Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Hari Ujian Kekaisaran

Share

Hari Ujian Kekaisaran

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    Ternyata dugaan Zhang Yuan benar setelah melihat isi pesan yang baru saja diberikan oleh Liu Bai. Pasukan Tuoba Gong telah memulai perjalanan rahasia menuju ke istana tanpa perintah militer, dan diperkirakan akan tiba tepat di saat malam perjamuan diadakan.

    Chao Yun yang penasaran melirik isi pesan yang ada di tangan Zhang Yuan, tapi tulisan yang ada di sana sama sekali tidak dia pahami, “apa maksudnya?”

    Zhang Yuan menjelaskan kalau itu pesan rahasia yang hanya diketahui oleh dia dan prajurit seratus, jadi siapa pun tak akan mengetahuinya. Dia pun menceritakan apa isi pesan itu kepada Chao Yun.

    “Berapa banyak pasukan yang dia miliki?”

    “Sekitar tiga ribu lebih.” Liu Bai segera menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut Chao Yun begitu mengetahui arti dari pesan itu.

    “Hanya dengan tiga ribu lebih

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mois Weller
sedikit sekaliiii updatenya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Berkunjung Ke Rumah Bunga

    Proses seleksi ujian kekaisaran berakhir dengan baik. Dari lima ratus peserta hanya ada sepuluh orang yang lolos, dan sudah dipastikan kalau kesepuluh orang ini sebelumnya pernah berinteraksi dengan Dong Shuo. Kabar gembira ini segera diberitahukan ke istana sebab peserta yang lolos dalam ujian kali ini adalah yang terbaik selama diberlakukannya ujian kekaisaran. Aula istana tak seperti biasa sebab adanya kesepuluh pejabat yang baru lolos dalam ujian kekaisaran. Satu persatu dari mereka diperkenalkan oleh Yongsheng bersamaan dengan jabatan yang telah ditentukan sebelumnya. “Selamat Yang Mulia telah mendapatkan pejabat baru yang berbakat dan terampil.” Semua orang menyelamatinya seolah mendapatkan berlian, tapi bagi Qin Huang, hal ini bukanlah keberuntungan melainkan jalan awal bagi pemberontak untuk merebut kerajaan miliknya. “Tutor agung, penasihat Dong, kali ini kalian telah berjasa

  • Sang Panglima Perang   Tujuan Pertemuan

    Zhang Yuan terbungkam. Seseorang yang dimaksud pasti adalah Dong Shuo, sebab itulah alasan dia datang berkunjung. “Kak Yuri, ayolah, jangan menakutiku,” ucap Zhang Yuan lagi, memasang wajah tak berdaya seperti yang dia lakukan di masa lalu saat hendak meminta sesuatu yang tak mungkin dikabulkan. Zhang Yuan tahu, meski Yuri adalah seorang pemilik bordil yang dikenal sebagai wanita egois dan materialistis tapi setelah bertahun-tahun mengenalnya ada kelembutan dan rasa empati besar yang sengaja disembunyikan. Itu sebabnya dia merasa lebih nyaman berlama-lama di rumah bordil, apalagi ditemani dengan gadis-gadis cantik penjaring keuntungan bagi Yuri. “Oh, seorang panglima perang yang membunuh musuhnya dengan sekali tebasan bisa takut pada wanita cantik dan lemah lembut sepertiku?” “Benar-benar, kecantikan Kak Yuri memang sangat menakutkan.” &n

  • Sang Panglima Perang   Rencana Berlapis Milik Dong Shuo

    Yuri menadahkan telapak tangannya ke hadapan Zhang Yuan tanpa bersuara sedikit pun. Isyarat ini sangat dipahami oleh Zhang Yuan, untung saja dia telah menyiapkan sebelum pertemuan mereka. Namun bukan maksud untuk menindih pemberian Dong Shuo melainkan memang dengan sukarela memberikannya pada Yuri. Zhang Yuan merogoh ke dalam saku lengan baju lalu mengeluarkan beberapa lembar surat kepemilikan tanah dan rumah. Dengan cepatnya beberapa lembaran kertas itu menghilang dari tangan Zhang Yuan karena kecepatan tangan Yuri mengambil. Terlihat jelas senyuman kepuasan di maniknya yang berbinar, “sebanyak ini? Apa kau tak takut miskin sebelum berkeluarga?” “Tidak akan. Hanya beberapa lembar kertas saja tak akan membuatku miskin. Lagipula tanah dan rumah itu tak ada yang mengurusnya. Anggap saja aku sedang mempercayakan pada Kak Yuri untuk mengelolanya.”&

