Home / All / Sang Panglima Perang / Bangkai Hewan Di Tepi Sungai

Share

Bangkai Hewan Di Tepi Sungai

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2021-09-19 04:33:30

    Tak ada pilihan lain selain berlari dan memikirkan tempat persembunyian terbaik yang bisa menyelamatkan nyawanya.

    Di bawah sana Zhang Yuan memperhatikan para prajurit jenderal Murong masih mencari dan membuka semak-semak untuk menemukannya, tapi sayang sekali, sekarang Zhang Yuan berada di atas pohon yang rindang dan menjadi penonton mereka semua.

    Jenderal Murong juga masih berdiam di bawah sana dengan memperhatikan sekeliling tempat dia berdiri dengan sorot mata yang tajam. Dia seperti tahu keberadaan Zhang Yuan tak jauh dari tempatnya berada. Perlahan-lahan kuda yang dia tunggangi mendekati poho, di mana Zhang Yuan berada.

    Tepat di bawah pohon itu, jenderal Murong masih memaku seolah menemukan bau musuh yang semakin dekat dengan dirinya. Sedangkan Zhang Yuan yang mengeras di atas sana, perlahan-lahan menelan saliva, berharap jenderal Murong tak akan menemukan tempat persembunyiannya.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Kebusukkan Jing Lei

    Selama beberapa jam berjalan mengikuti jalur yang benar, jauh di depannya terlihat seekor kuda yang terikat di batang pohon. Zhang Yuan berlari mendekatinya dengan senyuman lega karena keberuntungan datang lagi padanya. Namun saat memperhatikan lebih dekat lagi, senyman di wajahnya perlahan menghilang tersebut. Dia teringat lagi di waktu itu, tali kuda tidak putus tapi seperti sengaja dipotong oleh seseorang. Entah siapa yang bermaksud jahat melakukan hal ini lalu memberikan lagi di waktu yang sangat tepat. Zhang Yuan mengangkat dan melihat pedang jenderal Murong di tangannya. Hukuman yang di jalani menjadi tantangan yang bisa dia lewati meski harus melalui beberapa kejutan dan hal gila yang menjijikan seumur hidupnya. Zhang Yuan menunggangi kuda secepat mungkin untuk kembali ke benteng utara. Dia sudah tak sabar melihat wajah Jing Lei yang terpaksa harus memuji kemampuan dan keberaniannya.

    Last Updated : 2021-09-19
  • Sang Panglima Perang   Dentuman Perang Pasukan Huan

    “Apa semua itu benar?” tanya Zhang Yuan menghentikan pembicaraan mereka. “Yang Guang, kau masih baru di dalam pasukan kami. Semua hal itu benar, kalau Jing Lei tidak melaporkan pengkhianatan jenderal Zhang Jin, mana mungkin dia bisa menggantikan posisi jenderal besar,” bisik salah satu dari mereka yang sepertinya tak ingin pembicaraan itu terdengar oleh orang lain. “Pengkhianatan apa yang kalian bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti,” lanjut Zhang Yuan bertanya. “Kami juga baru setahun lebih berada dalam pasukan ini, tapi seluruh kerajaan tahu kalau jenderal Zhang Jin ingin posisi yang lebih tinggi dan bekerja sama dengan kerajaan Wei, tapi sayang sekali Jenderal Jing Lei yang dulunya komandan utama, tidak terima hal itu dan melaporkannya ke kaisar.” Mendengarkan cerita dari mereka, hati kecil

    Last Updated : 2021-09-20
  • Sang Panglima Perang   Perang Bersama Pasukan Huan

    Angin yang berembus menghantarkan suara Jing Lei hingga bisa sampai ke telinga Murong. Bunyi alat perang yang sejak tadi dibuat pasukan Huan sekarang telah berhenti. “Kali ini tak akan aku biarkan kau menyombongkan diri lagi, Jenderal Jing Lei!” Jing Lei tertawa keras mendengar perkataan itu. Dia mengangkat pedang jenderal Murong yang dicuri Zhang Yuan ke atas kepalanya, “bagaimana kau bisa menyerangku tanpa pedangmu, jenderal Murong?!” Melihat pedang sendiri yang berada di tangan musuh, Murong menahan kekesalan mengingat penyusup yang berani masuk ke tenda ternyata adalah bawahan Jing Lei sendiri. Namun hanya sesaat, dia segera mengubah ekspresinya dengan membalas menertawakan kesombongan Jing Lei. Dia menarik pedang yang tersarung di pinggangnya dan mengangkat ke atas. “Bagaimana kau bisa yakin kalau bawahanmu bisa keluar dengan k

