PoV TIWI ADELITA
H-1 hari pernikahan ...
Aku mendekati ibu yang tampak muram duduk di atas dipan kasur kamarnya sendirian.
“Ibu mikirin apa? Kok kelihatan lesu banget?” ku coba bermanis-manis pada ibu, sambil memijiti punggungnya, sebenarnya tanpa bertanya pun aku tahu wajah ibu kusut begini gara-gara si Oki sial*n itu.
Sejak Mas Herdi meminta bapak melunasi 60 juta kekurangan biaya sewa gedung dan catering 4 hari lalu, wajah ibu langsung berlipat-lipat setiap saat.
“Ibu mikirin Mas Herdi, Wi ...” Ibu menghela nafas berat, “Mau nikah kok sama perempuan sembarangan, sudahlah cuma tamat SMA, merongrong harta kita juga, ibu takut Herdi kenapa-napa.”
Aku pun begitu juga sebenarnya, tapi kali ini aku harus menenangkan ibu.
“Tenang Bu, setelah mereka nikah nanti ... kita bisa kasih pelajaran ke Oki! Supaya dia nggak berani macem-macem.”
Sayangnya, ibu seperti tidak mendengarkan ucapanku, tetap asyik dengan pikirannya sendiri.
“Sedih hati ibu, bisa-bisanya keluarga Oki seenaknya mempermainkan kita, Herdi bilang mereka setuju biaya pesta ditanggung 50:50, kenapa malah akhirnya semuanya kita yang tanggung?” ibu mulai curhat mengeluarkan uneg-uneg di hatinya.
“Kasihan Herdi sampai dimarahi bapak, belum pernah bapak marah kayak gitu sebelumnya,” lanjut ibu lagi. Aku cuma bisa mendengarkan ibu mengeluarkan keluh kesahnya saja.
Dalam hati, aku menyetujui setiap perkataan ibu. Memang benci sekali aku dengan si Oki itu, cewek missqueen kebanyakan gaya! Minta foto pre wedding mewah lah, belanja aja dia gesek kartu kredit si Mas, minta bedak 400 ribuan pula, harta kakak gue elo habisin demi kepuasan diri lo sendiri Oki ... Cih!
Bayangan Mas Herdi sedang berjalan melintas di depan kamar ibu terlihat dari sela bawah pintu, ibu segera memanggilnya.
“Herdi ... sini masuk!” seru Ibu.
Mas Herdi perlahan membuka pintu kamar dan menyibak tirai yang terpasang di depan pintu.
“Sini Herdi, duduk kamu!” perintah ibu. Mas Herdi langsung patuh mengambil posisi duduk di bawah lantai.
“Untuk pesta pernikahan kamu besok, Bapak sudah keluar uang banyak, tolong jangan kamu kecewakan keluarga! Jangan biarkan si Oki itu berpikir bahwa dia bisa semena-mena memperlakukan keluarga kita!” Pesan Ibu sungguh-sungguh pada Mas Herdi.
“Oke Bu, kalau sudah jadi istri Herdi nanti mah sudah enak Bu ... Herdi bisa berbuat apa saja, kalau sekarang kan belum bisa, masih harus bikin Oki yakin dulu ke Herdi, jangan sampai Oki batalin pernikahan!”
Aku terkejut mendengar ucapan Mas Herdi, seolah ia pun sudah tidak tahan dengan kelakuan Oki. Ckckckck ... aku awalnya pikir Mas Herdi dibutakan oleh cinta, syukur kalau Mas Herdi pun sudah tak sabar menunggu hari esok untuk ‘mendidik’ istrinya dengan benar.
*****
Aku memeriksa seserahan, ada 3 box yang tertutup mika plastik, dari mulai baju tidur, pakaian dalam, tas, sepatu, sengaja aku carikan yang reviewnya bintang 1 atau 2, barang-barang reject yang ada cacatnya tapi aku tak peduli, yang penting murah. Buat apa membelikan cewek matre itu barang bagus, sudah syukur Mas Herdi mau nikahin dia.
Aku cek pula kue seserahan, bolu 30 ribuan sudah menunjukkan kebaikan keluargaku ke keluarga Oki, bahkan kami memberikan 3 bolu, ada rasa original, rasa coklat, dan juga rasa pandan, kurang baik apa coba! Aku dengar-dengar Oki dari keluarga broken, syukur banget Mas Herdi dan keluarga kami mau berbaik hati menerima dia, tapi tentunya dia harus dididik dengan keras agar tidak jadi istri yang menyusahkan suami.
