Sebenarnya Naomi semacam anak yang depresi karena selama ini selalu di nomor duakan dari saudarinya. Dia ingin membuktikan ke seluruh dunia jika dirinya juga bisa jadi yang pertama.
Setelah puluhan tahun para ilmuan mengalami kegagalan, akhirnya kali ini teori Naomi yang nyata berhasil. Naomi telah berhasil melakukan transfusi gen pada individu dewasa. Dia sudah lama mempelajari genetika nomor 4 untuk mempelajari celah kelemahannya. Kali ini dia juga sedang mendalami gen turunannya yang masih berkembang dan belum stabil. Dia masih memerlukan sampel Tiva secara berkala untuk dapat mengukuhkan klaim keberhasilannya.
Salah satu misi Naomi sekarang adalah mendapatkan benih alami dari gen jantan. Karena percuma bila dirinya hanya memiliki teori tanpa mempunyai alat bukti dan hasil uji coba. Dunia hanya akan menertawakannya. Sudah cukup
"Ikutlah denganku."Nathan langsung membawa Tiva tanpa memberi tahu bakal dia bawa kemana, ia segera melajukan kembali mobilnya ke arah pusat kota Tokyo. Tangan Nathan sudah mulai bergetar ketika mencengkram kemudi, perasannya mulai tidak enak dan agak gelisah dengan keringat dingin mulai merembas dari pori-pori di telapak tangan dan tengkuknya. Dia hanya berharap untuk segera sampai di hotel sebelum kelenjar otaknya meledak.Berbanding terbalik dengan Tiva, isi kepalanya sedang sangat ringan karena akhirnya dia bisa kabur sejenak dari Eric setelah berhasil membuat pria itu mimisan.Tiva luar biasa bahagia ketika mengetahui bang Nathan membawanya ke hotel tempat mereka menginap dulu dan memesan kamar yang sama. Kamar tempat mereka pertama kali menghabiskan malam pertama sebagai suami i
Rio sangat terkejut ketika mendapati Tiva sedang duduk di ruang kerjanya."Tiva!"Gadis itu hanya tersenyum hangat sambil mengangguk pelan. Benar-benar Tiva dan Rio yakin tidak sedang berkhayal.Setelah satu bulan menghilang tiba-tiba gadis itu muncul kembali dengan utuh tanpa celah. Tiva sudah berdiri berjalan menghampiri Rio dan memeluknya dengan erat. Walaupun Tiva sedang memeluknya tapi kenapa perasaan Rio justru tidak enak."Tiva bagaimana kau dapat ke mari?"Rio masih terkejut karena ruang kerjanya ada di lantai empat dan dia tidak melihat siapapun masuk ke dalam ruangannya."Itu tidak penting, aku hanya ingin bertemu denganmu."Tiva menggenggam tangan Rio. "Maafkan aku.""Kao dari mana saja? apa kau tidak tahu aku mencemaskanmu?" Sepertinya Rio baru sepenuhnya sadar dari syok dan langsung balik memeluk Tiva lebih dulu."Kau menghilang, Tiva. Apa mereka menculikmu lagi?"Tiva menggeleng. "Ada yang ingin kuce
Jane juga baru masuk ke dalam ruangnya ketika tiba-tiba dikejutkan oleh dua tamu tak diundang yang cukup berani tampil mesra di hadapannya."Sudah kuduga kau sama sekali tidak bisa memegang janjimu!" sarkas Jane begitu melihat Nathan membawa Tiva bersamanya."Aku akan menjaganya sendiri dan aku kemari hanya ingin memberitahumu untuk itu." Santai Nathan dengan enteng seolah mereka sama sekali sedang tidak bermasalah."Apa kau pikir dengan begitu aku bisa lepas tangan mengenai kalian?"Nyatanya Jane tetap harus bertanggung jawab jika sampai terjadi sesuatu atau pun jika sampai Nathan berulah lagi. Memang tidak mudah menjadi Jane yang harus mengurusi pemuda keras kepala yang tidak bisa diatur ataupun di takut-takuti."Tiva mengalami mutasi dan dia juga tidak bisa lagi kutinggalkan hidup sendiri." Nathan coba menjelaskan, nampaknya Jane terkejut yang artinya Naomi juga tidak pernah menyampaikan perihal ini padanya."Apa maksudmu?" Jane menatap N
Selama ini Naomi memang bekerja untuk organisasi militan. Dia tidak hanya memberikan loyalitas untuk jaminan hidupnya tapi juga karena misinya yang lain. Naomi ingin diakui jika dirinya juga layak diperhitungkan dia lelah di sepelekan dan dianggap remeh. Karena kali ini teorinya yang telah berhasil, maka sekarang dia pun semakin percaya diri untuk mengklaim jika Tiva adalah hasil keberhasilan kreasinya.Selain itu dia juga masih berambisi untuk mendapatkan benih alami dari nomor empat. Itulah kenapa kemari Naomi sengaja bertanya kepada Tiva apa mereka sudah berhubungan badan. Karena setelah kegagalannya kemarin sepertinya Naomi juga makin yakin bila memang hanya Tiva yang bisa mendapatkannya. Naomi sadar jika memang hanya Tiva kuncinya sekarang, kunci untuk bisa diakui dunia dan kunci untuk bisa mendapatkan sel jantan dari nomor empat. Kedengarannya keji tapi untuk sebuah langkah besar segala sesuatu bisa diabaikan. Tentu Naomi juga
"Jadi benar kau menyuruhku untuk mendaki?" tanya Tiva begitu mereka sudah berdiri di depan tebing batu coklat setinggi lebih dari delapan puluh kaki."Coba dulu aku yakin kau akan menyukai hadiahnya.""Hadiah?" kutip Tiva agak curiga dengan yang bang Nathan sebut 'hadiah'."Semua pendaki akan mendapat hadiah setelah sampai di puncak."Tiva masih terlihat bingung karena dia memangbelum pernah memiliki pengalaman untuk mendaki."Tapi, apa tidak ada tali?"Seingat Tiva memanjat juga harus memakai tali temali dan banyak alat perlindungan diri seperti yang dulu sering Tiva lihat ketika bang Alif dan teman-temannya akan bepergian.
