Share

Berlibur

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2022-06-21 21:36:51

Arum membiarkan semilir angin membelai lembut wajahnya. Desirannya sungguh merdu terdengar, ditambah deburan ombak yang memecah pantai. Perpaduan keduanya bak alulan musik yang menentramkan jiwa. Menghadirkan simpang yang begitu syahdu. Senja mulai menguning suasana pantai terlihat begitu indah ketika sunset terlihat dari tepian pantai. melihat laut terbentang luas juga udara yang begitu menyejukkan hati, kebersamaan Arum dan keluarganya adalah momen yang sangat indah, Levin mengabadikan kebersamaan dengan foto bersama.

Arum masih duduk memandang sunset, rasa nyaman dan hangat kembali hadir. Arum merasakan kenyamanan yang luar biasa. Ia beranjak berdiri dan berjalan melewati pasir, ia berjalan tanpa alas kaki, Arum menenteng flatshoes dipinggir pantai. Sementara Levin memperhatikan dari jauh dan masih merasakan detak jantung yang naik turun tak beraturan. Perempuan berwajah cantik itu masih diam, menatap jauh lautan yang tak bertepi. Lelehan air mata sesekali meluncur di pipi mulus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Saat Istri Memilih Pergi   Sweet moment

    "Baiklah kami pergi dulu, Mas. Naura Tante pergi dulu ya."Gadis kecil itu cemberut. "Ya, Tante kok pergi sih," jawab Naura sedih. "Ya nanti kan bisa ketemu lagi."Gadis kecil itu mengulas senyum. Serius Tante, nanti mau ketemu Naura dan Papa lagi," ucap Naura pada Arumi senang. "Iya, pasti itu.""Baillah, Tante." Naura memeluk tubuh wanita yang sangat ia sayangi. "Mas Rum, pergi dulu ya."Elang mengangguk. "Iya, Rum.""Dah Tante cantik."Arum membalas dengan melambaikan tangan. Arum berjalan di samping Levin. Ada rasa cemburu yang begitu mendalam, namun Levin terlihat tenang. "Rum, siapa dia tampan sekali wajahnya juga seperti artis korea?" tanya Levin menggoda adiknya. Arum menghela nafas berat. "Selama ini, Mama kerja di luar negeri, jadi dia yang selalu ada buat Arum, yang menjaga Arum pas lagi sakit, ya kami berdua berjuang hingga saat ini ia sudah menjadi sukses. Dia kakak Arum, mas.""Oh. Terus...."Dada Levin terasa terhimpit, sepertinya kalimat itu serupa belati yang m

    Last Updated : 2022-06-21
  • Saat Istri Memilih Pergi   Masih Cantik

    Bulan purnama telah menampakkan dirinya dilangit yang gelap, cahaya bulan purnama menerangi bumi. Mereka berdua menatap langit nan jauh di sana sedikit bintang yang memenuhi langit. Sekilas Elang menatap wajah Arumi yang makin hari makin dewasa dan cantik. Ia tersenyum dan kembali menatap langit lagi. "Ada apa ya, itu disana kok rame sekali, Mas?""Entahlah, kita lihat yuk."Arum mengangguk. "Ayo."Mereka berjalan ke arah ramai anak-anak muda. Ternyata kata meteka hari ini akan ada pesta kembang api. Arum tersenyum bahagia, dan memegang erat tangan Elang. Menanti kembang api dinyalakan. Mereka duduk berdampingan sambil melihat berbagai permainan para anak muda. Elang menghirup aroma yang menenangkan dari rambut Arum. Lalu ia menoleh ke samping menatap wajah cantik Arhm di bawah sinar rembulan juga lampu hias. 'Ternyata masih sama, ia sangat cantik' gumamnya dalam hati sembari tersenyum dan kembali melihat lalu lalang para pengunjung. Kini mereka ada di pesta kembang api, saat kemb

    Last Updated : 2022-06-21
  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencari kesenangan