Seserahan sudah siap di ruang tamu, selesai, aku langkahkan kakiku ke arah dapur, tapi di depan kamar Mas Herdi yang pintunya terbuka lebar, aku lihat Mas Herdi sibuk memainkan hape.
“Lo lagi ngapain Mas? Itu kan hape ibu!” teriakku.
Mas Herdi terlihat kaget awalnya, tapi kemudian cuek saja, tetap asyik mengetikkan sesuatu di situ.
“Ya elah gue cuma pinjem sebentar, napa sih lo Wi, jutek amat!”
“Lo kok sering pake hape gue sama hape ibu nggak bilang-bilang dulu sih Mas!”
Mas Herdi beranjak dari kasur dan berjalan mendekatiku.
“Iyaa ... maaf-maaf! Dah minta maaf kan, puas lo? Nih gue kembaliin ...” Mas Herdi berjalan ke arah kamar ibu sambil tak lupa melepas angin dari perutnya, bau busuk langsung menyergap penciumanku.
“Hueeek ... parah lo Mas!”
*****
Sudah sekitar sejam ini, aku scroll scroll i*******m Oki Fariani. Bukannya kepo, ini namanya sedang mengenali musuh, strategi perang dari Sun Tzu kita harus mengenali musuh kalau mau menang.
Banyak postingan i*******m Oki yang tak ber-caption, jadi aku tak tahu apa tujuannya memposting itu. Kebanyakan di antaranya dia sedang berpose bersama cowok-cowok binaragawan, dengan otot menonjol di lengan, di perut, di kaki, menjijikan menurutku ... genit sekali Oki ini sampai minta foto bareng binaragawan.
Foto-foto lainnya memperlihatkan dia sedang jalan-jalan ke berbagai tempat. Ada yang kukenali sebagai tempat wisata Bromo, Yogya, Lombok, bahkan Bali.
Ckckckck ... licin juga ya si Oki ini, uang siapa yang dia habiskan untuk bisa jalan-jalan kayak gini?! Lihat aja nanti, gue bikin lo nggak bisa jalan-jalan ke mana pun. Di rumah aja lo biar kayak di penjara. Salah sendiri udah berani-beraninya masuk dalam hidup keluarga gue!
Tak sabar menunggu hari pernikahan Mas Herdi besok, aku sudah gosipkan Oki kepada om, tante, sepupu, biar semua ngerti dan kompak, harus waspada sama si licin Oki ini!
PoV OKI FARIANIAneh sekali, ada keganjilan kurasakan sejak masuk ke dalam ruangan rias pengantin ini. Saat aku lempar senyum ke arah Ibunya Mas Herdi, tidak ada balasan senyum yang kudapatkan, justru ibu tampak menekuk mukanya.Bahkan ketika Mamah ingin bersalaman dengan ibu, ibu malah memalingkan wajah dan tidak mengulurkan tangannya sama sekali. Lho, ada apa ini? Bukankah hari ini akan berlangsung akad nikah antara aku dan Mas Herdi? Mengapa sikap ibu malah dingin sekali?“Neng, ibunya Herdi kenapa?” Mamah yang jarang bicara padaku, sampai tak tahan menanyaiku.“Oki nggak tahu Mah, kemarin ibu masih kirim chat baik-baik saja kok. Bahkan Tiwi semalam juga masih chat Oki, katanya nggak sabar menunggu hari ini. Coba Oki tanya ke Tiwi ya ...”Mamah pun mengangguk, kemudian menuju toilet.Banyak yang mengatakan hari pernikahan adalah hari paling membahagiakan, tapi ... tidak dengan hari pernikahanku ini. D
PoV TIWI ADELITASengaja, kamar mas Herdi tidak kami bersihkan sama sekali. Keenakan si Oki kalau begitu, biarkan saja dia yang membersihkan dan merapikan. Sudah syukur dikasih tempat tinggal gratis gak perlu ngontrak.Aku menatap kamar Mas Herdi dan merasa puas karena kakakku satu-satunya itu sangat jorok, bukan hanya buang angin sembarangan, kamarnya penuh debu karena jarang ia bersihkan, lalu ... yang paling ku andalkan adalah suara ngoroknya yang bisa terdengar hingga 5 kilometer! Hahaha, si Oki dijamin gak akan bisa tidur nyenyak sekamar dengan Mas Herdi.Jujur, aku dendam sekali pada Oki yang telah membuat keluargaku kalang kabut karena pernikahannya dengan Mas Herdi. Setiap melihat postingan Oki di Instagram atau FB, aku langsung membalas dengan membuat postingan di IG story ku sendiri : DASAR CEWEK SOK CAKEP! Atau, CEWEK SIALAN LO!Tentu saja Oki takkan menyangka kalau status story
