Share

Jatuh

Author: Secret Dita
last update Last Updated: 2022-07-30 23:21:51

Anak-anak Funtastic mulai terbiasa dengan berbagai macam bentuk menara di sepanjang jalan yang mereka lalui. Bahkan mayoritas rumah warga sendiri beratap lengkung. Warna pastel pun mendominasi, serasi bersama kelopak bunga yang bermekaran.

            Tak banyak warga setempat yang berada di luar. Karena bukan musim libur panjang, damainya situasi di sana masih kental terasa.

            Gemericik aliran sungai terdengar mengantar kicauan burung yang hinggap dari satu pohon ke pohon lain. Lampu-lampu kuning pun dinyalakan kala hari mulai temaram. Yang pasti, seratus delapan puluh derajat dari Kota New York yang tak pernah padam.

            Keempat muda-mudi itu berhenti di puncak jembatan kecil. Ikan-ikan kecil berlalu-lalang di bawah mereka.

            "Liat! Ikannya mirip kamu pas misuh-misuh," ledek Zerikyu, menunjuk salah satu ikan berpipi kembung.

            Sontak, Milky meninju pelan pundak laki-laki itu. "Pacar kamu ikan?"

            Zerikyu mengendikkan bahu. "Gak apa-apa, asal namanya Wilky Milkya," goda Zerikyu sambil mengelus rambut Milky pakai kepalanya.

            "Haduh, adem banget udaranya. Rasanya kuping gue abis di-vacum cleaner. Kota ini mana lengkap banget. Bangunannya cakep-cakep, pemandangannya asik, makanannya enak-enak—" Skyder menoleh pada Elz. Gadis pirang itu tampak manis saat memberi roti ke ikan. "Ada bidadari lagi."

            "Kak Rikyu!" Ketiga kawan Milky terperajat karena teriakannya. Termasuk Skyder yang mengentak-entakkan kaki gara-gara gombalannya keburu disalip Milky.  Kesal. Padahal dia menantikan reaksi lucu Eliza. Hati Skyder meringis kenapa dia selalu kehilangan momen bareng Elz, tapi kalau memisahkan diri dari Zerikyu dan Milky, Elz pasti menolak.

            "Apa? Apa? Apa?" tanya Zerikyu segera mengapit Milky, sementara pandangannya meliar waspada.

            Berseri-seri, Milky menunjuk ke seberang di mana terdapat pohon yang menaungi sebuah benda.

            "Ada piano di sana!" seru Milky.

            "Ayo, Bang! Lu pasti gatel kan seharian ini gak mencet tuts." Tanpa basa-basi lagi, Skyder beralih ke sisi Zerikyu dan menarik lengan sohibnya. Empat sekawan melanjutkan perjalanan lagi sebelum matahari benar-benar terbenam.

            "Ih lucu! Pianonya warna-warni!" Bunyi do - re - mi - fa - sol memecah belah keheningan. Milky iseng menekan tuts pakai telunjuknya sesampai mereka di sana.

            "Keren banget ada piano umum di sini," puji Elz.

            "Orang-orang di komplek ini emang estetik." Skyder menimpali.

            Sementara itu, Zerikyu duduk manis di depan piano, ditemani Milky di sampingnya. Skyder membuka jaket, berisiniatif menghamparkannya di bawah pohon sebagai alas duduk.

            "Ke sini, Cantik. Nanti pegel," lontar Skyder tanpa aba-aba menarik lengan Elz. Keduanya pun duduk bersila menantikan melodi pengiring kepergian senja.

            Jari-jemari Zerikyu bersiap di kunci F mayor. Dalam benak laki-laki itu, telah terukir simfoni indah bersama bayang-bayang dua wanita berharga di hidupnya.

            Reanna dan Milky.

          "Kinderszenen, Op. 15: No.7, Traumerei - Giovanni Umberto Battel," ucap Zerikyu.

