Hari ini Susan tidak mengujungi Sidney, dia juga sudah berpesan untuk tidak mau di ganggu karena pekerjaannya yang menumpuk. Kadang Sidney juga masih tidak mengerti kenapa Susan masih saja suka merepotkan dirinya sendiri, padahal Sidney sudah berulang kali memperingatkannya agar tidak terlalu keras bekerja. Tapi memang begitulah Susan yang keras kepala.
Sidney merasa kesehatannya sudah kembali pulih meskipun hari ini dia belum turun ke kantor. Sebenarnya dia ingin sekali ke kantor karena ternyata dia sudah sangat merindukan Susan. Tapi sepertinya dia punya rencana lain hari ini.
Kemarin Sidney sudah memesan sebuah cincin untuk Susan, sekotak coklat dan setangkai bunga. Sebenarnya Sidney sangat enggan untuk membawa semua benda itu tapi dia ingat untuk menyenangkan Susan.
Tidak peduli
"Ingat aku masih memiliki satu permintaan, " kata Sidney sambil mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. "Menikahlah denganku, Susan? "Susan tidak percaya jika pria itu juga sudah menyiapkan cincin untuknya. Susan tidak bisa bicara dia hanya mengangguk dan membiarkan Sidney memasangkan cincin itu di jarinya. Kemudian mendongak dengan mencium punggung tangan Susan. Susan menyentuh hidung, bibir, dagu, dan rahang Sidney dengan perasaan takjub dan haru. "Eric, " katanya kemudian dan Sidney balas menganguk pelan membenarkan. "Oh Tuha.... !"pekik Susan seperti baru sadar dari syok yang luar biasa dan kemudian langsung memukul dan mengigit bahu Sidney. Sidney sendiri hanya bingung, "Apa yang kau lakukan, Susan? " meski takmenghindar Sidney tetap merasa aneh dengan tingkah Susan. "Sudah lama sekali aku ingin memukulmu, menggigitmu, dan mencakarmu Eric Northman! " k
Sidney masih tidur ketika Susan terbangun lebih dulu karena mendengar bel pintu. Pelan-pelan Susan menggeser lengan Sidney dari pinggangnya kemudian turun dari tempat tidur untuk membuka pintu.Susan buru-buru berjalan menuju pintu sambil membenahi ikatan jubah mandinya yang semalam sempat ditarik Sidney. Susan tidak mau Sidney ikut terbangun gara-gara suara bel pintu yang berisik itu.Susan terkejut karena dia masih mendapat kiriman bunga lagi pagi ini. Susan pikir Sidney memang benar-benar kurang pekerjaan.Saat Susan kembali ke kamarnya ternyata Sidney juga baru menggeliat dan terbangun menyapanya."Untuk apa kau masih mengirim bunga untukku? " Tanya Susan sambil melemparkan buket bungan itu di ujung ranjang.
Susan masih tidak menyangka Sidney serius tentang mengajarinya menembak. Menurut Sidney otot Susan terlalu lembek, akan membuang banyak waktu jika mengajarinya memukul. Jadi Sidney pikir membekalinya dengan senjata itu adalah solusi terbaik. Toh Susan sudah memiliki surat ijin kepemilikan senjata api. Jadi Sidney tinggal mengajarinya memegang senjata dengan benar.Sidney benar-benar mengajari Susan menembak selama hampir dua minggu. Sidney lega karena ternyata Susan juga tidak terlalu payah, dia baru saja tepat mengenai sasaran selam dua kali berturut-turut dan cukup bangga ketika mengedip pada Sidney. "Sepertinya kau memang lebih berbakat menembak di banding membuat makanan, " timpal Sidney. Kadang Susan memang agak mengejutkan tapi hal itu juga yang sepertinya membuat Sidney makin mencintai wanitanya itu. Walau kadang Sidney juga masih sering tidak tahan untuk memukul bokong Susan jika wanita itu mulai
Sementara Sidney masih melacak keberadaan pria gila itu. Sidney harus benar-benar melarang Susan keluar dari apartemennya. Susan berusaha untuk menuruti perkataan Sidney, karena bagaimanapun Susan juga sangat mencemaskannya. Mungkin saja Susan aman dengan tetap berada di rumah, tapi bagaimana dengan Sidney. Karena Susan pikir, bukannya tidak mungkin pria gila itu juga mengincar Sidney. Apalagi Sidney juga sempat mendapat beberapa pesan ancaman. Meski Sidney berulang kali meyakinkan Susan untuk tidak perlu menghawatirkan dirinya, tapi kenyataannya Susan tetap khawatir. Susan hanya bisa berdoa semoga semua ini segera berakhir, karena dia benar-benar tidak tahan jika harus menghawatirkan Sidney seperti ini setiap hari. Susan langsung memeluk Sidney begitu pria itu datang ."Apa kau sudah merindukanku? " goda Sidney yang sebenarnya senang saja jika setiap hari Susan akan langsung memeluknya penuh antusias se