    "Mas, aku rindu, malam ini menginap disini ya?" tanya Hani bergelayut manja dalam pelukan lelaki bertubuh kekar itu. "Maaf, Hani ... aku capek. Lain kali saja," tolak Damar perlahan, merenggangkan pelukan Hani di tubuhnya. Wajah tampan Damar sedikit ditarik saat Hani berusaha mengecup bibirnya."Terus kapan, Mas ... aku rindu, sudah lama kita tak pernah bertemu." Hani bangkit dari tempat tidur dan menggigit bibir dengan rasa kecewa yang dalam."Jangan, hari ini."Hani megusap rambut yang menutupi kening dan separuh matanya. Lalu ia menguncirnya dengan tali, saat ia sadar ada butiran halus menetes dipipinya. Hani menangis. Betulkah? Serapuh inikah? Dirinya perlahan bangkit dengan langkah gontai menuju cermin. Menatap wajahnya yang kini berurai air mata."Kau anggap apa aku ini mas?" tanya Hani terbata. Damar terdiam. Merasai sesak di dalam dadanya. "Kenapa, Hani. Kenapa sekarang kau banyak menuntut," jawab Damar seasalnya. "Karena aku inginkan dirimu, Mas." Hani terus menangis. "

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Memilih Pergi   Putusan pengadilan

    "Wah, Rum, makin hari makin tambah cantik aja, deh," puji Levin yang baru datang lalu duduk di ranjang. "Biasa saja, Mas.""Serius ... kalo kamu begini, Damar makin tak mau dicerai. bisa jatuh cinta lagi dia," goda Levin. Arum tersenyum, sambil duduk di depan Kakanya Levin. "Ga mungkin lah Mas, jatuh cinta, lagian Rum, bukan tipenya kali.""Model begituan, pengen ku tonjok saja mukanya itu, nyebelin."Arum tertawa geli. "Bagaimana persiapannya Mas?""Mudah-mudahan kita menang Rum, oh ya Siapa saksinya, Rum?""Mama sama, Mas Elang.""Bailklah, ayo lama sekali dandannya."Arum mengembuskan napas kasar dan memijit pelipisnya. Semoga saja Damar tidak segila kala persidangan kemarin. Arum mengambil tas juga berkasnya dan berjalan mendekati sang Papa. "Kau gugup, Nak?" Tanya sang Papa pada Arumi yang terlihat diam. "Sedikit Pa." Arumi mencoba ngontrol detak jantungnya yang tak beraturan. Sang papa tersenyum manis. "Bagus, kau harus kuat Rum. Dan ingat anak papa pantang menangis ya."Aru

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Memilih Pergi   Sesakit itukah melupakan Arum

    Aura merasa kesal, sang papa tak kunjung pulang juga tugas dari sekolah banyak sekali, musim pandemi membuat Aura lebih banyak daring di rumah, al hasil ia cepat sekali marah jika tidak mengerti cara mengerjakan soal yang akan dikerjakannya. "Jadi, guru Les private, Non, tidak hadir hari ini?" Bibi bertanya dan menemani Naura belajar. "Eggak, gimana nih, pusing Naura Bi, ini harus dikumpulkan paling lambat jam 12 siang ini," jawab Naura dengan suara lirih, karena takut tak bisa mengerjalannya. "Wah, apa Bibi bisa bantu, Non.""Malas, Naura Bi," tampak Naura kesal seraya kurang bersemangat. "Jangan gitu Non, nanti Papa marah lo.""Jika Bunda masih hidup, Naura kan enak Bi ada yang bantuin Naura." Setetes bulir bening keluar dari mata gadis kecil itu. "Jangan begitu, Non. Bibi jadi sedih."Gasis kecil itu, hanya diam. Menatap tugas yang tidak bisa ia kerjakan, sesaat ia menatap foto sang Bunda yang telah lama pergi meninggalkannya. Rasa pilu kini hadir lagi, hanya kata andai dan an

