Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Ajakan Guan Zhong

Share

Ajakan Guan Zhong

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

    “Sama sekali tidak tahu?! Kau bertindak sesukamu dan masih ingin meminta keringanan hukuman?!” bentak Qin Huang menghantam meja dengan gulungan laporan.

    “Yang mulia, mohon redakan amarahmu.” Zhang Yuan menyela saat Qin Huang hendak berucap, “menurutku—"

    “Kau berani menyela perkataanku dan berbicara untuknya?!”

    Melihat kegeraman di wajah Qin Huang, Zhang Yuang menundukkan wajah dan memberikan alasan hak berbicara yang pernah diberikan Qin Huang padanya. Semua orang memandang Zhang Yuan kesal sebab kelancangannya, tapi Qin Huang justru meredakan emosi kali ini sebab dekret lisan yang sudah dia berikan harus dijalankan.

    “Katakan apa yang ingin kau katakan, Zhang Yuan!”

    Mendapatkan izin dari Qin Huang, Zhang Yuan menggunakan kesempatan ini untuk mengemukakan pendapatnya tentang Gua

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Pertandingan Seratus Prajurit

    Beberapa kelompok prajurit di depan mata Zhang Yuan begitu bersemangat menggunakan alat perang mereka masing-masing untuk saling melawan. Seratus prajurit yang dulunya diremehkan kini telah berhasil membuat semua mata terbuka dan menatap bangga pada mereka. Setelah peperangan melawan pasukan Wei, tak menyangka kemampuan mereka telah meningkat seperti sekarang. Semua taktik gabungan dan kelompok alat perang telah dikuasai, dengan begini Zhang Yuan semakin tak ragu untuk menjalankan rencananya sebab mereka pasti telah siap untuk berhadapan dengan perang sesungguhnya. Melihat keseriusan mereka, sekali lagi Zhang Yuan ingin mencoba teknik penyerangan dan kuncian yang sudah dia ajarkan. Tombak yang berderet rapi di samping diambilnya, dan dengan cepat melompat ke atas tiang penghalang panggung lalu terbang ke arah tengah-tengah lapangan. Bunyi tombak yang menyentak tanah membuat semua prajuri

  • Sang Panglima Perang   Kecemasan Seorang Pemimpin

    Liu Bai tak punya pilihan Lain, dia melompat dan terbang ke arena pertandingan. Sementara Zhang Yuan di atas sana memperhatikan bagaimana cara Liu Bai mengatasi lawannya yang bertubuh besar. Pertarungan dimulai, Liu Bai kalah di serangan pertama sang lawan. Tubuhnya yang kecil begitu mudah diangkat dan dijatuhkan begitu saja di atas panggung. Kali ini sudah terlihat kalau Liu Bai akan kalah, tapi beberapa saat kemudian dia berhasil menjatuhkan lawannya hingga keluar dari arena pertarungan. Zhang Yuan tersenyum kecil dari jauh, sejak tadi dia telah memperhatikan gerak-gerik Liu Bai yang mengalah untuk mendapatkan kelemahan lawan. Meski kemampuan bertarungnya tidak begitu hebat dalam pertempuran jarak dekat, tapi kepandaian dan strateginya tidak begitu buruk. Dari kejauhan Zhang Yuan melihat senyuman kemenangan Liu bai beriring dengan satu tangannya yang terangkat ke atas.&nb

  • Sang Panglima Perang   Rapat Di Aula Istana

    “Liu Bai, saat aku tidak ada, kau harus menjaga saudara-saudara kita. Perintahkan mereka sesuai dengan yang baru saja aku beritahukan untuk melindungi kaisar.” “Apa maksudnya ini, panglima Zhang? Apa yang akan kau lakukan?” Zhang Yuan menarik napas panjang sebelum menceritakan semua rencananya kepada Liu Bai. Sejak kedekatan dia dengan Guan Zhong, setiap gerak-geriknya terasa sangat diawasi jadi mau tak mau harus menggunakan cara ini untuk menurunkan kewaspadaan Dong Shuo dan memancing dia agar menunjukan apa yang dia inginkan selama ini. Meski rencana yang Zhang Yuan susun mungkin bisa merugikan nama baiknya, tapi hanya itu cara terbaik agar Dong Shuo yakin kalau dia bukan lagi penghalang untuk mencapai tujuan. “Tidak bisa panglima Zhang, aku ikut denganmu! Atau gunakan saja cara lain,” bantah Liu Bai tak senang dengan rencan

  • Sang Panglima Perang   Selir Kerajaan

    “Putri Yinping adalah kesayangan kaisar Huan, dia tentu saja tak akan mencelakai putrinya sendiri, bukan? Apalagi jenderal Murong adalah kakak dari selir Chu—Ibu putri Yinping. Tentu saja mereka akan menyetujuinya,” lanjut Dong Shuo membuat manik hitam Zhang Yuan terpaku menatapnya. Awalnya Zhang Yuan sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataan Dong Shuo sebab di kerajaan Huan sangat banyak putri-putri dari kaisar, tapi saat mendengar nama Yinping dia malah terkejut karena pendapat Dong Shuo jelas tertuju padanya. Seketika akal sehat Zhang Yuan ingin sekali membantah dan menolak solusi yang diberikan Dong Shuo, tapi hal itu justru akan menimbulkan kecurigaan lain. Paras cantik dan sikap unik dari putri Yinping muncul dalam benaknya. Sayang sekali gadis yang menginginkan kebebasan dalam kehidupan justru harus berkorban demi kerajaan dan terkurung dalam kemegahan istana. Ji

