Arum memperhatikan Taka dan Anes yang duduk di depannya dengan saling membuang pandangan. Keduanya bungkam dan tidak berani meneruskan ucapan mereka. Arum yang sudah mulai bisa menyeret kakinya untuk berjalan, seketika penasaran saat mendengar ada kegaduhan di teras antara Taka dan juga Anes. Walau suara keduanya tertahan hingga tidak ada tetangga yang menyadarinya. Namun wanita itu dapat mendengar dengan baik.
“Jadi, ada masalah apa antara kalian berdua? Siapa yang hamil?” tanya Arum dengan sorot mata tajam memperhatikan keduanya bergantian. Taka dan Anes masih diam seribu Bahasa. Masih saling membuang pandangan.
“Gak mungkin Taka yang hamil’kan? Saya lihat soalnya waktu Taka sunat. Lucu deh bentuknya.” Kekonyolan yang diucapkan Arum, sontak membuat Anes merasakan hangat di pipinya, hingga memunculkan warna merah di pipinya. Sedangkan Taka sudah melotot tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan Arum.
“Teteh … bic
"Pinjam ponsel kamu, cepat, Ka!" bisik Anes tak tak sabar. Taka mengeluarkan ponsel dari saku, lalu membuka kunci layar dengan cepat."Duh, lama deh!" gerutu Anes yang langsung menyambar ponsel dari tangan Taka. Pemuda itu hanya bisa tersenyum dalam diam, sambil bergumam,"ibu hamil galak banget!"CeklekCeklekCeklek"Loh, ini kok gak bisa kameranya? Gimana sih?" omel Anes saat tak bisa memotret dua orang yang akan masuk ke dalam mobil mewah."Kamera belakang rusak, Non. Bisanya Selfi aja," sahut Taka sambil menahan tawa. Anes melotot dengan bibir maju beberapa centi. Dia terpaksa mengambil potret dengan pose Selfi pada objek fotonya. Lumayanlah, daripada tidak dapat sama sekali.Anes menghela napas lega dan di saat yang sama. Dia baru sadar, wajahnya tepat di dada Taka. Semburat merah di wajahnya kembali muncul. Keduanya diam tak bergerak."Non, kita mau nginep
"Apa ini?" Julian menatap foto yang tidak terlalu jelas di dalam ponsel milik Anes."Lihat saja. Masa kamu tidak mengenali postur tubuh istri dan juga papa kamu?" Anes duduk di samping Julian. Membiarkan suaminya memperbesar gambar. Memang tidak begitu jelas, mengingat ponsel yang digunakan untuk mengambil potret itu adalah ponsel Taka. Ponsel jadul yang bentuknya seperti roti kopi yang banyak dijual di mal."Tidak mungkin! Papaku sangat mencintai Mama. Dan ... Kak Mira ...." Julian mentransfer foto dari ponsel Anes ke dalam ponselnya. Dengan wajah gusar, Julian bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar.Ya, lelaki itu pergi dengan rasa marah yang menggumpal di dadanya. Lalu Anes? Wanita itu tersenyum puas. Puas akan takdir Tuhan yang menetapkan tangannya tidak perlu dikotori untuk mencari bukti siapa dalang di balik ini semua."Ah ... akhirnya Tuhan yang membuka kebenaran itu. Tidak perlu
Lelaki itu terdiam di kursi kerjanya. Wajahnya berantakan begitu juga dengan pakaiannya. Entah sudah berapa bungkus rokok dia habiskan dalam lima jam ini. Jangan ditanya bagaimana keadaan kantornya. Semua barang dirusak, bahkan semua dokumen penting perusaan dirobek hingga menjadi sampah di dalam ruangannya.Mau alkohol juga begitu menyengat memenuhi isi ruangan. Tidak ada siapapun yang berani menegurnya, termasuk sang sekretaris yang sudah kembali ke rumahnya, karena ketakutan oleh sikap Julian.Pintu ruangan lelaki itu dikunci dari dalam. Terkadang dia tertawa terbahak-bahak. Terkadang juga menangis dan meracau tak menentu. I marah pada takdir Tuhan. Ia kecewa dengan orang tuanya dan patah hati dengan Mira. Wanita yang juga sangat ia cintai setelah mamanya, lalu Anes.Sekarang, semua berubah dan berbalik menghukumnya. Istrinya bermain api dengan papanya. Istri yang ia banggakan dan sangat ia sayangi. Meskipun wanita itu