            "Adegan dari masa kecil?" Milky mencoba mengungkapkan artinya. Namun, tetap tak mengurangi penasaran kenapa kekasihnya memilih karya musik berusia hampir 2 abad. "Kenapa pilih itu?"

            "Hm ... anak kecil selalu punya impian yang utuh. Semakin dewasa, impian itu makin rapuh, sama kayak yang aku rasain. Sekarang, alesan kakak pengen terus bermimpi cuma untuk mama—" Zerikyu memiringkan wajah ke Milky. Bibirnya nyaris menyentuh daun telinga gadis itu, sekaligus berbisik, "Dan, kamu."

            "Apaan sih, Kak! Bikin geli!" Milky bergidik, sementara Zerikyu terbahak-bahak. Merasa keren seperti pemeran utama pria dalam drama romantis.

            Skyder melongo saja sambil mengangguk-angguk. "Ah, ternyata ilmu Bang Zerik emang jauh di atas gue. Keknya gue mesti sering-sering berguru sama dia."

            Zerikyu kembali memfokuskan diri.

            Satu tarikan napas terembus, bersiap mencurahkan segala rasa. Namun ketika Zerikyu hendak notasi pertama, badai tak dikenal menerpa dirinya.

            Dua punggung Zerikyu benar-benar tertunduk rapuh. Ia meringis. Tangan kirinya meremas tangan kanannya. Dimulai dari telunjuk yang tiba-tiba kaku, berlanjut dengan urat-uratnya yang terasa putus di satu tangannya. Rasa sakit yang familier, tapi datang dalam jumlah berkali-kali lipat.

            "Kak? Hey? Kenapa?" Sorot mata Milky bergetar ketakutan. Baik Skyder dan Elz sudah siaga berdiri, mengamati Zerikyu sama paniknya.

            "Diem!" bentak Zerikyu, napasnya berburu.

            "Kak ...." Milky dibuat membeku di tempat.

            "Enggak, tunggu—" Bicara Zerikyu melembut. Sungguh, dia sadar terlalu kasar pada Milky dan seketika merasa bersalah. Di sisi lain, berusaha mengendalikan diri seperti mencoba memaksa keluar dari kobaran api.

            Sebentar. Ini cuma sebentar. Zerikyu meyakinkan diri. Gigi atas dan bawahnya saling menggertak. "Ah!" Lagi, rasa sakit itu berkedut.

            "Bang, lu sakit!" teriak Skyder.

           Milky tersentak berdiri. "Papah dia ke rumah sakit cepet!" instruksinya tegas.

            "Aku panggil taksi," cetus Elz.

            Zerikyu susul berdiri, malah menghindari Skyder begitu kawannya mendekat. "Gue baik-baik aja!"

            "Bang, jangan ngeyel!"

            "Kak Rikyu mau nyiksa aku?!" teriak Milky.   

            Peluh keringat membasahi sekujur tubuh Zerikyu. Selain sakit di tangannya yang tak kunjung reda, beban kecemasan menghantamnya tanpa ampun. Isi kepala Zerikyu dipenuhi suara-suara asing yang menakutkan.

            Sakit ini bakal bertahan selamanya. Mimpi lo hancur. Lo pianist gagal.

            Zerikyu berjalan terhuyung-huyung. Ia ingin mengenyahkan diri dari semuanya. Sayangnya, kedua kaki pria itu kini lupa bagaimana cara berpijak pada tanah.

***

17 Mei. Tiger Letto menatap nanar tanggal di kalender yang ditandai coretan merah. Ini sudah bulan ketiga sejak kepindahannya dari Perancis ke Ljubljana 3 bulan lalu. Setelah melewati penantian panjang. Bersabar akan ketidakpastian nasib kekasihnya yang entah berada di mana.

            Akhirnya, puncak purnama tepat di atas kepala.

            Tiger beralih menuju jendela hotel yang berukuran kotak kecil. Hamparan jalan aspal tampak sunyi didampingi penerangan minim. Meski begitu, mata cokelat kegelapan Tiger berfokus pada satu titik.

            Menara Museum Nasional Ljubljana.