Sidney cukup beruntung karena peluru itu hanya menyerempet pinggangnya sehingga dia tidak perlu ke rumah sakit dan hanya Dokter Anton yang menanganinya. Tapi meskipun demikian Susan tetap sangat cemas. Susan tidak berani membayangkan bagaiman jika tadi Sidney benar-benar sampai celaka. "Apa yang terjadi? " tanya Susan setelah dokter selesai membebat luka Sidney."Dia menyabotase mobilku dan menembakku."Susan hanya bisa membekap mulutnya sendiri karena benar-benar tidak tahan membayangkan betapa mengerikannya hal itu. Susan yakin akan ikut gila jika sampai Sidney celaka. "Siapa dia? " "Namanya Paris Parker, " kata Sidney. "Parish Parker!" kutip Susan seperti masih tidak percaya, meski jelas wajah mereka sama persis dan seharusnya nama belakang yang sama sudah bukan hal mengejutkan lagi. Karena nama belakang mereka sama sebab itu Sidney tidak pernah sadar jik
Begitu sembuh Paris segera menemui Susan untuk meminta maaf, dia langsung mendatangi Susan di apartemennya. Karena tahu ini hari minggu dia yakin pasti Susan masih ada di rumah.Terang Susan menolak dan tidak mengijinkan Paris masuk ke apartemennya. Kemarin Susan sudah melanggar peringatan Sidney dengan diam-diam menemui Paris, jika sekarang dia memasukkan Paris ke apartemennya pasti Sidney bisa meledak karena murka. "Sungguh aku hanya ingin bicara denganmu, Susan, dan kau tahu aku tidak akan pernah melukaimu. " Parish coba meyakinkan Susan. "Ingat, walaupun sekarang aku Paris tapi aku masih orang yang sama seperti yang bersamamu beberapa bulan lalu. ""Ingat, Susan, apa aku pernah menyakitimu. " Paris menatap Susan dengan segala kesungguhannya dan belum menyerah untuk meyakinkan wanita itu. "Kau boleh mengikat tanganku jika kau takut aku akan melukaimu seperti yang dicemaskan Sidn
Susan masih duduk di ujung ranjang dengan perasaan yang kesal luar biasa. Sidney juga sama sekali tidak mau mengangkat teleponya, Susan masih tidak percaya Sidney bakal menghukumnya seperti ini. Susan sudah menunggu hampir dua jam dan Sidney belum juga kembali. Sampai Susan hampir ingin tidur saja jika Sidney tidak segera kembali setelah itu. Susan mendengar handel pintunya dibuka dan segera melompat bangun. Sidney berjalan mendekatinya sementara Susan masih ingin marah dan pura-pura mengacuhkannya. "Ayo, Susan, aku sudah membawa orang yang bisa menikahkan kita. " "Menikah! " pekik Susan "Ya, aku ingin menikahimu sekarang juga.""Kau tidak bisa seperti itu! " "Ingat kau sudah berjanji untuk satu permintaan. ""Kau curang, Eric! ""Aku tidak pernah bilang kita akan bermain adil! ""Aku tidak bisa menikah tanpa orang tuaku! " keras Susan.
Paris memang sudah berniat untuk pergi dari kehidupan Sidney dan Susan. Tapi ternyata diam-diam dia masih suka memperhatikan mereka berdua. Saat menyaksikan hubungan Susan dan Sidney yang semakin tak terpisahkan, ternyata Paris masih merasa iri. Paris juga tidak pernah tahu kenapa Susan tetap memilih Sidney. Suatu hari Paris coba diam-diam menemui Susan dengan berpura-pura menjadi Sidney. Parish tahu ada tangga manual untuk masuk ke apartemen Sidney. Paris juga tahu jika belakangan ini Susan dan Sidney sudah tinggal bersama. Dia bisa berpura-pura menjadi Sidney untuk menemui Susan. Susan sedang sibuk di pantry sambil membuka-buka buku resep untuk belajar membuat makanan untuk Sidney. Susan sudah mencoba beberapa kali dan masih saja gagal untuk membuat sup tomat. Perut Susan sudah mulai lapar tapi dia belum berhasil membuat makanan yang layak. Akhirnya Susan putuskan untuk merebus pasta insta