PoV OKI FARIANIIbu Mas Herdi membuatku menangis di hari pertama aku menginap di rumah mertua. Bukan apa-apa ... aku tak terbiasa memotong bawang merah dan daun bawang dalam jumlah banyak, sehingga dari mataku langsung meleleh air yang tak henti mengalir.Di sela-sela tangisan, dari ujung ekor mataku terlihat Tiwi menyunggingkan senyuman di depan pintu kamarnya, seperti bahagia menonton adeganku menahan kepedihan.Ah, tapi manalah mungkin Tiwi menertawakanku, dia baik dan care banget kok sama aku, dulu hampir setiap malam mengirim chat menanyakan kabarku, meskipun setelah hari pernikahanku dengan Mas Herdi ... tiba-tiba Tiwi berhenti mengirimkan chat. Meski demikian, aku tahu dia adik ipar yang baik.Sejak jam setengah enam pagi tadi ibu sudah menyuruhku memasak teh untuk seluruh anggota keluarganya, teh tubruk yang direbus di dalam mug besar, kemudian disaring dan dimasukkan ke d
PoV OKI FARIANI“Gajiku hanya empat juta sebulan Oki, jadi tolong atur dengan baik uang bulanan tujuh ratus ribu ini, kamu harus bersyukur dapat uang dari aku tanpa harus capek-capek bekerja di luar!”Jujur, aku sampai merinding mendengar ucapan Mas Herdi itu. Gaji seorang HRD lulusan S1 hanya empat juta Rupiah? Kalah dariku yang ‘hanya’ lulusan SMA?Ternyata aku salah besar, selama ini kupikir gaji Mas Herdi setidaknya mencapai sepuluh juta Rupiah. Dia bisa punya rumah, mobil, dan kartu kredit, dari mana semua itu?Kalau hanya empat juta, mengapa dia berani menyuruh aku keluar dari pekerjaanku di tempat gym?“Mas tahu berapa gajiku di tempat gym dulu?” Aku bertanya pada Mas Herdi, sekadar mengetes.“Cuma di tempat gym doang .. palingan satu setengah juta kan?”Aku kaget sekali mendengar pernyataan Mas Herdi yang
PoV OKI FARIANISorenya, ibu dan bapak mertuaku pulang dari kontrol ke Rumah Sakit, aku baru sadar mereka menaiki motor bukannya mobil, aku tebak ... mungkin agar hemat?!Aku bawakan tas tenteng ibu masuk ke dalam, dan menawarkan pizza yang masih utuh satu loyang besar barangkali mereka merasa lapar.Tak kusangka, ibu malah menyemprotku habis-habisan, apalagi begitu mata ibu melirik nyalang ke arah dapur, belum ada masakan yang jadi sejak pagi, dan aku beralasan karena tak bisa menyalakan kompor.“Anak jaman sekarang makan makanan gak bergizi kayak gini, bisa bikin sakit, ngerti kamu Ki?!” Ibu nenunjuk-nunjuk ke arah pizza pemberian Desi. “Memang orang rumahmu nggak ngajarin cara masak apa? Nyalakan kompor saja nggak bisa! Sudahlah cuma lulusan SMA ... masak nggak becus, kamu bisanya habiskan uang orang doang ya?”Deg. Seperti tersayat, hatik
PoV OKI FARIANIIbu menyodorkan hpnya padaku, minta dibacakan pesan masuk dari tante Nana. Aku ambil hp itu, aku bacakan dengan suara keras, lalu aku mengambil kesempatan memeriksa chat masuk dari nomor hpku di hp ibu itu.Aku search nama Oki, tidak ketemu, aku search nama menantu, mantu, istri Herdi, tapi nihil juga.“Ibu belum simpan nomor hp Oki ya?” Tanyaku akhirnya.Ibu terlihat kikuk. “Belum, kan kalau ada apa-apa bisa melalui Herdi!”Deg. Aku terkesiap.“Tapi dulu kan Ibu sering kirimin Oki chat ...” aku membabi buta mencari tahu kebenarannya.“Kapan? Ibu belum pernah chat kamu kok.”Bagai petir di siang bolong, pernyataan polos ibu itu sungguh amat mengejutkanku.“Oya, tolong balas ke Tante Nana Ki ... bilang