Langkah kaki Zerikyu limbung. Tersisa sedikit pengaruh anestesi dalam tubuhnya. Masa bodoh. Yang penting tidak ada yang melihatnya kacau balau saat ini, terutama Milky. Ia ingat sempat membentak gadis itu sebelumnya. Kilatan kekecewaan dan gamang di wajah Milky jauh menyiksa Rikyu. Dia takut akan semakin menyakiti orang-orang yang dicintainya bila terus di sekitar mereka sekarang.

            Zerikyu berhenti di depan museum yang tadi pagi sempat dikunjunginya. Jam kunjung sudah berakhir. Berbeda dengan lampu halaman yang menyala, bagian dalam museum tampak gelap gulita dilihat dari jendela-jendela kecil berteralis besi di permukaan pintu.

            Jadi mestinya tidak ada siapapun yang berada di lingkungan museum, kecuali barangkali ada penjaga yang sibuk berkeliling di dalam.

            Awalnya Zerikyu berniat kembali ke hotel dan mengunci diri karena dia sendiri telah memesan kamar pribadi. Namun setelah dipikirkan lagi, lebih baik benar-benar menjauh dari sekitar Milky dan teman-temannya. Setidaknya, untuk malam ini.

            Berusaha memegang kendali penuh atas dirinya, satu per satu anak tangga dinaiki. Zerikyu lantas memilih duduk di tengah-tengah dan menikmati hawa dingin. Ia menuduk, sadar masih memakai baju pasien.

            "Hadeh, bau obat-obatan," keluh pria itu.

            "CTS, Carpal Tunnel Syndrom." Dada Zerikyu rasanya seperti dipukul ribuan beton. Itulah yang diucapkan Milky sambil menahan isak pada Skyder dan Elz di lorong rumah sakit. Memang bukan hal yang mengejutkan, tapi tetap saja memukulnya hingga akhir.

            "Dia mesti istirahat panjang main piano atau hal terparah bakal terjadi. Saraf mediannya membengkak, aliran darah terhambat, dan itu bakal mengganggu aktivitas sehari-hari dia. Bahkan buat sekedar ngancingin baju pun bakal sulit. Gue bener-bener gak mau dia sengsara. Dia harus berhenti sekarang, tapi gue ragu ...."

Related chapters

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Peluru Misterius

    Pundak Zerikyu merosot dalam helaan napas berat. Kedua tangannya menekan wajah, sementara ada air mata yang memaksa terjun bebas. Keraguan Milky benar adanya. Zerikyu benar-benar tidak berpikir untuk beristirahat apalagi berhenti. "Yang buruk-buruk mulu yang dateng, sialan!" Zerikyu meracau. Kepalan tangannya meninju-ninju paha. Ada mimpi sang mama, yang harus dia wujudkan. Ada janji pada mamanya, yang harus dia tepati. Namun, tidak banyak waktu yang tersisa untuk keduanya. Tanpa sepengetahuan Reanna, Zerikyu diberitahu dokter bahwa tingkat keberhasilan operasi mamanya minim. Menutupi luka dalam diam. Zerikyu mempersiapkan diri untuk menerima yang terburuk. Mini konser kemungkinan besar adalah hadiah terakhirnya untuk mama. Selepas itu, Zerikyu akan melapangkan hati dan melepaskan mamanya pada takdir. Meski nyatanya, kita tidak akan pernah siap akan perpisahan. Namun sekarang, dunia seolah memberikannya pilihan terburuk dari

    Last Updated : 2022-07-30
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Pertemuan