Akhirnya Sidney mengalah dan setuju untuk menjemput putra Paris. Selama ini anak itu tinggal bersama pengasuh di bawah perlindungan hukum. Biasanya Paris hanya diijinkan untuk berkunjung tanpa boleh mengajak anak itu keluar bersamanya."Aku tidak mau menangani bocah yang masih mengompol." Sidney tetap bersikeras tidak mau ikut campur jika nanti Susan mendapat masalah."Anak laki-laki tujuh tahun sudah tidak kencing di celana lagi, Sidney!"Kadang Susan juga masih kesal dengan sifat egois suaminya yang bisa sangat tidak masuk akal, Dia mau memiliki banyak anak tapi tidak mau repot mengurusi anak-anak."Kita harus melihatnya dulu siapa tahu nanti kau juga akan menyukaianya!"Susan memencet bel pintu sementara Sidney masih berdiri di undakan tangga paling bawah nampak tak berminat untuk ikut masuk. Sidney benar-benar lebih suka disuruh menunggu di dalam mobil dari pada ikut berbasa-basi seperti yang diajarkan Susan."Ingat kau cukup tersenyum j
Sidney sudah tidur ketika Susan pelan-pelan mengambil buku harian Jessy dari dalam laci. Sidney tidak suka jika Susan membaca buku itu karena biasanya Susan malah jadi menangis setelah membacanya dan Sidney tidak suka melihat Susan bersedih untuk sesuatu yang menurutnya percuma. Tapi tetap saja Susan sering diam-diam membacanya, Jessy memiliki tulisa yang sangat rapi sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Membaca buku harian Jessy membuat Susan serasa ikut mengenal saudarinya meskipun mereka tidak pernah bertemu.***Jessy 12 Maret 2016***Bukannya aku tidak mau tinggal di kampung halama Paris, tapi aku sudah pernah mencobanya dan tidak bisa. Paris adalah orang yang sering bepergian dengan segala kesibukan pekerjaannya yang luar biasa. Paris juga melarangku bekerja lagi sejak kami menikah, sering kali aku merasa bosan ketika harus tinggal sendiri di rumah besarnya. Aku juga tidak punya teman atau keluarga di sana, semua yang kukenal adalah teman-teman Paris dan ling
Susan memperhatikan Sidney yang masih tertidur dan menyentuh bibir penuhnya yang sedikit terbuka. Ternyata pria seperti Sidney juga bisa nampak lucu ketika sedang tertidur dan Susan menyukainya karena jarang-jarang Sidney mau diganggu."Apa yang kau lakukan!" tegur Sidney yang ternyata sudah terbangun."Tidak ada," acuh Susan segera pura-pura mengabaikannya."Kemari kau!""Ao..!" Susan memekik kaget karena Sidney balas memukul bokongnya.Mereka masih sama-sama belum berpakaian sejak selesai bercinta tadi malam dan Tiba-tiba saja Sidney sudah kembali menerjang masuk dan menderanya."Sidney, ingat kau punya janji dengan Notarais pagi ini!"Susan coba mengingatkan tapi Sidney tetap mengabaikanya karena Susan memang bisa sangat cerewet meskipun sedang ia setubuhi. Gilanya Lagi Susan masih sempat meraih ponsel dan membalas pesan."Buang benda itu, Susan!" Sidney langsung membalik tubuh Susan dan merampas ponsel terkutuk itu dari tan
JESSY... Saat pertama kami bertemu dia adalah pemuda yang rupawan, berulang kali dia bertanya bagaimana untuk mendapatkan wanita sepertiku dengan sangat terus terang dan sedikit tidak tahu malu."Masukilah hatinya, maka kau akan mendapatkan segalanya," kataku saat menatap Netra biru gelapnya yang dalam ketika kami duduk di meja bar dan yakin pria tampan itu belum mabuk untuk merayuku. Aku tahu jika Paris Parker adalah pria yang cukup percaya diri untuk mendapatkan apapun keinginannya."Sebutkan apa saja yang bisa kudapatkan, setelah itu? " bisiknya saat mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Love, loyalty, dan keberanian !" Walapun setiap hari aku bekerja di antara para wisatawan asing tapi memang tidak akan pernah kubiarkan diriku terlibat dengan mereka dalam urusan asmara. Namun sepertinya pengecualian utuk seorang Paris Parker, pria yang telah dengan begitu berani berlutut di depanku dan memohon untuk menjadikanku miliknya.
