Share

Tiket

Author: Zhio Sansone
last update Last Updated: 2022-02-25 01:21:23

Yepa mengerjap ketika Sergio menata banyak tiket dari berbagai jenis alat transportasi massal di atas meja.

"Ini untukku?" ungkapnya ragu. "Semua?"

Taveti yang tengah duduk berseberangan dengan sang cucu mengangguk. "Anggap saja tugas ini sebagai liburan. Bukankah kedengarannya bagus?"

Apa ia membutuhkan atau pasti akan menggunakan seluruh tiket tersebut? Yepa tidak yakin dengan hal itu.

"Aku benar-benar akan bepergian ke berbagai tempat dalam sekali kesempatan?"

Kenapa terasa sangat merepotkan?

"Tentu saja." Taveti tersenyum ramah. "Aku sudah mendengar kabar tentang keberadaan kakakmu. Dia suka be

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Salju Hitam di Venesia   Memori yang Bangkit

    Deska memasang wajah kesal saat ia mengetahui bahwa keluarga Hirawan menolak mentah-mentah permintaan yang dirinya ajukan untuk bertemu dengan Yepa. Jika itu dulu, ia tidak perlu membuat izin terlebih dahulu. Tinggal datangi saja tempat tinggalnya. Lantaran statusnya kali ini agak istimewa, ada beberapa prosedur yang harus ia lewati bahkan hanya demi sekedar melakukan panggilan telepon."Seseorang pasti sengaja menghalangiku," gumamnya. Ia menatap perlintasan kosong yang tepat berada di depan matanya dengan pandangan hampa. "Apa yang orang ini inginkan?"Tiba-tiba sebuah pikiran buruk melintas. Yuvika menghilang dan bukan tidak mungkin jika mereka sudah membongkar masa lalunya dengan Yepa. Andai hal ini nyata terjadi, itu berarti dirinya sedang mencari masalah di bawah hidung Taveti.

    Last Updated : 2022-02-25
  • Salju Hitam di Venesia   Dia Sudah Berakhir

    Bunyi sirene terdengar sangat jelas ketika Yepa dan Laiv hendak meninggalkan sebuah pusat perbelanjaan."Itu ambulans?" Laiv menengok mobil yang baru saja melewatinya dengan tergesa-gesa."Lalu apalagi kalau bukan itu?" Yepa menatap bosan. "Gangster?""Yah, apakah sesuatu terjadi? Kecelakaan?" lanjutnya sedikit cemas."Kau ini kenapa?" balasnya dengan tatapan aneh. "Yang mendapat musibah bukan kita, kenapa kau sangat peduli dengan hal ini?""Bukan begitu." Laiv menghindari mata Yepa. "Bagaimana kalau orang yang terluka itu kenalan kita?""Apa peduliku?" Yepa sedikit berang. "Ayo pergi!" Ia pun meni

    Last Updated : 2022-02-25
  • Salju Hitam di Venesia   Hujan Salju di Milano

    Di bawah sebuah payung, lengkap dengan pakaian tebal yang ketat membungkus tubuh, Yepa dan Laiv berdiri berdampingan di suatu jalan yang ramai pengunjung. Mereka melihat hujan salju di Milano. Orang-orang berpikir itu sangat romantis, tetapi bagi keduanya cuaca tersebut tidak menyenangkan sama sekali.Mereka berdua tidak ingin pergi ke mana pun di saat musim dingin tiba."Kita tahu hal ini akan terjadi dan tetap menyiapkan perlengkapan di musim dingin, tapi aku benar-benar tidak berharap akan seperti ini," kata Yepa setengah mengomel. "Sial. Ini masih bulan Januari dan baru akan berganti musim setelah bulan berikutnya."Laiv yang tengah memegang payung besar di tangan, menghela napas. "Kak

    Last Updated : 2022-03-06
  • Salju Hitam di Venesia   Impuls

    "Kau lihat itu? Dia sangat sempurna untuk bos kita!""Pelankan suaramu bodoh! Nanti dia mendengarnya!"Orang pertama yang berbicara, Jarno, mengaduh saat ia menerima ketukan di kepala dari sang rekan, Mirko, yang sudah hilang kesabaran.Jarno memelototinya dan berkata dengan tidak puas, "Sialan! Kenapa kau menjitakku?"Mirko balas mendelik tajam. "Mulut bodohmu yang memintanya!""Hei, kau sendiri lebih berisik dariku!""Omong kosong!""Nyalimu terlalu besar, Bung!""Ayo, maju!"