    "Ya, betul! Kami berada di Narodni Muzei, Muzejska Ulica! Pelaku ... pelakunya ... berusaha melarikan diri! Tolong secepatnya ...." Keringat dingin memenuhi sekujur tubuh Elz. Ia ragu apakah menjelaskan dengan benar di telepon. Sepanjang racauannya, energi Elz terkuras habis. Bau darah menusuk indera penciuman dan membuatnya mual. Ia terus menahan diri agar tidak menengok ke belakang. Elz meringis halus. Rasanya, dia sedang diawasi oleh mayat. Lima menit berlalu sejak telepon terputus. Namun seakan-akan, waktu berhenti berjalan. Milky mondar-mandir gelisah, kemudian berhenti saat kakinya mulai merasa pegal. Ia mengangkat kepalanya ke arah langit. Fullmoon. Pupil mata Milky berair, selain terhipnotis oleh sempurnanya cahaya bulan yang tampak putih dan berkabut. Nama Zerikyu juga lekat di pikiran bawah sadar Milky. Rindu tak beralasan. Cemas sedikit demi sedikit membunuh harapan dan doa. Milky takut sesuatu terjadi pada Zerikyu. Bagaimana kalau ini bukan hari yang

    Last Updated : 2022-09-12
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Ricuh

    "Hah? Yang bener aja anjir, lu sadar gak udah dan mau bunuh orang. Kalau kita bantuin lo, kita juga masuk penjara, Paman," gerutu Skyder. "Baik! Saya tidak akan segan!" Tiger mengancam. Gigi atas dan bawah Milky beradu saking jengkelnya. Ia pasrah kepalanya ditoyor-toyor pistol. Tidak dengan batinnya yang sibuk menghujat Skyder. Dasar bocah bego! Nyawa gue lo tawar-tawar. "Okay! Okay! I'll help!" Zerikyu panik. "Saya bantu kamu melarikan diri, tapi biarin dia keluar lewat pintu utama. Sekarang." "C'mon." Zerikyu mengambil langkah ancang sembari mengipas-ngipaskan tangan perlahan. Pupil matanya mencuri pandangan lembut ke Milky, tapi tegas menyuruh gadis itu untuk mempercayainya. Milky merasakan lengan Tiger melonggar. Nice, Kak Rikyu. Diam-diam, Milky memasukkan tangannya ke saku. Gagang gunting berhasil berada di genggaman. Ia akan menancapkannya di pangkal lengan Tiger hingga pria itu langsung menjatuhkan pistol. Namun, saat gunting nyaris keluar dari saku. Sayup-sayup sirine p

    Last Updated : 2022-09-13
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   If

    Kedatangan Skyder di kafe jelas membuat teman-temannya terlonjak berdiri. Nyaris satu jam mereka menunggu ditemani gemericik air di kolam kecil. Sesekali mereka melirik televisi gantung yang menyiarkan drama keluarga. Hanya dialog demi dialog yang terlontar. Tidak ada musik pengantar. Hal itu membuat Milky memijat pelipisnya berkali-kali saking kelewat aneh, tepatnya cringe. Terbekatilah orang-orang di belakang layar yang bekerja di bagian efek suara. Meskipun menyedihkan mengingat mereka mungkin kehilangan pekerjaan tiba-tiba tanpa tahu alasannya. "Gimana?" Zerikyu mengawali bertanya. Skyder terduduk lesu. Teman-temannya pun melakukan hal yang sama. Dugaan mereka hampir sembilan puluh sembilan persen benar. Dunia tak lagi sama. Ada yang salah dengan semua ini dan mereka bingung apakah kedepannya akan baik-baik saja atau semakin buruk. "Mr. Sam dan anak-anak yang lain juga bingung kenapa mereka ada di negeri orang. Gue udah coba jelasin tentang agenda study tur, termasuk Marionett

    Last Updated : 2022-09-14
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   New Part