"Minggirlah, Bang. Jangan kotori tanganmu dengan memukul wanita pengecut."Tiva melangkah maju mendekati Naomi yang sudah tidak bisa kabur, karena bang Nathan lebih cepat melacak keberadaannya."Kau membunuh putraku!""Ingat aku juga yang menghidupkanmu, karena aku kau bisa seperti ini.""Jangan bermimpi! kau hanya kebetulan masih hidup karena aku belum memecahkan tengkorakmu!"Tiva benar-benar murka begitu membaca pesan dari Jane, jika ternyata Naomi yang saat itu membocorkan keberadaan mereka.Tiva terus melangkah maju mendekati Naomi yang beringsut mundur dengan wajah pucat dan berkeringat dingin. Naomi sudah bersiap untuk kabur tapi ternyata Tiva dan Nathan sudah datang lebih dulu."Apa maumu?" gugup Naomi yang sudah tidak bisa mundur karena terhantuk meja.Tangan Tiva sudah mengepal. "Mungkin akan kupotong dulu jarimu satu-persatu sebelum kukeluarkan isi kepala licikmu!""Potong saja lidahku jika gadis sepertimu ber
3 TAHUN KEMUDIAN. Tiga tahun berlalu Nathan masih berdiri sendiri di puncak tebing tertinggi menyaksikan bumi yang nampak terbentang luas di hadapannya tapi dirinya tetap hanya seorang diri. Melewat siang dan malam sendirian bukan sesuatu yang sedang mudah untuk dijalani, kadang dia juga lelah dan bosan. Nathan sudah terlalu rindu dan masih tidak tahu di mana ujung penantiannya akan berujung, karena setelah tiga tahun berlalu nyatanya tetap tidak ada yang berubah sama sekali. Gadisnya belum juga kembali, tidak ada tangan yang bisa dia genggam, dan tidak ada tubuh yang bisa ia peluk. Rindu dan kesepian bisa jadi lebih menyakitkan dari ujung pisau yang menikam jantung. Jika teringat dengan semua janji dan rencana mereka, rasanya Nathan juga tidak akan bakal sanggup untuk sedetik saja membayangkan senyum Tiva tanpa segera diterjang rasa bersalah dan dosa. Nathan mendapati rintik hujan yang jatuh di telapak tangannya ketika gumpalan awan gelap mulai merangkak mem
Sampai kapanpun Nathan memang tidak akan bisa melepas tangung jawab terhadap adik-adiknya. Karena melihat Erica seperti ini saja rasanya dia sudah tidak tahan untuk bisa kembali memeluknya dan memberitahunya jika ia baik-baik saja. Erica sudah sangat menderita karena terus jadi bahan pembicaraan sejak pernikahannya yang gagal dan sekarang kembali disepelekan karena pria pilihan hidupnya. Dan saat gadis seperti Erica dianggap remeh rasanya Nathan yang paling tidak terima.Erica adalah wanita yang tangguh dan cerdas pasti dia juga punya alasan ketika memilih siapa yang layak untuknya. Dan Nathan juga bisa menilai seperti apa pria yang tulus mencintai adik perempuannya dengan tanggung jawab, bukan hanya karena sekedar cinta atau harta. Sebagai seorang kakak laki-laki Nathan memang tidak akan pernah bisa mengabaikan tanggung jawabnya apalagi terhadap kedua adik perempuan. Selain itu ay