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Memilih Pergi   menahan amarah

    Damar menatap penjuru ruangan, sekilas ia melihat Levin bos dimana Arum bekerja. sedang bersama rekan kerjanya. Damar lepas kontrol ia langsung menghampiri dan memukul Levin. Berkali-kali ia mendorong tubuh Levin. Levin tak siap hampir terjatuh karena ulah Damar, namun ada rekan kerja Levin yang menagkapnya sati belakang. Ia bangkit dan membalas pukulan Damar dengan keras. Bughh"Hey, apa masalahmu?" tanya Levin tak mengerti. "Kau, jangan ambil, Arumku," jawab Damar kesakitan, darah segar mengalir diujung bibirnya. Levin mendorong tubub Damar menghimpit ke tembok. Dan berusaha membalas Damar. "Dasar gila ya, lihatlah sudah datang bersama selingkuhannya. Masih cemburu sama Arum. Lelaki macam apa ini." Goda Levin membuat Damar semakin memanas. "Tidak akan aku biarkan kau mendekati Arum."Levin tersenyum sombong. "Hay, kau yang tak akan pernah bisa menyentuh arum lagi, apa lagi menyentuh satu saja ujung rambutnya. Tak akan aku biarkan, lelaki gila." Ancam Levin. "Oh, sombong kau!"L

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Memilih Pergi   Sesak yang menyiksa

    Arum berjalan masuk ke kamarnya, wanita itu duduk termenung di balkon kamar. Menatap bintang-bintang yang bersinar menerawang diatas sana. Namun perasaannya tidak seterang hatinya. Ia pun tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya, pada kenyataannya hatinya terasa begitu rapuh. Saat menginggat kejadian tadi sore di rumah Elang. "Aku keberatan kalau kau datang ke sini lagi Zhi," ucap Elang memanas sembari menunjuk kepada perempuan itu. Arum menoleh bingung siapa Zhi ini, dan menatap wanita itu tak mengerti dengan tatapan keheranan dan bingung. "Wanita inikah, yang membuatmu membuangku?" balas Zhi.Arum terdiam tak mengerti, apa ini sebenarnya. Ekspresi wajah wanita itu tampak datar, tapi jelas ia sangat tak suka melihat Arum berada disini. "Kau keterlaluan, Bang Elang!" Wanita itu menangis histeris, membuat Elang geram dan mengepalkan tangan. "Bukankah kau pergi, dengan lelakimu itu?""Omong kosong, kembalikan putriku."Deg.... 'Astaga jadi wanita ini masih hidup dan belum m

    Last Updated : 2022-06-25
  • Saat Istri Memilih Pergi   Sesal

    Hari berganti bulan, Levin mengajak Arum belanja bulanan, karena dapat pesanan dari sang mama. Mobil membelah malam dengan lampu penerangan di pinggir jalan yang bersinar terang. Hawa dingin menusuk hingga ke pori pori Arum. "Dingin...?""Iya, Mas.""Pakailah jaket, itu di belakang kamu."Arum menoleh dan mengambil jaket lalu memakainya. Sepanjang perjalanan tanpa ada percakapan, Arum memperhatikan jalanan yang terang dan ramai. Sedangkan Levin fokus menyetir. Selang beberapa menit mobil berbelok ke halaman parkir di sebuah mall di tengah kota besar. Itulah pusat perbelanjaan yang sangat ramai pengunjung. Levin mengajak Arum ke lantai satu mall. Suasana cukup ramai malam itu, mereka langsung mencari bahan pokok juga sayur mayur ikan, ayam, dan daging. Serta sabun dan buah-buahan request sang Mama, dua keranjang kereta telah penuh. Mereka menuju kasir untuk membayarnya. Selesai mereka berjalan dan menaruh belanjaan dalam bagasi mobil, selesai mereka berjalan kembali ke arah lantai ti