    Sekilas Zerikyu melirik Skyder di kursi seberang. Bisa ditebak betapa frustrasinya Skyder yang tengah sibuk menulis mentahan lirik lagu. Berkali-kali ia merobek buku kecilnya. Sesering itu pula Skyder menjambak rambutnya sendiri. Headphone merah Skyder tetap menggantung di telinga meski tidak mengeluarkan suara apa pun. Anak itu pasti kesulitan mendapat inspirasi. Di sisi lain, Skyder pasti akan merindukan lagu-lagu legendaris dari The Beatles, The 1975, dan Michael Jackson. Zerikyu tahu betul, ketiga musisi itu yang memberi efek dopamin dan menjadikannya heboh setiap saat. Jika keadaannya seperti ini, dia harus menciptakan dopamin lain. Punggung Zerikyu merosot ke sandaran kursi. Ia melesak manjakan pipi ke puncak kepala Milky sembari merengut. Sebal sekali menyadari fakta bahwa kedamaian hanya bisa didapat saat kita tidur. Namun sekarang, tidur pun terasa hambar. Setelah semua yang terjadi, ia bingung bagaimana dunianya akan kembali berjalan, sementara jalan impian dirinya dan ora

    Last Updated : 2022-09-15
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Forbidden

    "Tumben lo pinter." Milky akhirnya memuji anak itu. Milky tahu, kekecewaan Zerikyu takkan sirna dalam sekejap. Ia menyelipkan jarinya ke ruas-ruas jari Zerikyu. Genggaman kokoh tersalur hangat hingga membesarkan hati Zerikyu. "Ayo kita abisin malem ini berdua, Kak Zerikyu Ganteng!" Melihat gadis mungil itu mendorong pipi ke pangkal lengannya supaya dirinya lekas berjalan, Zerikyu tersenyum simpul. Curang, Katanya pada semesta. Mana bisa Zerikyu menolak diberi pelipur lara segemas kucing ini. “Kata siapa kalian bisa berduaan?” Dua pasang badan menghadang keempat laju langkah muda-mudi itu. Jeviter tampak tertatih-tatih di belakang, menyusul orangtuanya. “Ma? Pa?” Milky gemetar menangkap getaran kurang ramah. Ia mengencangkan pegangan di siku Zerikyu, tapi pria itu melepas pelan tangan gadisnya, lalu menjaganya dalam genggaman erat. Zerikyu merasakan hal yang sama. Tatapan dua orang itu tak seperti biasanya. “Selamat malam, Om ... Tante,” sapa Zerikyu, “kalian pasti mau menjempu

    Last Updated : 2022-12-14
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Police

    Bakal hebat kalau pekerjaan gue bisa jadi alasan mamah senyum, Pikir Zerikyu di usia belianya. Tak banyak teman-teman seangkatan yang menilai Zerikyu naif. Masa depan apa yang bisa didapatkan dari sekadar bermusik? Mereka kira, musisi adalah pekerjaan yang sukar awet, bisa saja redup, lalu dilupakan jika kamu tidak sehebat para legenda. Dan, tidak semua orang bisa menjadi legenda. Tentunya Zerikyu masa bodoh dengan semua itu. Dia tahu apa yang ia inginkan. Namun, Zerikyu belum tahu apa yang dia kuasai di bidang musik. Marionette menjadi langkah awal Zerikyu. Reanna sendiri yang merekomendasi akademi bertaraf internasional itu. Makanya setelah Darmasakti, sang ayah berpulang karena serangan jantung, Reanna fokus mendukung impian anaknya. Momen demonstrasi-lah jawabannya. Kala bintang-bintang di iris gadis bernama Wilky Milkya menunjukkan seperti apa pekerjaan menyenangkan yang sebenarnya. Berada di balik piano, menginjak pedal, menekan tuts, dan terpejam sambil melarutkan peras

    Last Updated : 2022-12-15
  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Him

    "Selamat pagi, kami dari kepolisian. Kebetulan kami sedang melakukan pemeriksaan dengan tempat ini sekaligus hendak meminta keterangan kepada saudara Zerikyu, Skyder, serta saudari Milky dan Elizabeth atas apa yang terjadi di Slovenia. Menurut kesaksian anak-anak ini, kalian mengetahui alasan keberadaan mereka di sana dan tentang Marionette. Mohon untuk ikut kami ke kantor pemeriksaan," pinta polisi yang badannya tambun. "Gak! Gue gak mau dibawa-bawa ke kantor polisi segala! Kita gak salah apa-apa! Anggep aja kita bantu mereka pulang." Skyder lantang menolak. Elz terkejap bingung karena laki-laki itu menariknya selagi mengomel. "Kami sangat ketakutan kemarin. Kalian pasti menghipnotis kami demi keuntungan besar, kan?" jelas si pelajar perempuan berkepang dua. "Betul! Kalian pasti merencanakan perdagangan manusia atau sejenis itu!" Mahasiswa berkacamata memekik. "Perdagangan manusia?" Milky mengulang pertanyaan. Lidahnya menyapu pipi bagian dalam menahan jengkel. "Ratusan orang ma