  • Sang Panglima Perang   Penjemputan Selir Yinping

    Di saat yang sama, Zhang Yuan telah menunggu di depan gerbang penjara kerajaan untuk mengawal Murong. Ini pertama kalinya mereka berdua bertemu lagi setelah pertarungan dahsyat itu. Pintu gerbang yang baru terbuka menampilkan sosok lelaki perkasa yang tak asing baginya. Meski penampilan Murong tidak sama seperti dulu, tapi aura dingin dalam ketenangan wajahnya masih bisa dirasakan. Kali ini Zhang Yuan menjemput Murong dengan kereta sesuai dengan perintah Qin Huang untuk memastikan kenyamanannya dan berjaga-jaga agar Murong tak lepas dari pengawasan Zhang Yuan. Hal itu terasa aneh, tapi hanya dengan begini baru bisa menunjukan ketulusan kerajaan Song untuk membentuk aliansi dengan kerajaan Huan. Meski pada awalnya bukan itu tujuan kedua kerajaan bersatu. Di dalam kereta, Zhang Yuan dan Murong duduk saling berhadapan. Namun bagi Murong dia masih tak nyaman karena kedua tangannya harus dibe

  • Sang Panglima Perang   Pengepungan Pasukan Misterius

    Di kejauhan sosok gadis berpakaian merah dengan tudung kepala yang menutupi wajah, keluar dari dalam kereta didampingi seorang pelayan wanita. Dia berjalan hingga sampai ke depan Huan Kang, dan berhenti di sana. “Putri Yinping ada di sini, kau tak perlu ragu lagi. Lepaskan jenderal Murong!” “Bagaimana aku bisa tahu kalau itu putri Yinping, sedangkan wajahnya saja tidak bisa kulihat,” balas Zhang Yuan tersenyum remeh. “Lancang! Apa kau pikir selir yang belum dilihat oleh kaisar kalian bisa semudah itu menunjukan wajahnya di depan umum?!” sela seorang pelayan dengan suara lantang. Perdebatan di antara mereka terbungkam saat wanita dibalik tudung merah berjalan ke tengah-tengah lapangan kosong tanpa keraguan di tiap langkahnya. Bahkan perintah Huan Kang yang melarangnya bertindak gegabah diabaikan begitu saja. Zhang Yuan masih tak mau

  • Sang Panglima Perang   Menggelantung Di Dinding Tebing

    Sejak awal kecurigaan Zhang Yuan benar. Penjemputan dan pengawalan kali ini pasti akan mengalami masalah besar. Apalagi saat tahu kalau Dong Shuo memiliki mata-mata di dalam kerajaan Huan, pasti hal ini akan digunakan olehnya untuk menjatuhkan reputasi Zhang Yuan dan putri Yinping. Dalam pengejaran itu, Zhang Yuan berhasil melompat ke atas kereta dan bertarung dengan prajurit misterius. Kereta kuda yang tanpa kemudi berlari tak menentu, bahkan hampir terbalik sebab terantuk beberapa batuan kecil di jalan. Zhang Yuan akhirnya berhasil mengalahkan prajurit misterius itu hingga terjatuh, tapi beberapa prajurit misterius yang mengejar dari belakang melompat ke atas kereta dan bertarung lagi dengannya. Tali kekang yang dipegang Zhang Yuan tertarik ke arah lain hingga membuat kuda kehilangan kendali dan memilih berlari asal-asalan. Salah satu prajurit hendak masuk ke dalam kereta, tapi Zhang Y

  • Sang Panglima Perang   Kabar Skandal

    “Cepat naik!” Zhang Yuan menoleh ke atas dan melihat tali rotan yang meluncur mendekatinya bersamaan dengan bayangan Yinping di tepi tebing. Dia masih terdiam dalam pikiran sendiri, sebab tak menyangka kalau Yinping akan kembali dan menolongnya meski sempat salah menilai dengan situasi yang terjadi saat penukaran dengan jenderal Murong. “Apa kau ingin menggelantung di bawah sana?” Suara Yinping kembali menyadarkan Zhang Yuan dari lamunannya, tali yang menggantung berhasil diraih dengan kedua tangan. Dia mendaki perlahan-lahan ke atas hingga akhirnya bisa sampai ke tepi teping. Dengan napas tersengal-sengal, dia memperhatikan lilitan tali rotan di pinggang Yinping. Cara yang digunakan benar-benar berisiko. Tak menyangka kekuatan seorang putri kerajaan ternyata bisa menahan beban berat seorang lelaki. “Jangan

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status