    Last Updated : 2022-06-25

Latest chapter

  • Saat Istri Memilih Pergi   Indah pada akhirnya End

    Cakrawala memancarkan warna, dan tiba-tiba matahari muncul berada diantara percakapan Erlan dan Reni. Sejenak Erlan bernafas lega melihat wajah gadis itu, lalu menunduk lagi tangannya mencekeram kuat ujung kursi roda yang ia duduki. Seolah harinya begitu ragu akan ketulusan hati Reni. "Karena wanita itu, yang bernama Kamila, kau jadi kecelakaan, Pak?"Reni mendecih, sedangkan Erlan tidak melakukan tindakan apapun. Tidak mengiyakan tidak pula menentang. Merasa ucapan Reni tepat dia mengujar lagi, pertanyaan yang diluar dugaan. "Sudah kubilang, tidak karena siapa-siapa. Kenapa kau bertanya seperti itu? Sudahlah.""Bisa-bisanya kau menghilang dariku, Pak. Terus mengapa jadi begini? Kenapa jadi lumpuh dikursi roda, Pak?"Erlan meremas rambutnya dengan kasar. Agar Reni mau menghentikan ocehannya. Ia begitu kesal oleh sikap Reni yang tidak menghargainya. "Sudahlah Ren, bukan urusanmu."Reni tersenyum jahat. "Maksudku aku akan menikah lagi. Pak"Kali ini Erlan membulatkan matanya, bahk

  • Saat Istri Memilih Pergi   menuju bahagia

    "Mas, kenapa tak memberi tahu Mbak Reni, padahal dia sudah kesini beberapa kali mencari, Mas."Erlan terdiam. Merasakan detak jantung yang meningkat cepat. Kenapa Dimas tiba-tiba bertanya itu?"Apa aku pantas untuk sekedar dicintai, bahkan untuk berjalan saja aku tak bisa, Dim."Dimas mengehela nafas berat. " Ga boleh putus asa begitu, Mas. Bukankah dokter Reyga juga memberi tahu bahwa untuk kesembuhan, Mas sangatlah besar."Erlan menatap jendela dari balik kamarnya. "Entahlah Dimas, aku merindukan Alifa."Dimas tersenyum, sejak kapan kakaknya ini berubah baik. Bahkan ia tahu jika sang kakak selama ini tak pernah peduli dengan Alifa sang keponakan. "Iya, kapan-kapan kita ke sana ya.""Tidak, Dimas. Aku tak mau membuat Kamila susah dengan hadirku."Dimas tersenyum. "Mas, pikir mbak Kamila orangnya pendendam. Satu hal, Mas. Hati Mbak Kamila itu bagaikan sutra sangat lembut, jadi kayaknya ga ada masalah kalau kita menemui Alifa. Lagian bukankah Alifa adalah masih tanggung jawab Mas Erla

  • Saat Istri Memilih Pergi   mencintaimu

    Ponsel di tangan Dimas hampir terjatuh saat melihat wanita yang tengah melintas di depannya. Dimas sambil mendorong kursi roda sang kakak Erlan. Mudah-mudahan kakaknya tak mengetahuinya. Namun, sepertinya ia tahu jika Kamila berjalan bersama seorang dokter yang tak lain adalah suaminya. Erlan terdiam, seketika ingatannya tertarik jauh ke masa lalu. Ia pikir selama sepuluh tahun adalah waktu yang cukup untuk melupakan sosok Kamila. Ternyata, Erlan salah dan salah. Ia begitu terluka saat melihat ke arah sang mantan istri yang terlihat begitu cantik. Bagaimanapun pedihnya luka yang pernah ditorehkannya dulu, tetap saja kenangan indah sebelum luka itu ada, kembali hadir. Dengan cepatnya rasa itu muncul menembus batas pertahanan yang selama ini mereka pertahankan. Namun pecah dihantam gelombang perceraian. Memakai pashmina hitam dan masih sama, wajahnya tampak lebih sangat cantik dan begitu dewasa. Berbagai pikiran berkecamuk antara ingin menegur juga tak ingin bertemu dengannya. Untung