Julian sudah kembali terlelap di brangkarnya. Lelaki itu benar-benar tidak mengingat kejadian apapun, selain hari pernikahannya dengan Anes. Kepalanya yang tiba-tiba sakit, membuat Julian akhirnya terlelap lagi dan membiarkan Anes tengah kebingungan sekarang.Julian yang ia kenal pertama sekali, muncul lagi. Sikapnya manis dan sangat lembut bertutur kata padanya. Lalu, bagaimana bisa dia tiba-tiba menceraikan suaminya? Tunggu, bukankah dengan hilangnya ingatan Julian, pertanda semua masalah selesai dan Juliannya kembali padanya seperti sedia kala?Dokter mangatakan,bahwa cedera kepala dan stres menjadi salah satu penyebab terjadinya amnesia pada seseorang. Benturan yang terjadi pada kepala Julian contohnya. Lelaki itu akan sulit mempelajari informasi baru setelah terjadinya amnesia. Serta kesulitan mengingat peristiwa masa lalu dan informasi yang sebelumnya diingat.Kebanyakan orang dengan amnesia memiliki masalah dengan i
Ketiganya bergantian menatap Anes dengan pandangan bingung. Terutama Julian, lelaki itu membuka sedikit mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi diurungkan. Anes berubah pemarah. Itu yang ada dalam pikiran Julian. Apa karena belum malam pertama dengannya?"Julian, kenapa kamu diam saja? Aku bilang cari baju kaus yang sudah kamu buang itu?" Anes kembali menggeram kesal. Tuan Permana dan istrinya sampai terlonjak kaget dengan emosi Anes yang benar-benar berubah."Sayang, nanti kita bisa beli yang baru dan masih bagus. Lagian, ada apa dengan baju itu? Kenapa terlihat begitu berharga untuk kamu?" Julian mengiba. Wajah pucatnya belum hilang. Lemas dan tidak bercahaya."Aku tidak mau tahu, pokoknya harus dicari. Kalau tidak ...." Ketiga orang yang sedang memperhatikan Anes, memandang sengit sekaligus penasaran dengan lanjutan ucapan kalimat yang akan keluar dari bibir Anes."Kalau tidak, kita bercerai!""Hah?" Julian melotot kaget. L
Taka melamun memandang rintik hujan di jendela metromini yang sedikit retak. Segalanya berlangsung begitu cepat selama kurang lebih empat puluh hari ini. Rangkaian peristiwa yang membawanya bertemu dengan Anes. Membuat masa depan wanita itu rusak dan sekarang mengagumi bahkan menyukainya layaknya kekasih. Apakah dia termasuk lelaki tidak tahu malu? Haruskah ia benar-benar melupakan wanita itu? Wanita yang tengah mengandung anaknya. Walaupun bukan buah cinta antara mereka, tetapi bayi itu ada karena takdir Tuhan yang mempertemukan keduanya.Pantaskah saat ini jika dia egois? Ingin melihat wanita itu setiap hari, sebelum lelaki yang menjadi suaminya cedera. Kini, ia tidak bisa memandang wanitanya, bahkan dari jauh sekalipun. Pesan darinya juga sudah tidak dibaca. Bisa saja mungkin langsung dihapus. Taka merasa ada yang hilang pada sebagian dari dirinya. Ia kehilangan semangat bekerja karena Anes. Apa kabarnya dia? Apakah baik-baik saja? Taka mengusap embun yang menutupi pemanda