    Last Updated : 2022-12-17

Latest chapter

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Ready?

    “Sebelumnya izinkan saya memperkenalkan diri.” Althar menggeser dari podium.Ia mantap melanjutkan. “Saya Althar Dominic, Grandmaster dari Marionette Theater School,“ ucapnya sembari membungkukkan setengah badan.Decak kagum menguar. Mata mereka membulat. Sulit percaya bagaimana pria semuda itu bisa bergelar Grandmaster yang mana posisi tertinggi. Mereka saling menebak berapa sesungguhnya umur Althar. “Jangan-jangan beliau udah empat puluhan?” “Yang bener aja, mukanya gak berkerut sama sekali.” “Dia ikut pendidikan yang cepet itu kali, apa sih namanya?” “Akselerasi.”Sahut-menyahut berakhir saat Althar menegak dan mengarahkan telapak tangan ke belakang.“Di belakang saya ada Elizabeth dan Skyder selaku master orkestra. Kalian tahu apa itu orkestra?”Tiga detik hening. Murid-murid berpandangan bingung. Tak lama kemudian, Elizabeth mengambil biola di belakang kursi, lalu mulai menggesek. Alunan melodi membulatkan semua pasang mata. Beberapa orang menangkup mulut tidak percaya.“What

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Opening

    “Sekarang.” Zerikyu mengomando dari gerbang utama Marionette seiring mendekatnya sek. Mini earphone yang tertaut di satu telinganya terkoneksi dengan headphone Milky di ruang kontrol. Milky menoleh sebentar pada Skyder di belakangnya. Skyder menekan saklar. Tulisan “MARIONETTE THEATER SCHOOL” berjalan dihiasi lampu warna-warni di dalam kotak persegi panjang yang menempel di atas gerbang. “Welcome to Marionette Theater School. Di sini adalah tempat pembinaan untuk menggabungkan seni peran dengan suatu hal yang baru yaitu ... musik.” Lewat speaker, tutur kata Milky yang bulat dan mendayu Milky membuat orang-orang terkesima. Beberapa di antara mereka saling berpandangan. Bertanya-tanya apa maksud dari satu kata asing yang baru saja disebutkan. “Musik? Apaan tuh?” “Mumgkin budaya asing dari suku pedalaman?” “Hahaha, kepikiran aja. Duh jadi penasaran. Pengen cepet masuk.” “Gue tahu.” Sementara anak-anak muda saling menyahut bercanda, Ditto tersenyum tipis. Ia menaikkan ransel hitam d

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Siksa Abadi

    Althar menarik kain merah jambu yang menutupi papan tulis beroda. Rahang Skyder seolah jatuh terkesima pada rangkaian panah merah yang menghubungkan skema perang. Milky mengeratkan kepalan tangan tersembunyinya di bawah meja. Dia sama sekali tidak menyangka harus membuang-buang waktu untuk berperang dengan dimensi sihir. Jalan cerita film yang sulit dia percaya. Milky ingin cepat-cepat ini berakhir agar kehidupan normalnya kembali. Banyak mimpi yang belum tercapai, termasuk rencana masa depannya bersama Zerikyu. Semua ini memuakkan. Namun di sisi lain, dia takut akan kekalahan. Bagaimana jika dunia ini hancur sebelum ia mencapai akhir bahagia? Rubanah atau ruang bawah tanah kampus Marionette memang kebanyakan diisi perabotan bekas dari kayu. Selain tempatnya yang tenang, Althar menyarankan tempat ini sebab segala macam sihir tidak bisa mendeteksi keberadaan di bawah tanah. Althar, laki-laki istimewa. Dia enggan pergerakan tercium oleh makhluk lain, terutama dari Tiga Anjing Nera