  • Saat Istri Memilih Pergi   Bayangan semu

    "Pak, meeting sudah mau dimulai.""Baiklah, ayo."Dengan hitungan langkah Erlan menuju tempat yang telah disediakan oleh Reni. Hati Erlan terasa berkeping-keping melirik Kamila yang tak melepas genggaman suaminya, Erlan terlihat kesal tidak dapat berdusta jika hatinya belum pulih sepenuhnya melupakan Kamila.Angin senja menerbak membelai wajah Erlan,yang menerpa angin berganti dengan semburat kuning di ujung langit. Ia telah selesai meeting hari hampir magrib. Entah mengapa Erlan begitu sibuk hingga tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya. Saat menoleh Kamila dan suaminya telah pergi dari kafe itu. Dan sudah tak terlihat lagi. Kalaupun saat ini dia berkerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sang Ibu. Semenjak kejadian itu Erlan tak pernah pulang ke rumah. Tak sekalipun dia melihat ponsel sejak kejadian itu, untuk sekedar menjawab panggilan dari adiknya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan Erlan selama ini, menuruti perintah sang Ibu. Duh, hari ini rasanya rindu d

  • Saat Istri Memilih Pergi   Penyesalan

    Brakk! Erlan membanting pintu rumah Reni. "Pak sabarlah, mungkin Ibu Pak Erlan masih bergabung. Sudahlah jangan marah-marah terus.""Aku malas selalu dipojokkan, Ren.""Iya aku tahu Pak. Sabar ya." Reni menenangkan Erlan. Erlan berjalan ke arah kamar, sedangkan Reni ke dapur membuat kopi. Terdengar suara barang jatuh cukup keras dari arah kamar, disusul suara dentingan beberapa alat yang berjatuhan, membuat Reni terkejut."Pak ...!"Reni memanggilnya, namun, tak ada jawaban, seketika kamar terasa hening membuat perasaan Reni mulai tidak enak.Khawatir terjadi sesuatu pada Erlan, Reni berjalan cepat kearah kamar, tampak tubuh Erlan yang tersungkur dilantai, dengan mata tertutup."Ya Tuhan, Pak Erlan!"Reni menghampirinya, langsung meraih kepalanya dan meletakkannya di atas pangkuan, Reni berusaha tenang ia tahu jika Erlan lagi banyak masalah. Meskipun hati sangat cemas. "Pak! Ayo ke ranjang." Panggilnya pelan.Ia hanya mengangguk. "Kau sakit, Pak?" tanya Reni lagiErlan memegang ke

  • Saat Istri Memilih Pergi   Kesalahan

    Erlan berjalan melewati jalanan yang sudah sangat ia hapal tiap kelokannya. Beberapa motor melintas mendahului mobil Erlan di sepanjang jalan ia hanya terpaku tak percaya oleh Kamila dan Alifa bersama lelaki itu yang baru sama terlihat sari pandangannya. Perasaannya yang semakin hancur tatakala menginggat semua kejadian saat pernikahaannya dengan wanita yang sangat ia sayangi yang kini sudah hancur. Entah apa yang terjadi dengannya saat ini, Erlan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan cepat. Mobil berjalan di depan rumah Kamila. Seperti dulu, saat masih kecil, Erlan mencuri waktu untuk bertemu Kamila. Dulu, Ayah Kamila sering terlihat marah karena Erlan menemuinya. Sekarang semuanya sudah berbeda, Ayah Kamila telah pergi, dan saat sang Ibu sudah memberi kebebasan, namun Erlan menghianatinya dan beliau mungkin sudah tidak berdaya. Lucunya, tak pernah sekalipun Erlan meminta maaf pada wanita yang sangat ia sayangi itu. Ah, Erlan mendengus kesal sambil membanting setir mobilnya, kadan