    Last Updated : 2022-03-12
  • Salju Hitam di Venesia   Melihat Masa Depan Si Adenoid

    "Akhirnya aku bisa tidur!"Yepa mengempaskan tubuh ke atas tempat tidur. Berguling-guling selama beberapa detik dan kemudian berbaring dengan nyaman.Beruntung setelah mencari penginapan ke berbagai lokasi, masih ada yang bisa menampung mereka. Salahkan lantaran tidak satu pun dari keduanya yang berencana menetap di sana. Terlalu mendadak. Belum lagi kunjungan dari para wisatawan asing yang membeludak. Kalau tidak? Mungkin tidur di dalam mobil menjadi pilihan.Taveti hanya membekali mereka dengan tiket dan kartu, serta sebuah kendaraan. Tanpa menyiapkan fasilitas lain sebagai pendukung. Karena itu, baik Yepa maupun Laiv harus berusaha sendiri saat sesuatu yang mendesak terjadi. Seperti mencari tempat untuk bermalam.

    Last Updated : 2022-03-13
  • Salju Hitam di Venesia   Ingin Melindunginya

    Yepa terbangun dengan napas tersengal. Jantungnya masih berdebar kencang. Meski ia ingin menyangkal adegan tersebut, ia tidak memungkirinya sebagai pertanda masa depan. Tangan yang berlumur keringat dingin itu meremas seprai dengan amat erat. Siapa wanita jahat itu? Kenapa Laiv memberikan nyawanya semudah itu? Dua pertanyaan itu menjadi duri di dalam batin. Ia menekur. Wanita itu mengatakan bahwa Laiv membunuh prianya. Bukankah itu artinya ada perselisihan di antara mereka? Perasaan yang tak berbalas? Cinta segitiga? Oh, astaga! Berita ini memperburuk sanubarinya! "Laiv sialan! Ternyata ada orang lain di dalam hatimu!" Matanya mendelik tajam ke arah jam dinding yang terpajang di dalam ruangan tersebut. Waktu

    Last Updated : 2022-03-14
  • Salju Hitam di Venesia   Konsensus

    Jarno dan Mirko saling memandang saat target mereka, Yepa, tidak keluar lagi dari kamar sewaan milik Laiv yang berada tepat di seberang bilik keduanya."Gadis dan pria itu punya hubungan khusus?" terka Mirko seraya menutup pintu dengan hati-hati."Sepertinya begitu," gumam Jarno yang ada di belakang Mirko dengan perasaan rumit. Ia pun melanjutkan dengan nada aneh, "Kenapa aku merasa tidak asing dengan tampang pria itu?"Sebelumnya mereka tidak terlalu memerhatikan sosok lain yang selalu ada di samping Yepa. Kini keduanya agak menyesal lantaran terlambat menyadari hal tersebut dan tidak sempat mencari tahu tentang Laiv.Mirko berbalik dan memandang Jarno dengan tatapan biasa. "Mungkin hanya kebetulan," balasnya ringan, tanpa mau banyak berpikir. Meski dirinya juga merasakan hal yang serupa dengan sang rekan."Yakin?" Jarno menekur sembari berjalan dan duduk di tepi tempat tidur. Padahal ia pikir bisa menyenangkan hati bos mereka jika berhasil membawa gadis itu sebagai hadiah. "Ah!" Ia