    Last Updated : 2021-09-20
  • Sang Panglima Perang   Pertarungan Dengan Murong

    Zhang Yuan berhasil menghindari ayunan pedang itu. Sedangkan jenderal Murong yang sudah tak bisa menahan geramnya lagi, memilih untuk turun dari kuda dan berhadapan secara langsung dengan Zhang Yuan. SIAP ATAU TAK SIAP, MUSUHMU AKAN TERUS MENYERANG! Perkataan ayahnya waktu itu menyadarkan dia kalau inilah maksud dari ayahnya berlaku keras dan dingin. Semua yang diajarkan ternyata untuk kebaikannya di masa depan. Zhang Yuan mengatur pernapasannya dan mengeratkan cengkeraman tangan di pegangan pedang. Tak ingin wajah kelelahannya dilihat oleh musuh, dia menegakkan kembali tubuh dan tersenyum kecil untuk membuktikan kalau dia siap untuk bertarung. “Yang Guang, kau adalah orang pertama yang berhasil membuatku tak bisa menahan geram! Bersiaplah untuk mati!” Murong berlari cepat dan melompat ke arah Zhang Yuan beriring dengan tebasan pedangnya. Sedangkan Zh

    Last Updated : 2021-09-21
  • Sang Panglima Perang   Tertangkapnya Jenderal Murong

    “Dia adalah milik kaisar, Yang Guang. Cepat ikat dia!” pintah Jing Lei melemparkan gulungan tali tambang ke samping Zhang Yuan “Prajurit sejati tak memiliki hati, Yang Guang. Pedang yang terhunus tak boleh ditarik kembali dari target. Ayo bunuh aku … apa kau takut?” Zhang Yuan menahan geramnya hingga membuat pedang yang dia pegang ikut bergetar. Ingin sekali dia menghabisi nyawa Murong, tapi mengingat perintah Jing Lei dia harus mengurungkan niat hatinya. Dengan berat hati, Zhang Yuan menarik kembali pedang yang telah dihunuskan di hadapan Murong lalu mengait tali di sampingnya dan menangkap dengan cepat. “Ha ha ha … kau lemah!” ucap Murong menertawakan Zhang Yuan yang kini telah berada di belakang dan mengikat kedua tangannya membelakangi pinggang. “Aku jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan, jenderal Murong. J

    Last Updated : 2021-09-21
  • Sang Panglima Perang   Racun

    “Kalau begitu, semoga kau bisa bertahan sampai tiba di kerajaan.” Jing Lei pergi setelah mengucapkan kalimat sarkas itu di hadapan Zhang Yuan. Tentu saja hanya itu yang bisa dia ucapkan. Tak peduli seperti apa pengorbanan Zhang Yuan dalam menangkap jenderal Murong, tak akan membuat Jing Lei mengakui atau pun berterima kasih atas konstribusinya. Racun di dalam tubuh kini semakin menyiksa dirinya. Luka yang di bahu akibat sayatan pedang Murong semakin nyeri dan terasa panas. Napasnya juga menjadi tidak karuan seperti ada sesuatu yang menghalangi saluran pernapasannya. Di luar sana sangat bising. Zhang Yuan keluar dari dalam ruangan dan melihat ke bawah. Semua prajurit saat ini sedang menikmati kemenangan mereka dan tak memedulikan keadaan dirinya yang mungkin sudah tak lama lagi akan meninggal. “Hei, Yang Guang? Apa kau sudah merasa baikan?&rdquo

    Last Updated : 2021-09-22
  • Sang Panglima Perang   Kembali Ke Istana Song

    Jenderal Murong berdiri dan mendekatinya di balik jeruji besi yang menghalangi jarak mereka berdua. Dia menunjukkan pil obat berwarna hitam di tangannya sembari memainkan bulat kecil itu di jemari. “Penawarnya hanya ada satu. Pikirkan baik-baik, Yang Guang. Sekarang racun itu sudah masuk ke dalam darahmu, jangan menunggu sampai dia meledakkan jantungmu,” ucap jenderal Murong menunjukkan senyuman menakutkan. Saat ini Zhang Yuan berada di pilihan yang sangat sulit. Ini benar-benar membuatnya gila! Jika membiarkan Murong lolos maka jelas dia telah berkomplot dengan musuh kerajaan, tapi dia juga tak mau jika racun ini mengakhiri nyawanya begitu saja sebelum semua tujuannya tercapai. Zhang Yuan membalikkan badannya, menahan ketidakberdayaan pilihan yang harus dia ambil. Namun hatinya jelas tahu kalau mengambil penawar itu maka ada harga yang harus dibayar. Dia mel

    Last Updated : 2021-09-22
  • Sang Panglima Perang   Menghadap Kaisar Qin Huang

    Zhang Yuan mendekati kurungan kayu yang membawa Murong, “kenapa kau berhenti tertawa?” Murong memandangnya datar. Dia masih menunggu Zhang Yuan untuk menyetujui tawaran yang dia berikan. Namun setelah beberapa menit berlalu tak juga ada tanda-tanda penderitaan dari Zhang Yuan. “Kenapa kau melihatku seperti itu, jenderal Murong? Apa kau benar-benar menginginkan kematianku?” “Huh! Meski kau berusaha untuk menahan efek racunku, tapi kau tidak akan selamat Yang Guang.” “Inilah kehebatanku, jenderal Murong. Bukankah sudah aku katakan padamu, kalau kau akan melihat kehebatanku yang lain?!” Mata Murong memaku seakan tak percaya jika ada orang yang bisa selamat dari racunnya, atau ada orang yang bisa bertahan sampai sekarang setelah terkena racun itu. Dia masih terdiam melihat Zha

    Last Updated : 2021-09-22

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status