  • Saat Istri Memilih Pergi   Mencintaimu

    Malam semakin larut, sunyi sepi setelah anak-anak tertidur, Kamila langsung menuju kamar. Reyga sudah menunggu di dalam kamar."Sayang, sudah tidur jangan kecapekan," pinta Reyga pada Kamila untuk beristirahat."Iya Mas, aku baru saja nemenin anak-anak tidur," jawabnya ikut duduk di samping sang suami. "Oh, Mama sudah tidur?""Sudah, Mas." "Sayang terima kasih ya sudah mau menjadi ibu untuk anak-anakku," ucapnya pada Kamila. Kamila saat ini berada pada dada bidang Reyga. Ia menikmati wangi tubuh sang suami, entah akhir-akhir ini Kamila lebih suka berada di bawah ketiak sang suami. Kamila menarik tangan Reyga lalu meletakkan telapak tangan di atas perutnya."Mama sepertinya betah disini, sayang." Kamila mengangkat kepalanya, lalu menumpu dagunya di bahu sang suami. Reyga mengusap pelan perut yang mulai membuncit. Menikmati keanehan yang terasa di dalam perut Kamila saat tangan Reyga berada di sana."Alhamdulillah, itu yang Kamila harapkan, Mas."Reyga mengangguk. "Mungkin, ini aka

  • Saat Istri Memilih Pergi   Arum melahirkan

    Angga berteriak, Elang dan Bu Fatma panik. Elangengbil akih Arum dan menggendongnya ke dalam mobil sedangkan Angga berlari menyetir mobil. Dan mobil meninggalkan rumah milik. arum Dan Elang."Ya Allah, Arum! bangun, Nak! jangan tidur buka matamu, Rum!" Bu Ftama begitu cemas. Elang menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. "Mama Arum, ga apa-apa kan, Bu?" tanya Elang.Bu Fatma tak sanggup menjawab, hanya mampu memeluk kepala putrinya itu dengan erat. "Arum, kenapa, Elang?" tanya Angga dari depan."Tadi juga ga papa kok, Mas Angga," jawab Elang ketakutan dengan suara bergetar."Ya Allah ... sabar dikit lagi kita sampai. Bismillah ... mudahkan ya Allah ...." Angga terus memacu mobilnya menembus jalanan kota yang ramai. Motor-motor didepan masih terus merangsek membelah jalanan yang dipenuhi kendaraan yang padat. Lalu lintas ibu kota yang tau sendirilah padatnya seperti apa.Bu Fatma terus berdzikir benar-benar berada dalam titik pasrah kepada Allah. Pengharapan tertinggi saat ini hanya mem

  • Saat Istri Memilih Pergi   Berlibur

    "Bangun, Mila. Sudah aku masakan air hangat untukmu."Kamila masih menggeliat dan mengucek matanya yang masih terpejam. "Harusnya ga usah repot masakin air segala, Rey," tukas Kamila. "Ya sekali-kali ga papa kan, kan selama ini kamu yang mengurusku. Apa mau aku gendong?"Pagi buta Kamila mendengar gombalan romantis dari suaminya, tiba-tiba bibir Kamila tersenyum kecut mendengarnya."Ayo sudah keburu dingin air hangatnya.""Iya... iya." Gerutu Kamila malas. Kamila menghela nafas pelan. Sekali lagi tersenyum dan melangkah keluar kamar mandi dan bersiap menjadi makmum untuk menjalankan salat Subuh berjamaaah dengan suaminya. Di akhiri dengan doa sebagai penutup, Kamila melipat mukena dan kembali menaruhnya di atas nakas. Ia berjalan ke dekat jendela dan menyibak gorden kamarnya. Saat buka pintu jendela suasana masih gelap. Di langit timur nampak semburat warna jingga menebar dari balik bukit nan jauh di sana. Membuat Kamila tersenyum lalu menatap suaminya yang masih bertilawah. "Kami

DMCA.com Protection Status