Seorang pengurus rumah menemukan Paris Parker sudah terduduk kaku takbernyawa dengan bekas lobang peluru si pelipis kanannya. Tangan kanana masih memegang pitol dan sebuah ponsel terjatuh di lantai tak jauh dari tempat dududknya. Sebuah buku harian milik Jessy yang juga baru Paris temukan dari dalam laci masih terbuka di atas meja karena sepertinya pria itu juga belum selesai membacanya dan sudah tidak tahan.Pihak kepolisian menghubungi Sidney parker sebagai satu-satunya keluarga Paris. Sidney dan Susan juga langsung terbang ke Bali hari itu juga. Pihak kepolisian meminta Sidney untuk memutuskan bakal di makamkan di mana jenazah saudaranya. Sebenarnya Sidney sendiri juga tidak tahu karena hubungan mereka selama ini memang tidak seperti layaknya keluarga, tapi Susan yang langsung menyela dan minta agar Paris dimakamkan di samping saudarinya. Pihak kepolisian juga memberikan buku harian Jessy kepada Susan dan memberi tahu Sidney jika akan ada notarais dari Paris Parker yang ak
"Oh, Sayang apa yang kau pikirkan?" tanya Sidney pada wanita yang sedang berbaring di bawah naungan tubuhnya tapi entah pikiranya sedang melayang berada di mana."Tidak ada," bohong Susan sambil menggeleng saat Sidney menyentuh bibirnya dengan ibu jari."Aku bisa sangat cemburu jika kau memikirkan pria lain," sarkas Sidney yang sebenarnya juga tahu jika Susan sedang memikirkan Parish yang baru saja menelponya.Sidney merunduk untuk mencium Susan dan tetap bersikeras menahan wanita itu dalam ciumanya meskipun Susan agak enggan untuk menaggapinya."Sungguh aku mencemaskan Parish." Akhirnya Susan terus terang ketika tiba-tiba mendorong Sidney untuk berhenti sejenak."Sudah kubilang jangan memikirkan pria lain, apa lagi brengsek itu!" Sidney terdengar marah."Aku serius, sungguh perasaanku sedang tidak enak." Susan beringsut dari naungan tubuh Sidney dan kembali merapikan gaun tidurnya."Kau mau ke mana?"Sidney melihat Susan berja
Kenapa rasanya ini semakin sulit kujalani. Dulu kupikir cintaku akan cukup meredamnya, dulu aku pikir tubuhku akan kuat menanggungnya. Tapi tiap kali tangan-tangannya kembali merenggutku tanpa kebajikan, dia tetaplah wujud yang hanya peduli dengan kemauannya sendiri. Dia bukan orang yang dulu kukenal juga bukan orang yang akan peduli. Seperti membuka lembar buram yang tidak ingin kubaca atau kutulis. Karena di sini aku sudah tahu, mungkin aku hanya akan hancur sendiri atau hancur bersamanya. Tumpukan dosa yang dia tawarkan sudah seperti racun yang tidak akan bisa berhenti kuhirup, mungkin hingga kelak benar-benar habis nafasku. Jika dia mencintaiku, seharusnya dia tidak memperlakukanku seperti ini. Tubuhku masih sakit, menggigil di atas lantai dingin tempat terakhir aku dihempas oleh tinju dari kepalan tangan yang sama dari lengan yang kali ini juga sedang memelukku. Dengan nafas berge
Susan benar-benar tidak menyangka jika sebuah pesta sudah di siapkan sedemikian rupa untuk menyambut kedatangan mereka, dan Susan langsung tahu jika semua itu adalah perbuatan Sidney. Yang paling megejutkan bagi Susan ternyata tidak hanya ada ayah dan ibunya tapi ayah dan ibu Jessy juga ada di sana menyambut mereka. Tentu Susan sangat terharu menyaksikan orang tuanya berkumpul seperti itu dan terlihat sudah cukup akrab. Susan yang kemarin sempat merasa seperti orang asing tiba-tiba merasa seperti menjadi anak paling beruntung di muka bumi ini karena bisa berada di tengah-tengah semua keluarga yang mencintainya. Susan masih tidak tahu bagaimana Sidney bisa berbuat seperti ini dan tidak memberitahunya apa-apa. Semua itu memang perbuatan Sidney. Bahkan dia sendiri yang menjemput orang tua kandung susan dari Bali. Itulah kenapa kemarin Sidney sampai harus pulang menjelang pagi dan mendapati susan yang
Karena teleponya tidak pernah di angkat, akhirnya Paris nekat untuk menemui Susan meskipun dengan resiko bakal bertemu juga dengan Sidney, dan mungkin mereka akhirnya akan kembali bertikai. Paris benar-benar menghawatirkan Susan karena dia tahu pasti Susan masih syok setelah semua kejadian kemarin. Paris hanya ingin sekedar memastikan jika Susan baik-baik saja. Saat Paris datang ternyata Sidney sedang tidak ada di rumah, tapi Susan tidak memberi tahu Paris jika sebenarnya mereka berdua sedang bertengkar. Bahkan Susan tetap berpura-pura jika hubungan mereka sedang baik-baik saja. Susan yakin jika Sidney tidak akan suka jika dirinya masih menemui Parish, tapi sepertinya Susan juga mulai tidak perduli. Toh Sidney akan tetap marah. Susan tidak mengerti kenapa sekarang rasanya justru Sidney yang jadi sangat membenci Paris. Walaupun menurut Sidney, Paris jahat dan gila, tapi sepertinya