    Last Updated : 2022-09-01
  • Salju Hitam di Venesia   Hilang Diculik

    Melihat target tumbang, Jarno dan Mirko menerobos masuk dengan cekatan. Yang satu membawa Yepa pergi dan yang lainnya membersihkan tempat kejadian. Setelah itu, mereka meninggalkan motel melalui jalan darurat dengan terburu-buru.Mirko mengemudikan mobil. Kendaraan beroda empat itu menyusuri jalanan Milan yang masih sepi. Sementara Jarno yang duduk di kursi depan penumpang tengah sibuk membuat beberapa panggilan pada rekan-rekannya yang berada di lokasi lain."Mereka akan membereskan sisanya," kata Jarno seraya menutup telepon."Oke." Mirko mengangguk ringan. Ia menatap lurus jalanan. "Biarkan mereka melakukannya.""Itulah gunanya persiapan. Kita sudah lancang mengambil risiko ini. Maka kita juga perlu menuntaskannya dengan rapi."Mirko bersiul. "Kau semakin tangguh saja, Bung!""Sialan kau!" Jarno mendengkus. "Berulah lagi, aku akan mogok bicara!""Uh, ancamanmu membuatku gentar!""Berengsek!"Yepa yang malang tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak bisa berteriak. Apalagi menangis. Ak

    Last Updated : 2022-09-02

Latest chapter

  • Salju Hitam di Venesia   Bersantai

    "Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Enzi tidak suka berbasa-basi dan tatapannya sangat menusuk. "Kau datang menemuiku, pasti ada sesuatu, 'kan?"Laiv belum menyampaikan maksudnya, tetapi Enzi sudah memotongnya terlebih dahulu. "Apa aku tidak boleh mengobrol denganmu?" Sebenarnya ia bisa langsung saja ke inti tujuan, tetapi ia tidak melakukannya karena berpikir mungkin ia bisa mengorek satu-dua hal darinya sekaligus mengenang masa lalu.Melihat Laiv bersikeras, Enzi tidak menolak. "Baiklah." Ia bukan tipe orang yang suka merobek topeng lawannya. Juga bukan individu yang sok sibuk. Lagi pula dirinya punya waktu senggang saat ia menginginkannya. Ia pun mengeluarkan sebungkus rokok. "Kau keberatan?"Laiv menggeleng, tetapi tidak menolak. "Aku bisa menemanimu," katanya. Lagi pula ia sudah lama tidak merokok."Bagus."Enzi membuat isyarat agar Laiv mengikutinya dan pergi ke sebuah area yang tidak jauh dari tempat semula. Lokasi tersebut adalah sebuah area terbuka yang pernah menjadi la

  • Salju Hitam di Venesia   Bangun dari Mimpi

    "Apa ada yang kau inginkan?"Deska menggeleng lemah saat ayahnya bertanya. Ia pun menjawab dengan samar-samar, "Tidak ada." Ia merasa cukup dan tidak menginginkan apa pun.Zalka menghela napas. Sejak putranya bangun, perilakunya sudah seperti itu. Entah apa yang salah, tetapi ia merasa ada yang berubah."Kalau begitu istirahatlah. Dokter akan segera datang untuk memeriksamu lagi," katanya mengingatkan."Aku tahu." Deska mengangguk. Ia memaksakan sebuah senyum. "Papa juga sebaiknya beristirahat." Ia tahu ayahnya tidak terlihat santai setelah dirinya bangun tadi malam.Di depan putranya sendiri, ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Bagaimanapun juga, ia masih merasa cemas akan kondisi Deska yang belum pulih benar."Jangan khawatirkan aku," katanya dengan alami. "Aku baik-baik saja."Karena ayahnya berkata seperti demikian, Deska tidak akan repot-repot lagi memperingatkannya. Ia pun menutup mata sambil menunggu dokter datang.Ruangan itu menjadi hening. Kemudian setelah beberapa s

  • Salju Hitam di Venesia   Kabar

    Sebenarnya Yepa sudah mampu berinteraksi secara normal dengan Laiv. Hanya saja ia tetap merasa aneh dengan perubahan ini. Ia lebih nyaman dengan wajah bodoh itu.Sementara itu, Laiv masih sedikit takut jika Yepa tidak bisa menerima kondisinya saat ini. Belum lagi mengenai perasaannya yang terus tertunda hingga sekarang.Keduanya bertemu kembali, tetapi di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Bukan lagi gudang tua usang yang tak terpakai, tetapi sebuah pondok.Yepa menguap lebar. "Jangan lihat aku seperti itu," katanya dengan nada bosan. "Aku tidak menerima berita apa pun dari kakek.""Bukankah seharusnya dia tahu kalau kau diculik?" Laiv mulai berpikiran buruk. "Kenapa dia tidak mencemaskanmu? Apakah orang-orangnya lalai?"Otak pria ini benar-benar sudah tersandung. Yepa memutar mata. "Kenapa tidak? Yang menculikku tidak lain kakakku sendiri. Masalah?""Tapi itu bukan kehendaknya," bantah Laiv. "Itu pekerjaan orang-orangnya. Ini kecelakaan.""Ya, kecelakaan yang membawa berkah," timpa

