang telah diperhitungkan. Pasukan pemberontak akhirnya mundur tepat pada waktunya, meskipun para prajurit kerajaan Sanggabuana tidak melakukan gangguan terhadap mereka.Pra prajurit kerajaan Sanggabuana yang baru tiba itu, sangat merasakan kenyamanan setelah melakukan perjalanan jauh, tiba di tempat tersebut tanpa ada halangan."Bersyukurlah, kita datang mereka sudah lebih dulu ketakutan dan menjauh dari tempat ini," ujar Wanakarma sang panglima perang yang baru saja pulang dari Kepatihan Waluya Jaya dan langsung ikut bersama Senopati Lintang ke Alas Conan."Aku harap, kalian bisa menikmati istirahat kalian malam ini," timpal Panglima Jaka Kelana.Dari kelima ratus prajurit yang dipimpinnya itu, yang bertugas jaga hanya sekitar seratus prajurit saja, itu pun secara bergiliran agar mereka tidak terlalu kelelahan ketika akan menggempur pertahanan musuh di dalam hutan tersebut."Kalian harus segera istirahat!" seru Pangl

  • Sang Pendekar   Senopati Lintang Hendak Mengusir Pemberontak

    Keesokan harinya tepat menjelang sore, Panglima Jaka Kelana dan Senopati Lintang serta ribuan pasukan dengan persenjataan lengkap sudah bersiap hendak melakukan perjalanan jauh menuju ke kadipaten Conan Selatan dan Conan Utara untuk mengamankan kedua kadipaten tersebut dari teror para pemberontak yang akhir-akhir ini kerap melakukan teror terhadap para penduduk.Tampak seribu prajurit khusus sudah bersiap untuk segera berangkat, ada sekitar 300 pasukan kuda dan 20 pedati yang ditarik oleh beberapa ekor sapi yang membawa peralatan kemah dan juga bahan makanan untuk perbekalan para prajurit selama bertugas di sana."Aku harap kalian berhati-hati dan waspada terhadap para pemberontak itu!" pesan Prabu Erlangga di sela pelepasan para prajurit kerajaan yang hendak bertugas menumpas para pemberontak yang berada di hutan Conan."Baik, Gusti Prabu," ucap Senopati Lintang.Selain dirinya, istrinya pun ikut dalam tugas tersebut. Winiresti bersama ratusan prajurit wanita dan pasuka

DMCA.com Protection Status