"Kepala kamu masih sakit, Lian?" tanya Anes pada suaminya, saat mereka tengah menyantap sarapan. Lelaki itu tersenyum, lalu menggeleng."Aku baik-baik saja dan aku rasa akan lebih cepat sembuh jika aku bisa ... Yah ... bercumbu mungkin," sahut Julian dengan senyuman lebar. Jika dia adalah istri yang sedang dimabuk cinta pada suaminya, tentulah saat ini dia akan menarik paksa lelaki itu untuk masuk ke dalam kamar, tetapi kenyataannya, perasaan cinta itu mengikis perlahan. Dia bertahan sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Begitu Julian sembuh, maka dia akan meneruskan keputusannya. Sembuhnya kapan? Hanya Tuhan yang tahu, karena sampai saat ini isi di kepala Julian bahwa mereka pengantin baru."Aku tidak mau kamu sakit lagi dan pingsan untuk waktu yang lama hanya gara-gara bercumbu. Sabar dulu saja. Sudah, tidak perlu terlalu memikirkannya, makanlah dengan banyak biar kamu lekas sembuh," ujar Anes lagi dengan senyuman tipis. Tangannya cekatan mengambilkan nasi p
Malam kian beranjak semakin larut, mengantar mata-mata lelah untuk sampai ke peraduan. Bercumbu dengan selimut dan mimpi. Begitu hening dan tenang. Angin malam juga seakan malu-malu untuk bertiup, mengisi malam yang penuh keheningan. Dari jauh, masih terdengar suara kendaraan dan klakson yang nyaring. Namun, tak mampu membuat mata lelah seorang Anes untuk terbuka.Ia lelah menangis seharian. Taka dan Arum pergi tidak tahu ke mana. Ponsel pemuda itu juga tidak aktif. Menurut informasi yang ia terima, Taka sudah mengundurkan diri dari hotel. Anes tidak bisa menyembunyikan kesal, kecewa dan sedihnya, hingga dua pack tisu habis berserakan di dalam kamar.Betapa kaget bukan kepalang, Julian masuk ke dalam kamar dalam keadaan berantakan. Bukan hanya kamarnya, tetapi juga istrinya. Mata wanit itu sampai tinggal segaris, dengan pupil membengkak. Julian berlari menghampiri Anes, ikut duduk di dekat istrinya."Anes, kamu kenapa?" tanya Julian panik."Ap
-Dewasa_ Tak perlu ada adegan melucuti pakaian pengantin wanita kali ini, seperti yang biasa ada di dalam novel-novel yang pernah dibaca oleh Anes, karena wanita itu keluar dari dari kamar mandi sudah dengan handuk kimononya. Wajahnya segar sehabis mandi. Yah, setelah puas buang hajat, Anes merasa perlu mandi agar tubuhnya segar dan siap tempur sebentar lagi. Disajikan tampilan istri yang begitu segar dan menggoda, tentu saja jakun Taka naik turun. Tentu saja naik dan turun, kalau naik saja tidak turun-turun itu tandanya Taka sudah tak bernyawa. He he he … Anes berjalan meliak-liuk begitu menggoda di depan suaminya. Sambil menarik ujung rambutnya yang basah dan memainkannya d
Ekstrapart 2 Salah kamar Penerbangan ke Thailand lumayan lama dan membosankan bagi Taka. Maklum saja, seumur hidupnya belum pernah naik pesawat secara benar-benar terbang di udara. Pernah merasakan naik pesawat saat SMA, saat kunjungan ke Anjungan Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah. Tentu pengalaman kali ini sungguh berbeda dan lebih seru baginya, karena ada sang istri tercinta yang sedari tadi menggandeng mesra tangannya, bahkan sesekali menggoda tangannya untuk berbuat mesum. Semoga pembaca memakluminya ya, namanya juga pengantin baru. Ketika pesawat sangat besar itu akhirnya mendarat, Taka berjalan seperti robot dengan kepala sedikit berkunang-kunang bersama dengan Anes ke dalam bandara untuk melewati bagian imigrasi