  • Salju Hitam di Venesia   Wajah Lain

    Jarno memasuki ruangan tempat Enzi kini berada dengan beberapa laporan di tangan. Di belakangnya Mirko menyusul, menutup pintu dan berdiri di sana. Saat ketiga pasang mata mereka bertemu, topeng kepura-puraan pun terlepas."Ada beberapa kabar," kata Jarno memulai. Ia melihat isi laporan dan membacakannya dengan jelas. Mulai dari kelompok mereka sendiri, keluarga Danapati, dan urusan Hirawan.Enzi fokus mendengarkan. Sementara Mirko menjaga pintu dengan patuh. Dan Jarno terus membacakan laporan. Setelah usai, ketiganya terdiam."Oke, kita tuntaskan dulu urusan internal," kata Enzi yang akhirnya bersuara.Jarno mengangguk. "Apa yang ingin kau lakukan?""Biarkan Dario dan kedua kawannya sibuk. Jangan beri mereka celah untuk mengorek kabar apa pun tentangku saat ini." Ia menoleh pada Mirko. "Karena orang-orang ini sangat peduli padaku, kirimkan beberapa wanita untuk mengganggu fokus mereka."Mirko mengangguk."Kali ini ambil umpan dengan jatah pekerjaan untuk jangka panjang," tambah Enzi.

  • Salju Hitam di Venesia   Sumpah

    Hingga detik ini, Yepa masih belum terbiasa dengan penampilan Laiv yang normal. Seharusnya itu baik-baik saja, tetapi ini justru sulit. Terasa aneh dan tidak pada tempatnya.Di ruangan yang sunyi itu Yepa dan Laiv saling menatap tanpa hendak mengutarakan apa pun. Keduanya diam seribu bahasa. Sibuk memikirkan ini dan itu tanpa kejelasan. Yang satu tidak tahu mesti berkata apa, sementara yang lain takut mengungkapkannya.Namun, pada akhirnya mereka tahu apa itu jenuh dan membuang-buang waktu. Lagi pula tidak ada artinya jika terus seperti itu. Kapan hal ini akan selesai?"Kau duluan."Mereka mengatakan hal serupa di saat yang bersamaan, keduanya terkejut.Laiv cepat-cepat mengibaskan tangan dengan panik. "Tidak, tidak, kau duluan!"Yepa memasang wajah cemberut, emosinya sedang tidak bagus. "Apa tidak terbalik?" tukasnya. "Seharusnya ini kau!""Benarkah?" Laiv meragukannya. Ia melirik ke arah lain, tidak berani menatap Yepa secara langsung seraya bergumam, "Kupikir itu kau."Sikap malu-m

  • Salju Hitam di Venesia   Berjalan Normal

    Sepasang iris serigala itu menatap bosan ke arah luar jendela dari sebuah motel. Ribuan keping salju terus berjatuhan dari atas langit dan tampak tidak akan pernah berhenti turun untuk memenuhi seisi kota tersebut. Enzi menghela napas."Bos, apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Marco dengan penuh pengertian. "Kalau ya, apa ada yang bisa kulakukan untukmu?""Tidak perlu," sahutnya singkat tanpa mengalihkan perhatian.Mendengar jawaban itu, Marco tidak terus mendesak sang bos. Tidak berarti tidak. Ia pun memilih duduk dengan tenang dan kembali menyeka pisau lipat yang masih ada di tangan.Keheningan kembali menyelimuti tempat tersebut. Satu orang duduk di dekat jendela dan sisa lainnya menempati sudut ruangan."Dia tidak memberi kabar?"Pertanyaan dadakan dalam kesunyian itu seketika menghentikan gerakan tangan Marco. Ia tahu siapa orang yang tengah sang bos singgung, Raveena Radeska."Ada," balasnya cepat. "Dia mengatakan bahwa tugasnya sudah selesai. Tapi masih ada beberapa hal yang b