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Three Dogs

    Aluna mual saat seringai pria itu muncul. Ketika ia melirik lagi layar ponsel dalam genggamannya, semua kembali ke angka nol. Ajaibnya, pria anjing itu mendadak di belakang Aluna dan bersiul di dekat telinganya. Siulan bernada lirih dan menyedihkan yang langsung mengambil kesadaran Aluna. Siulan aneh membangunkan Aluna. Berlesehkan di atas rumput basah, bola matanya mengendar getir ke sekeliling. Ia terjebak dalam jeruji besi. Dingin dan bau. “Sudah bangun ya?” Aluna terperangah, langsung meluruskan pandangan. Tiga orang berjejer di luar. Aluna memelototi orang yang berdiri di sisi kiri, Caspian. Sementara yang tadi bertanya ialah seorang gadis berperawakan kecil, Lilith Anna. Semua aman jika rambut biru menyalanya tertutupi tudung hitam. “Kenapa bengong? Ada kata-kata terakhir? You next.” Giliran Neill Hasby yang mengoceh. Laki-laki pirang. Ia mencabut sehelai rambutnya. Memang keriting, tapi kekuatannya lurus dan sanggup membelah gunung. Mereka dikenal Tiga Anjing Neraka. Utusa

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Neraka

    Aluna mengangguk lemah. "Kalau aku gagal di audisi Paris Orkestra, mereka menertawakanmu. Aku hancur saat mereka menyebutmu pemilik perusahaan rekaman terbesar yang menikahi pengamen jalanan. Sampai akhirnya, orang-orang pemakaman itu datang," Aluna mengungkapkan. "Amandeus? Mereka datang sendiri?" "Ya, sepertinya mereka punya radar yang mendeteksi orang-orang sekarat. Kamu tahu maksud dari, 'Anak Burung Mati Putus Asa'?" tanya Aluna seraya mengarahkan dagunya ke layar. Kalimat terakhir tadi merupakan arti dari kata kunci ‘Oiseau mort desespere’. Tiger menggeleng. "Entahlah ... saya tidak pernah mendengar frasa itu." "Tepatnya alarm kematian bagi musisi-musisi gagal. Mereka yang menjual jiwa ke Amandeus akan diberi jangka waktu kesuksesan tertentu. Musisi sepertiku setidaknya harus merilis lagu yang mereka kirimkan," terang Aluna. "Coba sekarang aku tanya, gimana keadaan Bi Milky?" Aluna melontarkan pertanyaan misterius. Otak Tiger rasanya melambung, kemudian dijatuhkan dalam la

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Love Me

    Roda-roda mungil berputar menyusuri lantai yang membelah auditorium. Tidak ada satu pun orang di sana, sehingga bunyi deraknya memenuhi teater. Koper hitam itu diam di tempat persis saat Tiger berhenti. Binar menghiasai mata hazel Tiger. Bertekuk lutut di hadapan tirai merah, terlampau lusuhlah punggung seorang wanita yang terduduk di atas panggung. Kain putihnya dibercaki noda-noda lumpur. Lolongan kerinduan di batin Tiger kini tak terelakkan lagi. Saking bergumulnya kata di tenggorokan pria itu, hanya satu kata yang pada akhirnya sanggup terucap lirih. "Aluna?" Kepala Aluna terangkat. Wanita itu berdiri dan ketika ia berbalik, tubuhnya tersentak oleh pelukan hangat. Setitik air menetes dari pelupuk mata Aluna. Semakin erat Tiger melakukannya, semakin besar pula sesal di relung hati. Pria ini terlalu layak mendapat seluruh cinta dan ketulusan, tapi ia malah menyerahkan segalanya pada seorang wanita bodoh yang hidup selayaknya boneka. Aluna mendorong pelan bahu Tiger sebab ia bis