  • Sang Panglima Perang   Susunan Rencana Penting

    Zhang Yuan terdiam menatap sorot mata tajam sang gadis. Dalam ingatannya seperti pernah bertemu dengan gadis penari itu. “Ah, No-nona Rui? Kenapa kau ada di sini? Bukankah seharusnya kau ada di—” “Kalian pergilah, biar aku yang mengurus masalah ini,” sela Rui menoleh sekilas ke belakang, memberikan perintah pada beberapa gadis penari lainnya. Zhang Yuan masih terdiam sebab dia tahu kalau wanita yang ada di depannya ini adalah gadis populer di rumah bordil saat dia memasuki ibukota kerajaan Wei. Tak menyangka Rui adalah gadis milik Yuri juga. “Nona Rui, mengenai pertemuan kita waktu itu, aku memiliki kesulitan hingga tak bisa mengungkapkan identitasku—” “Aku mengerti. Lagipula itu hanya masa lalu, kau juga sudah membayarku.” Zhang Yuan yang sejak tadi t

  • Sang Panglima Perang   Perjamuan Istana

    Aula istana yang telah dipersiapkan untuk mengadakan perjamuan sudah didatangi oleh semua menteri, pejabat dan tentu saja para peserta yang baru lolos dari ujian kekaisaran. Tak hanya itu, kedatangan Qin Huang juga menjadi pusat perhatian semua orang sebab kali ini dia tak sendiri melainkan bersama dengan selir Yinping. Kabar tentang selir kerajaan—Yinping yang telah menjadi kesayangan kaisar Qin Huang ternyata benar, hubungan mereka berdua terlihat begitu harmonis di pandangan semua orang. “Perhatikan di mana matamu memandang, bocah tengik,” bisik Chao Yun menoleh ke samping Zhang Yuan. Sejak tadi dia telah memperhatikan bagaimana mata Zhang Yuan menatap Yinping begitu memasuki aula perjamuan. “Jika seseorang tak sengaja memperhatikan arah pandanganmu, mereka akan berpikir kau bermaksud lain,” lagi ucap Chao Yun dengan suara pelan yang hanya bisa didengarkan oleh mereka berdua.

  • Sang Panglima Perang   Arak Beracun

    Beberapa menteri terkulai lemas di tempat duduk mereka. Hal ini menimbulkan kepanikan semua orang hingga satu persatu dari mereka juga mengalami hal yang sama. “Ada racun di araknya!” teriak salah satu pejabat istana menduga hal yang dialaminya. Hal yang sama juga terjadi pada Zhang Yuan dan Chao Yun. Aula perjamuan yang tadinya dipenuhi dengan sukacita kini telah berganti dengan ketegangan. Ada banyak orang-orang penting di dalam sana yang nyawa mereka terancam. Sementara semua orang sedang bergumul dengan efek racun yang mulai menggerogoti tubuh mereka, Dong Shuo justru terdiam santai sambil menikmati tegukan secangkir arak yang baru dia tuangkan. “Penasihat Dong, ada apa ini?!” sosor Qin Huang berdiri dari singgasananya dengan wajah panik. Perkataan Qin Huang sama sekali tidak dipedulikan Dong Shuo, dia meleta

  • Sang Panglima Perang   Tanding Kekuasaan

    Bukan hanya itu saja, Dong Shuo bahkan menceritakan kalau Yuri sudah lama menjadi bawahannya, jadi semua hal tentang rencana Zhang Yuan telah dia ketahui. “Jangan khawatir, aku masih menyisakan penawar racun jika kau menandatangani dokumen ini. Bukankah aku sangat baik?” “Dasar kau Tua Bangka! Selama aku masih bernapas, jangan harap kau bisa selamat!” umpat Zhang Yuan menahan kekesalan yang ada dalam dirinya. Zhang Yuan masih tetap mengeraskan hatinya untuk menolak ajakan Dong Shuo. Namun begitu menoleh ke samping dan melihat Chao Yun yang menderita karena efek racun mulai menyebar, Zhang Yuan mulai ragu. “Begini saja, jika kau menandatanganinya, maka aku akan memberikan obat penawar juga pada gurumu, bagaimana?” “Zhang Yuan, jangan!” Chao Yun menggelengkan kepalanya dengan yakin kalau dia telah memilih jalan kematian sendiri secar

  • Sang Panglima Perang   Tanding Rencana

    Seluruh prajurit milik Dong Shuo segera bergerak menangkap semua orang yang menentangnya terutama Zhang Yuan dan Chao Yun. Terjadi pertarungan antara kedua pasukan yang berselisih, dan tentu saja yang sedikit akan kalah dari yang banyak. Situasi sejak awal telah dikuasai Dong Shuo, meski ada pasukan bantuan dari Zhang Yuan tetap tak bisa membalikan keadaan. “Berhentilah melawan, panglima Zhang. Aku sudah berbesar hati membiarkanmu hidup untuk melihat kejayaanku--” “Aku sarankan untuk menghabisiku sekarang, Dong Shuo. Kau akan menyesal melewatkan kesempatan ini, karena selama aku masih bernapas ... kau tak akan bisa mencapai keinginanmu!” “Pengawal! Awasi dengan ketat panglima Zhang dan jenderal Chao. Aku ada urusan penting yang ingin dibicarakan dengan kaisar!” Dong Shuo membalikan badannya, menghadap Qin Huang yang sudah terkepung dengan banyaknya prajurit. BRUUGH!...

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status