Taka memeluk istrinya dengan erat, lalu kembali menciumi pipi berisi itu sampai berkali-kali. Keduanya kembali berciuman seakan tiada waktu esok untuk mengulanginya. Hubungan yang sudah halal di mata Tuhan dan negara. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari semua ini selain bersama seseorang yang sangat mencintaimu.Tubuh Anes masih bergetar oleh sisa-sisa kenikmatan yang baru sepuluh menit ia lalui bersama Taka. Bukan hanya satu kali, dia menjerit bahkan sampai tiga kali. Hingga tenggorokannya terasa begitu kering saat ini. Taka pun merasakan hal yang sama. Mendayung menuju puncak memang tidak mudah, hingga suara dan tenaganya sampai terkuras habis. Dengan tubuh polosnya Taka turun dari ranjang, lalu menuangkan air ke dalam dua gelas yang memang sudah disediakan di kamarnya. Air putih itu terasa dingin menyentuh tenggorokan.Taka memberikan satu gelas penuh pada Anes dan memperhatikan sang istri minum dengan sangat rakus. Mata pemuda itu kembali berbinar cepat d
Khusus Dewasa dan setengah tua ya.+++++Hari ini di tangannya, Anes menerima akta cerai yang ia nantikan selama dua bulan. Beberapa lembar surat itu sangat berarti bagi masa depan yang akan ia bangun bersama Taka. Sudah tak sabar rasanya menjadi pengantin dan istri sesungguhnya dari pria yang mencintainya dengan sepenuh hati.Anes memotret beberapa lembar kertas itu, lalu mengirimkannya pada Taka. Ia tahu, pasti calon suaminya itu pasti akan sangat lega dengan hal ini. Ada banyak hal yang perlu disiapkan dengan cepat agar niatan mereka segera terlaksana dengan lancar.TokTok"Nes, boleh Bunda masuk," seru Laili dari balik pintu. Anes menoleh, lalu menjawab,"boleh, Bun, masuk saja." Anes merapikan kembali berkas itu untuk dimasukkan ke dalam amplop coklat besar."Surat dari siapa tadi?" tanya Laili yang kini sudah duduk di sampingnya."Ini, Bun, akta cerai dari pengadilan. Hhuuft ... Anes benar-benar lega," ujar Anes s
"Mbak Salma, ini Heri;tehnisi yang kemarin Mbak tanyain," seru Fajar salah seorang staf yang bertugas di lantai yang sama dengannya. Salma yang sedang membawakan kopi hitam panas untuk Anes berhenti sejenak, lalu tersenyum untuk menyapa."Mari, Mas, ikuti saya." Salma berjalan terlebih dahulu. Ia lupa memberitahu Anes, bahwa akan ada tehnisi yang memperbaiki komputer dan juga CCTV di ruangan Anes. Di atas nampan ia membawakan dua cangkir teh, karena ia tahu Anes sedang bersama suaminya. Si tehnisi berdiri tidak jauh dari Salma, menunggu arahan kapan bisa memulai pekerjaannya.TokTok"Permisi, Bu." Karena pintu tidak tertutup rapat, Salma mendorong sedikit daun pintu dan matanya mendelik kaget melihat Anes tengah ditindih paksa oleh suaminya di atas karpet, tepat di depan meja kerja."Bajingan!" hardik Anes sambil meronta-ronta, membuat Salma terkesiap. Posisi Julian sedang memunggungi pintu masuk sehingga lelaki itu tidak tahu, jika ada seseorang ya
Ririn beserta suaminya, serta Arya dan juga Laili sudah berada di rumah Taka untuk menyaksikan pernikahan siri dari Doni dan Arum. Ada Bude dan beberapa perangkat lingkungan serta tetangga yang juga hadir di sana. Doni sudah siap melakukan ijab kabul dengan meminjam baju koko muslim milik Taka. Sedangkan Arum sudah dirias sederhana oleh ibu-ibu tetangga. Arum mengenakan kebaya yang dipinjam dari tetangga. Walau sedikit kebesaran, tetapi Arum tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin juga di menikah dengan baju daster batik'kan?"Bisa kita mulai?" tanya Pak Ustadz pada semua yang hadir di sana."Dicepatin aja, Pak. Saya sudah siap," balas Doni dengan penuh semangat. Tamu yang hadir di sana pun akhirnya tertawa. Semua wajah memandang Arum dengan penuh suka cita. Akhirnya, masa jandanya berakhir dengan mendapatkan jodoh dokter muda, perjaka pula.Banyak tetangga juga yang iri pada keberuntungan Arum. Termasuk Taka dan Anes yang duduk berdampingan sambil menahan
