Home / All / Sang Panglima Perang / Ujian Tes Masuk Prajurit

Share

Ujian Tes Masuk Prajurit

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

    Saat selesai mendaftarkan diri seluruh calon pelamar dikumpulkan untuk mengikuti tiga tes yang akan menentukan mereka lolos atau tidak. Dan tes yang pertama adalah tes tulisan. Zhang Yuan sedikit ragu jika dia bisa lolos di tes ini sebab dia sama sekali tidak pernah mengikuti pelajaran mana pun di masa lalu.

    Semua pelamar sudah duduk di meja masing-masing dengan berjarak agar mencegah mereka untuk saling mencontek jawaban. Lembar kosong telah dibagikan ke semua meja untuk mereka. Seorang pengawas juga membuka sebuah kertas besar dengan bertuliskan satu pertanyaan saja yang harus mereka jawab.

    Semua orang diizinkan mengerjakannya dalam waktu lima belas menit. Sementara yang lainnya sibuk menulis pertanyaan mereka dilembar jawaban, Zhang Yuan sendiri masih terdiam menatap ke lembar pertanyaan yang ada di depan. Bukannya tak tahu harus menjawab apa, tapi pertanyaan itu justru membuat dilema hatiny

Cristi Rottie

Catatan Author : Orang terkuat adalah orang yang mampu mengelola kemampuan diri di situasi mana pun. Ada bukan berarti nyata, dan yang nyata bukan berarti ada. Terima kasih karena masih setia membaca perjalanan Zhang Yuan, semoga setiap babnya kalian suka. Mohon tinggalkan komentar dan tanggapan dari para pembaca sekalian.

| 2
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Heru Susanto
mantaps Quote Speechx
goodnovel comment avatar
Yan Paresae
suka ceritanya..tidak berbelit2 dan menginspirasi.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Hasil Yang Memuaskan

    Pedang, tombak, busur panah, dan tameng telah berbaris rapi untuk di coba oleh para pelamar. Satu persatu maju ke depan dan menggunakan semua alat itu dengan bantuan seorang prajurit yang menjadi objek lawan mereka untuk menggunakan pedang dan tombak. Sedangkan untuk busur panah ada objek yang menjadi target anak panah yang akan mereka tembak. Jika dari ketiga alat perang itu tak dikuasai oleh mereka satupun maka tameng adalah pilihan terakhir. Ternyata ada banyak juga pelamar yang terbagi dalam empat alat perang yang ada di depan, tapi yang terbanyak justru ada pada tameng, dan ketiga alat lainnya sangat sedikit. Tiba saat giliran Zhang Yuan, dia melewati pedang dan tombak hanya untuk memilih busur panah sebagai alat perangnya. Pandangan mata tertuju di kejauhan tepat di mana target menempel di tiang pohon. Zhang Yuan mengangkat busur panah dan meletakkan anak panahnya

  • Sang Panglima Perang   Bergabung Bersama Prajurit Song

    Zhang Yuan hanya terdiam menengadah ke atas langit yang cerah. Di sana dia lepaskan harapan terhadap kedua orang tuanya agar bisa melihat semua jalannya hingga bisa menjadi prajurit tak terkalahkan. “Anak muda, bagaimana kau bisa menjawab jawaban seperti itu di ujian pertamamu? Kalau bukan karena penilaianku sendiri, kau mungkin tak akan lolos di tahap pertama.” Zhang Yuan terdiam. Dia menggaruk kepalanya, sebab hanya bisa menjawab sesuai dengan perkataan sang ayah yang dia ingat di masa lalu. Jika perang melibatkan rakyat maka lebih baik mundur, karena adanya prajurit untuk melindungi kerajaan, dan tanpa rakyat maka tak akan pernah ada kerajaan. Pemimpin tak pernah akan jadi seorang pemimpin jika tak ada yang dia pimpin. Yang ada hanya akan menjadi bangunan megah tanpa pemilik. “Itu sebabnya, aku memilihmu dan memberikan kesempatan padamu. Tidak menyangka, kalau piliha

  • Sang Panglima Perang   Perbatasan Timur

    Semangat para prajurit baru yang begitu besar membuat mereka segera berbalik dan berlari untuk mendapatkan token nama terlebih dahulu. Bagi prajurit baru seperti mereka hal ini sangat berguna untuk mendapatkan nama di medan peperangan. Dengan ambisi masing-masing mendorong mereka untuk menjadi kesepuluh orang yang mendapatkan kesempatan langka untuk bertarung di medan perang bersama dengan prajurit elit sang jenderal besar. Melihat betapa antusiasnya mereka, Zhang Yuan juga ikut berlari dan memanjat ke atas sana. Tapi sayangnya setiap orang memiliki ambisi mereka masing-masing dan ingin menjadi orang yang beruntung itu. Terjadi perkelahian di atas sana yang menyebabkan beberapa dari mereka harus terjatuh ke bawah. Zhang Yuan juga mendapatkan halangan pertamanya dengan seseorang yang mencoba untuk mendorongnya agar terjatuh, tapi sayang dia malah menghindar dan menjatuhkan lelaki tersebut. Jika tak ada yang meng