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Lucky

    “Kadang aku bingung, Divje Babe itu bawa sial apa keberuntungan, sih?” tanya Milky. Zerikyu beres menggeser pintu ruang dokter hingga tertutup rapat. Langkah kakinya mengebut ke samping Milky yang asyik mengoceh sendiri. “Tiap kejadian pasti ada dampak positif dan negatifnya, Yang.” Zerikyu mengujar dengan tangan mengambil alih slip bag beruang Milky dan menautkan ke pundaknya sendiri tanpa diminta. Lidah Milky berdecak. Apa pun dampaknya, yang pasti mereka harus membayar dan menanggung resiko dan itu berat. Harus diakui, ia menganggap keadaan Zerikyu sebagai sebuah berkah. Althar juga bilang rangkaian berkah itu masih akan terus mengalir ke depannya. Begitu pula dengan sisi gelap yang harus mereka hadapi. Tau ah, dipikirin doang percuma. Intinya, mulai sekarang gue harus siap, Gumam Milky sembari menggigit bibirnya. “Wah!” Balik ke kenyataan, Milky tahu-tahu berseru karena menemukan hal menarik. Ia berhenti di samping poster bernuansa biru ceria. Desainnya dipenuhi tangga nada da

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Ditto

    Di atas meja dokter, pandangan Zerikyu enggan lepas dari telapak tangannya. Selagi menunggu dokter membawa hasil, Zerikyu hanyut dalam lamunan. Pada tiap-tiap denyutan nadi, ada asa yang semakin besar. Ia membalikkan telapak. Kerutan di dahi makin tampak. Lecetnya masih membekas. Semenjak pulang dari Slovenia, gejala sindrom karpal belum pernah lagi muncul. Logikanya, harus ada yang berakhir parah setelah ia memukuli Tiger. Seharusnya, tangannya tak bisa bergerak bebas, apalagi digunakan buat menyeret koper dari hotel. Kemudian, lanjut ke bandara dan berakhir di apartemen. Perjalanan singkat, tapi terasa panjang dan melelahkan. Dengan segala keanehan itu, Zerikyu memilih diam. Ia juga tidak memberitahu Milky perihal spekulasinya yang menganggap sindrom ini sembuh sendiri. Kali pertama Milky bertanya keadaannya pasca kejadian di museum, Zerikyu berdalih waktu itu hanya perkelahian kecil dan ia lebih banyak menghindar. Garis tipis selalu mencuat di antara keajaiban dan harapan bo

  • SYMPHONY: MENJUAL JIWA PADA IBLIS   Witch

    Dengkul Skyder bergetar secepat nalarnya bekerja. Milky yang selonjoran di sampingnya mengertakkan gigi. Masalahnya, suara hentakan pada ubin itu memancing emosinya. “Berisik. Kenapa sih lo?” protes Milky, memukul paha Skyder supaya diam. “Lama banget. Gue mati penasaran. Kok bisa cowok tadi balik ke Marionette dan bertingkah kayak ngerti semua yang terjadi. Kenapa Divje Babe ada di tangannya? Jangan-jangan, dia gak terpengaruh sama sihir Divje Babe dan waktu itu ada di TKP?” Skyder melontarkan teorinya. “Lo pikir cuma lo doang?” Milky menggerutu. “Dia sebenernya siapa, ya?” tanya Elz, telunjuknya berhenti menulis namanya sendiri di debu lantai. “Baaaang,” rengek Skyder. Alih-alih membalas, Skyder mendongak ke Zerikyu yang berdiri di depan jendela. “Hem?” respons Zerikyu datar. “Tutorial jadi cowok jenius dong, gue takut keliatan bego di depan calon pacar,” keluhnya. “Hadeh,” cibir Milky, sedangkan Elz tersenyum kecut. “Kalian sudah lama menunggu, ya?” Zerikyu berbalik, diik

DMCA.com Protection Status