Jika ada kontes pria paling menyebalkan se-Indonesia, maka Julian sudah pasti sebagai pemenangnya. Bagaimana bisa lelaki itu dengan mudahnya berakting koma untuk sekian lama hanya agar tidak diceraikan oleh istrinya? Apakah kecelakaan ini juga termasuk dalam skenarionya?Anes tidak mau memikirkan apapun. Kakinya melangkah lebar dan cepat untuk segera meninggalkan rumah sakit. Tidak perlu menunggu sampai besok, sore ini juga dia akan ke Pengadilan Agama untuk mengajukan gugatan perceraian pada Julian.Teriakan dari ibu mertuanya sudah tidak lagi ia hiraukan. Air bening menggenang di matanya dan siap terjun bebas membasahi kedua pipinya. Ada perasaan lega, sekaligus kecewa dan juga kesal. Lega karena sebentar lagi niatannya menjadi janda semakin cepat terealisasi, tetapi sekaligus kecewa dan juga kesal dengan Julian dan dirinya sendiri.Bisa-bisanya ia tertipu kembali dengan kelakuan Julian yang sungguh tega dengan dirinya. Jika kemarin ia masih memili
“Lalu … bagaimana dengan Doni, Pa? Apakah hubungan Doni dengan Arum harus ditunda juga sampai urusan dengan Julian selesai?” tanya Doni dengan takut-takut. Keringat sudah membanjiri kening dan juga baju kaus kemeja yang ia pakai. Sungguh bagaikan tengah ditanya oleh malaikat maut jika seperti ini. Detak jantungnya semakin tidak karuan, saat melirik Arum yang juga sama basahnya seperti dirinya.“Memangnya yang mau bercerai dari Julian itu kamu?” balas Arya sambil menahan gelak tawanya. Laili dan Anes pun hampir pecah tawanya mendengar jawaban sang suami. Wajah garang Arya sudah mencair. Lelaki paruh baya itu memang tidak ada masalah dengan hubungan Doni dan juga Arum. Walau wanita yang dicintai putranya itu memiliki keterbatasan, ia sama sekali tidak keberatan.“Ish, Papa! Memangnya Doni alemong?” semua kembali tertawa dan suasana kembali bersahaja. Arum juga akhirnya bisa bernapas lega dengan respon yang diberikan keluarga Don
Semua penghuni rumah Anes keluar begitu mendengar suara gaduh di depan rumah. Arya mematung dengan mulut setengah terbuka melihat ada pertunjukan topeng monyet di pekarangan rumahnya. Baliho berukuran sedang yang berisi kalimat pengungkapan isi hati seorang yang tengah dilanda mabuk asmara, membuat Arya yang tengah berdiri di teras ikut tergelak.Sama halnya dengan Arya, Anes dan Laili pun tertawa terpingkal-pingkal dengan atraksi topeng monyet yang sangat menghibur. Jika biasanya mereka hanya tampil lima menit untuk satu pertunjukan, kali ini, hampir setengah jam topeng monyet itu beratraksi. Dua adik kembar Anes yang sedang duduk di bangku SMP pun ikut tergelak menonton topeng monyet.Atraksi selesai. Taka mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya, lalu diberikan pada dua orang dalang topeng monyet. Baliho yang membentang sudah dilipat kembali oleh Taka. Sungguh pemandangan yang sangat konyol bagi keluarga Arya. Doni pun ternyata ada di sana membantu Taka membe