PoV OKI FARIANIAku sudah berjalan kaki cukup jauh, dan selama itu pula tidak ada tanda-tanda Herdi mengejarku. Kini kakiku melangkah gontai ke arah pom bensin, ada kafe di depannya.Ku rogoh saku daster yang kupakai, alhamdulillah ada hp, jadi aku bisa bayar pakai aplikasi. Tanpa ragu, aku masuk ke dalam kafe itu.Udara dingin dari Air Conditioner di dalam kafe langsung menyambut tubuhku yang berleleran keringat. Untung saja aku pakai daster Arab yang cukup cantik dan elegan, kalau tidak ... pasti terlihat aneh pakai daster kok masuk kafe.Setelah memesan kopi dan roti bakar, aku mencari tempat duduk yang nyaman.Ku buka chat di hp, mengecek apa saja yang pernah ibu dan Tiwi sampaikan padaku dulu. Sebenarnya aku sudah merasakan keanehan, tapi selalu kutepiskan.[Maaf, Oki, ini ibunya Herdi, Oki tau Herdi pergi ke mana? Sudah seminggu ini Herdi pergi da
PoV OKI FARIANIHingga Maghrib, tanda-tanda kehadiran Herdi untuk menjemputku tetap tak terlihat. Padahal Herdi pasti tahu aku kabur ke mana, tapi dia sepertinya tidak berusaha untuk mencariku.Antara senang dan jengkel, senang karena aku tak diganggu, jengkel karena ... sebegitunya tidak peduli setelah aku menjadi istri sahnya. Dulu waktu belum menikah, segala keinginanku dituruti, dibela-belain, tapi sekarang? Aku kabur pun Herdi santai saja, seperti tak ada harga dirinya aku sebagai istri.Aku merasa badanku sangat greges, masuk angin, mungkin karena tadi belum makan apapun malah langsung minum cappucino, atau karena sedang keringetan tiba-tiba masuk ruangan kafe yang ber-AC, sehingga angin mudah memasuki pori-poriku.Tiba-tiba saja rasa mual yang amat sangat membuatku terlonjak, aku segera berlari ke kamar mandi, dan uek uek di closet.Tante melihatku penuh arti.
POV Tiwi AdelitaKegalauan tiba-tiba kembali menyergap saat aku melihat Oki kembali ke rumah ini bersama Herdi dengan membawa beberapa tas dan kardus, bersiap menempati kamar depan. Perlahan kuselidiki Oki dari ujung kepala hingga kaki, seolah mataku adalah mesin scan. Kutelusuri mimik wajah dan tampilannya.Bayu dalam gendongan Oki terlihat lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Karena sudah dua bulan tidak bertemu, aku sangat menyadari cekungan di bawah mata Bayu yang lebih kentara. Apakah Oki tidak merawat Bayu dengan baik?Oki sendiri sama kondisinya, badannya tampak lebih kurus dengan pipi lebih tirus dan mata panda yang sembap. Kesimpulanku, Oki memang tidak pandai merawat diri sendiri dan anaknya.Sebelah sisi hatiku sebenarnya merasa khawatir dan galau beberapa hari ini. Aku mengetahui Herdi bermain api dengan seorang perempuan berwajah menor. Kami berpapasan di tengah jalan tanpa Herdi sadari beberapa hari lalu. Jelas bahwa mereka menjalani hubungan yang tidak biasa, bahasa ka
POV Oki FarianiApa maksud Tiwi ya? Aku membaca kembali chat dari Tiwi beberapa saat lalu.Kok dia minta aku untuk menyuruh Mas Herdi pulang? Kan Mas Herdi bilang tidak datang ke sini karena ibu dan Tiwi pingsan kena tipu tante Dewi?Perutku terasa berkedut. Getaran lemah, tapi aku bisa mendeteksinya, sepertinya janin kecil di rahimku turut terdampak gemuruh hatiku sejak tadi. Setelah menangis habis-habisan, lalu tiba-tiba tersentak dengan kabar pingsannya ibu dan iparku, segala yang terjadi hari ini cukup menyedot banyak energi.“Kak Oki, sudah baikkan? Perut Kak Oki sakit?” Desy tampak ragu-ragu bertanya sambil melangkah mendekatiku.“Maafin aku ya Kak, bukannya meringankan beban Kak Oki, malah tambah ngebebanin pikiran dengan ucapan-ucapan asal jeplak.” Sekali lagi Desy berusaha meminta maaf.“Tenang aja Des, Kak Oki alhamdulillah sudah lebih stabil kok, tadi maaf ya jadi ngagetin semua,” ucapku.“Oiya, Kak Oki dapat kabar apa dari Herdi? Kayaknya tadi langsung kelihatan panik begi