  • Salju Hitam di Venesia   Pukulan

    Mendengar bahwa keduanya adalah teman sejak kecil, membuat Yepa percaya bahwa dunia itu sempit. Ternyata selama ini mereka saling terkait satu sama lain."Jadi, sebenarnya kalian sudah saling mengenal sejak lama?" Ia jatuh terduduk di tepi tempat tidur dengan pandangan jatuh ke bawah seolah tak bertenaga. "Lalu, ada apa dengannya?" Ia merasa kakaknya akan menyampaikan sesuatu yang buruk.Belum apa-apa reaksi adiknya sudah seperti ini. Tampaknya hal ini akan memberi pengaruh besar pada masa depan mereka. Namun, ia tidak ada hubungannya.Enzi tidak bertele-tele. "Karena suatu hal, dia harus mengkonsumsi obat-obatan yang bisa merubah wajahnya demi keselamatan. Tapi efek sampingnya pun sangat setimpal. Umurnya menjadi lebih pendek dari kebanyakan orang normal."Kabar itu memberinya pukulan. Yepa ingin mengatakan sesuatu. Hanya saja tidak ada suara apa pun yang keluar karena seketika itu juga pikirannya menjadi kosong, tetapi jelas dalam satu hal. Itu berarti waktunya tidak akan lama lagi?

  • Salju Hitam di Venesia   Kejutan

    Ruangan itu menjadi hening seketika. Atmosfer di sekitarnya pun turut berubah. Beberapa anggapan pun mulai bermunculan di antara para pendengar.Enzi bertanya-tanya, apa yang Yepa makan sehingga membuat penglihatannya menjadi seperti itu? Jelas usia mereka terpaut tidak jauh. Dengan senyum kebapakan, ia pun berkata, "Nak, apa kepalamu terbentur?"Mendengar jawaban seperti itu, telinga Yepa memerah. Belum lagi ada tawa yang muncul setelahnya. Membuat wajahnya memanas karena terbakar marah. Dan tanpa malu-malu ia pun membalas, "Mungkin temanmu memberiku obat yang salah."Seketika protes pun melayang. Jarno menampakkan diri sambil menunjuk Yepa. "Sialan! Otakmu pasti rusak!"Emosi Yepa tersulut. "Itu salahmu!" balasnya dengan garang.Di sisi lain Mirko masih tidak bisa berhenti tertawa. Ia melangkah dan berdiri di samping Jarno. "Bos, apa kau menghamili seorang wanita di usia dini?" candanya.Enzi tersenyum tanpa merasa tersinggung sedikit pun. "Kalau aku berani melakukannya, maka seseor

  • Salju Hitam di Venesia   Kenalan Lama

    Dengan napas terengah dan tubuh berkeringat, akhirnya Laiv tiba di tempat tujuan. Ia melihat daerah pinggiran itu dengan wajah rumit. Merasa terlalu kebetulan dan aneh. Kenapa orang itu bisa berada di kota yang sama dengannya saat ini?Memasuki kawasan padat penduduk, ia menelusuri lorong-lorong panjang yang sempit dan saling terhubung satu sama lain. Begitu menginjak penghujung jalan, ia melihat sesosok remaja tengah berdiri. Ia menghampirinya tanpa banyak berpikir.Namun, belum ia mengucapkan sepatah kata pun, remaja itu, Ivan, mendongak dan terkejut saat melihat penampilannya."Hei, sudah lama sekali," sapanya ringan.Laiv mengangguk. Tanpa sadar ia menyentuh wajahnya dan mendesah. Oh, ia lupa minum obat hari ini saking cemasnya tadi."Antar aku ke sana," pintanya tanpa basa-basi."Oke!" Ivan mengacungkan jempol dan segera memandu Laiv ke tempat pertemuan.Tidak ada obrolan di antara keduanya. Hanya ada suara-suara ketukan sepatu dari langkah kaki mereka yang terdengar. Sementara d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status