  • Sang Panglima Perang   Medan Perang Pertama

    Benar! Jing Lei adalah komandan utama dari jenderal besar Zhang Jin setahun yang lalu, dan sekarang dia diangkat menjadi jenderal besar kerajaan Song atas konstribusinya terhadap kaisar Qin Huang. Menurut kabar yang beredar Jing Lei adalah orang yang memberitahukan pengkhianatan Zhang Jin terhadap penasihat kerajaan dan akhirnya mendapatkan pengakuan atas kesetiaannya. Hal ini jelas telah diketahui oleh semua prajurit, tapi tidak dengan Zhang Yuan yang baru saja keluar setelah setahun lebih tinggal di hutan kaki gunung. Mata Zhang Yuan membelalak, senyum tipis terukir di wajahnya begitu melihat sosok Jing Lei yang berdiri di depan sana. Akhirnya dia bisa menemukan seseorang yang bisa menceritakan tentang apa yang terjadi terhadap ayahnya di medan perang. “Lapor!” teriak seorang prajurit yang menunggangi kuda, menerobos barisan untuk membawakan kabar pemantauan terhadap prajurit musuh.

  • Sang Panglima Perang   Menantang Jenderal Murong

    Satu tebasan pedang hingga berkali-kali serangan membuat seluruh tubuhnya kini bermandikan noda darah para musuh. Medan pertempuran pertama bagi Zhang Yuan mengajarkan tentang melawan ketakutan dalam hidupnya. Jika dulu dia merasa jijik dengan darah, sekarang hal itu justru menjadi kekuatannya. Bermandikan darah dari prajurit musuh yang menyebabkan kematian kakaknya Zhang Fei ternyata belum cukup untuk membalaskan dendam. Jauh di pandangan mata, jenderal besar kerajaan Huan masih berdiam dalam barisannya, menjadi penonton akan peperangan itu. Prajurit Song kalah banyak jika dibandingan dengan prajurit Huan. Zhang Yuan sadar jika dengan berperang seperti ini mereka belum bisa menggerakkan jenderal Huan untuk masuk ke dalam peperangan, maka mereka akan kehilangan banyak prajurit yang nantinya akan berakhir sia-sia. Mendapatkan kesempatan dia melompat ke atas kuda dan menerobos kerumunan prajurit yang bertempur. Seb

  • Sang Panglima Perang   Duel dengan Jenderal Murong

    Bukan hanya pedang saja yang bergetar, bahkan nyalinya saja ikut merasakan hal yang sama. Namun jika sudah berada pada situasi penting seperti ini tak akan ada gunanya jika menunjukkan rasa takut di depan musuh. Zhang Yuan mencengkeram kuat pedang dengan kedua tangannya. Saat ini senyuman angkuh di wajah jenderal Murong membuat Zhang Yuan terpaksa harus menggunakan topeng keberanian agar musuh tidak semakin menyudutkan mentalnya. Serangan berikutnya, tabrakan kedua pedang saling beradu kekuatan di udara dan tak membiarkan keduanya saling melepaskan. Serangan lain datang dari layangan pukulan tangan Murong yang satunya, tapi Zhang Yuan berhasil menghindar dan menyerang balik dengan tendangan kaki yang mendarat tepat di perut Murong. Keduanya saling melerai, tapi hal itu hanya tak lama sebab Murong tak terima jika seorang prajurit biasa saja bisa menyentuh tubuhnya, jadi dia memaksimalk

  • Sang Panglima Perang   Kemenangan Pertama

    Tebasan pertama, kedua, dan ketiga masih bisa dihindari oleh Murong. Namun tebasan berikutnya yang dikerahkan Zhang Yuan dengan sekuat tenaga berhasil melemparkan topi perang yang dipakai Murong. Semua mata yang melihat adegan itu tercengang bahkan terkejut. Begitu juga dengan jenderal Murong sendiri, matanya terpaku ke hadapan Zhang Yuan saat rambutnya terurai sebab tak lagi memakai topi perang. Tepat di pipinya sebuah tanda merah yang memanjang terukir lurus dan mengeluarkan darah segar yang mengalir hingga ke berewok tebalnya. Dengan geram dia mengangkat tangannya untuk memegang luka sayatan di wajah. Darah yang menjadi noda di jemari tangannya membuat dia tak habis pikir akan kemampuan Zhang Yuan. Hal ini justru sangat mempermalukan harga dirinya di depan prajurit yang dia pimpin. “Kau kalah, jenderal Murong!” “Siapa kau sebenarnya?!”

  • Sang Panglima Perang   Tantangan

    “Kau telah menyebabkan buruanku lari dari perangkap yang telah aku sediakan, menurutmu?—” “Aku bersedia membawa kembali jenderal Murong!” Entah mengapa sifat Jing Lei tidak dapat dikenal lagi, dia terlihat begitu kejam persis seperti ayahnya Zhang Jin saat menjadi jenderal besar. Apa semua orang yang menjadi jenderal besar, sifat dan karakternya akan berubah. Mendengar perkataan Zhang Yuan, mata Jing Lei terpaku akan keberaniannya. Dia tertawa keras diikuti tawa dari Wu Cheng dan Tuoba Gong. Mereka menertawakan keberanian dan kebodohan Zhang Yuan. Zhang Yuan berlutut dan menjura di hadapan Jing Lei, “mohon jenderal besar memerintahkanku!” Tawa mereka semua terdiam begitu melihat keseriusan Zhang Yuan. Tiba-tiba seorang prajurit menyela dari luar ruangan dengan melaporkan kalau b

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status