POV Tiwi Adelita“Ini bohong kan, Tante Dewi gak mungkin setega itu!”Aku berulang kali meyakini hatiku sendiri. Tapi sialnya, segala fakta dan kesaksian yang ada memperlihatkan bahwa tante Dewi benar telah menipu kami.Terngiang kembali di benakku raut wajah ibu saat mengetahui pintu kamar kami terbuat dari papan triplek tipis, kitchen set di dapur terbuat dari bahan abal-abal, apalagi saat mendengar pengakuan tukang kalau mereka hanya dibayar empat ratus juta saja untuk renovasi ini, padahal ibu telah menggelontorkan dana delapan ratus lima puluh juta dan mempercayakannya pada Tante Dewi.Kekecewaan yang membuncah melihat hasil renovasi yang jauh dari ekspektasi, serta informasi mengenai total biaya renov yang hanya separuhnya dibayarkan ke tukang membuat aku dan ibu sangat emosional bahkan hampir tak sadarkan diri.Untunglah aku hanya terjatuh saja karena mendadak tungkai kaki terasa lemas, namun ibu merasakan dadanya tiba-tiba sesak dan langsung megap-megap menahan tangis, dramati
POV Oki FarianiSudah sebulan lebih aku tinggal di rumah tante, masih menunggu renovasi rumah ibu mertua rampung, sepertinya dua minggu lagi sudah selesai.Sempat terbersit tidak ingin balik ke rumah itu sih, namun dua garis merah di testpack membuatku harus mengurungkan niat. Tidak mungkin kugugat cerai Herdi saat sedang mengandung begini.Dua minggu terakhir aku menenangkan diri setelah mengetahui ada janin di rahimku, aku tak memeriksakan diri ke bidan, tidak juga memberitahukan tante, om, ataupun Desy. Namun kini berangsur-angsur hatiku sudah lebih menerima kondisi. Sudah tidak lagi menangis diam-diam setiap malam.Aku meyakini apa yang terjadi adalah yang terbaik dari Tuhan, tapi terkadang aku belum paham hikmah di baliknya. Aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, harusnya kalau aku tak mau hamil kembali, tak usah memilih rujuk dengan Herdi. Ketika aku memutuskan balikan, semestinya aku sudah memperkirakan hal apa saja yang akan kualami, apalagi aku sempat berhenti KB suntik.
POV Oki Fariani“Kamu mau apa, Ki? Minta cerai sama aku lagi? Emangnya kalau kita pisah, kamu punya uang untuk kasih makan Bayu?” Pertanyaan Herdi itu lebih terdengar seperti cibiran, ejekan, hinaan dan sindiran.Herdi benar-benar merasa di atas angin saat ini, mungkin karena keberadaan uang puluhan juta di rekeningnya, atau uang Milyaran dari deposito almarhum bapaknya yang sudah cair, sehingga dia merasa kaya raya. Maaf ya, bagiku orang macam Herdi dan keluarganya adalah contoh nyata orang MISKIN. Mereka memang punya uang banyak, tapi uang milyaran itu pun bahkan tak mampu membayar utang yang hanya sepuluh juta. Aku hanya terdiam tak menanggapi cibiran Herdi, tapi hatiku nyeri, rasanya aku telah tertipu ratusan kali oleh pria jahat ini. Bodohnya, aku selalu terperangkap, terjebak lagi dan lagi. Kupikir ia benar-benar akan berubah, namun ternyata kesempatan kedua memang sebaiknya tidak diberikan untuk orang berakhlak sampah!“Aww!” Entah mengapa, tiba-tiba kurasakan nyeri di perut
POV Oki Fariani“Keledai saja tidak akan jatuh ke lubang yang sama dua kali, sayangnya ... banyak manusia yang gak sepintar keledai!” Deg! Jantungku terhantam dengan pernyataan itu.Aku tahu ucapan Desy itu diperuntukkan bagiku, aku juga malu sebenarnya kalau masih harus meminta bantuan ke Desy, tante, ataupun om seperti sekarang ini, padahal jelas-jelas rujuk kembali dengan Herdi adalah keputusanku sendiri.Tapi mau bagaimana lagi, saat ini aku dan Bayu tidak ada tempat untuk tinggal, selama rumah di sana masih direnovasi, aku tak mau tinggal di apartemen bersama keluarga Herdi terutama selama ada tante Dewi. Jadi, aku harus menebeng kembali di rumah tante ini, yaa menebeng tempat tinggal, menebeng makan tiga kali sehari, menebeng segala-galanya.“Hush Des, jangan ngomong sembarangan, lagi di meja makan kok nyinyir!” ucap tante membelaku. Desy terlihat cemberut.“Jadi, rumah almarhum bapak direnovasi sampai kapan, Ki?”“Katanya sih dua bulan selesai Tan, makanya selama dua bulan ini
POV Tiwi Adelita“Rasain! Si Oki gak bisa ngapa-ngapain lagi sekarang,” Tante Dewi tertawa girang, “Mau kecipratan harta warisan? Mimpi sana!” Aku ikutan tersenyum menanggapi nyinyiran tante Dewi, sambil terus meratakan serum di wajah tante. “Tapi kenapa si Oki gak ikutan tinggal di apartemen sini sih, Wi? Kan lumayan kalau ada Oki, kita gak capek beres-beres ...” tanya tante Dewi, masih dalam posisi tiduran karena aku sedang melakukan treatment di wajahnya.“Gak tau deh Tan, minder kali tinggal di tempat mewah,” jawabku ngasal, tante Dewi malah ngakak so hard dengan kepala tersangga bantal besar, badan tambunnya bergoyang-goyang karena tertawa geli. Serum yang kuratakan di wajah tante jadi terlihat bling bling karena memantulkan cahaya lampu akibat gerakan badan tante.“Lulusan SMA doang kayak Oki itu mustinya emang tau diri! Nikah kok malah buat ngincer harta ... harusnya bersyukur dia nikah sama Herdi, kita sekeluarga baik-baik semua,” tante Dewi masih tidak bisa menahan bibirnya
POV Oki Fariani Sebenarnya aku cukup bingung dengan keputusan yang diambil, tapi aku hanya orang luar di keluarga ini, jadi aku hanya membatin ketika ibu tiba-tiba mengumpulkan kami semua dan memberikan pengumuman mendadak.“Semua sudah sepakat ya, uang deposito almarhum bapak akan dipakai buat renovasi rumah ini, dan juga rumah satu lagi.”Hah? Renovasi rumah? Aku belum pernah dengar sama sekali soal ini. Keningku langsung mengernyit, mataku menyipit seperti takut salah dengar.“Gak ada uang yang dibagikan dulu Bu? Herdi kan lagi gak kerja sekarang!” Herdi terlihat keberatan dan ingin protes. Ibu langsung melanjutkan pengumumannya.“Yang dibagikan hanya tujuh puluh juta masing-masing, untuk Herdi, Tiwi, ibu, dan Tante Dewi.”Aku kembali tersentak.“Lho, bukannya dalam hukum waris Islam bagian anak laki-laki dua kali lipat dibanding anak perempuan ya?” aku refleks berkomentar. Tak kusangka malah langsung dibalas sengit
POV Tiwi Adelita Sejak awal aku sudah curiga mengapa kok semudah itu Oki rujuk sama Mas Herdi, akhirnya malam ini aku dapatkan langsung buktinya, yaa jelas sekali ... Rupanya Oki mau rujuk dengan Mas Herdi karena mengincar harta warisan bapak! Dia tahu bapak sudah dalam kondisi koma dan mungkin takkan bisa tertolong lagi, jadi Oki langsung rujuk dengan Mas Herdi agar bisa kecipratan deposito bapak yang jumlahnya milyaran. Cih!Hari pertama uang deposito bapak baru dicairkan, Oki langsung beraksi. Bukan hanya minta traktir ke buffet yang bayaran per orangnya mencapai dua ratus lima puluh ribu, Oki juga minta dibelikan jam tangan Fossil. Memang dasar serigala berbulu domba!Aku hanya bisa melihat postingan facebook nya dengan geram, Oki memamerkan jam tangan Fossil dari Mas Herdi dengan latar background interior mewah buffet sekaligus beberapa piring daging barbeque. Darahku langsung tersirap.Ooh, akhirnya kelihatan juga watak aslinya si cewek matre, bahkan