“Assalamualaikum.” Nuri tak menanggapi candaan Adit dan segera menutup telponnya.Nuri terkejut ketika menyadari pintu kamarnya masih terbuka lebar, rupanya dia lupa menutupnya ketika masuk tadi karena penasaran ingin segera melihat ponselnya. Nuri melongok sekilas ke ruang tengah dan melihat disana sudah ada Andri menemani Aldy.‘Ah, apakah dia mendengar percakapanku dengan Adit tadi?’ Nuri menyadari suaranya ketika menelpon Adit tadi sedikit nyaring. Jika Andri sudah berada disana sejak tadi, bisa dipastikan lelaki itu bisa mencuri dengar pembicaraannya di telpon tadi. Nuri menghela nafas kasar dan menutup pelan pintu kamarnya."Mas janjian joging dengan Adit pagi ini?" Nuri memberanikan diri bertanya ketika Andri berpamitan pulang."Nggak, Dik. Hanya kebetulan saja," sahut Andri."Kebetulan? Rumah Adit jauh dari sini, Mas. Bagaimana mungkin hanya kebetulan joging di sekitar sini.""Aku nggak tau, Dik. Dia bahkan sudah ada didepan pagar ketika aku dan Aldy keluar hendak jogging tadi
“Ah aku suka wanita tegas sepertimu, Ri.”“Jangan mengalihkan pembicaraan, Dit!”Adit terkekeh pelan kemudian menghela nafasnya.Dia menatap dalam mata Nuri seolah mencari sesuatu di kedalaman mata wanita itu.Adit kembali menghela napasnya.“Beberapa hari di Jerman kemarin membuatku memikirkan semua yang telah terjadi dalam kehidupanku, dalam kehidupan kita. Bertemu kembali denganmu setelah belasan tahun adalah suatu anugerah tak terkira bagiku. Aku merasa berada di awan – awan ketika kembali bisa melihatmu, mendengar suaramu, bertemu dengan sosok yang kurindukan selama ini, sosok yang selalu diam dalam sudut hatiku dan tak pernah beranjak dari sana. Aku merasa semesta berpihak kepadaku saat mengetahui bahwa kamu sudah tidak memiliki pasangan saat akau menemukanmu, menemukan berlianku.” Adit menghentikan kalimatnya dan masih menatap dalam mata Nuri.Nuri diam menunggu Adit melanjutkan kalimatnya. Nuri membalas menatap mata Adit, mata yang selalu menatapnya dengan penuh kelembutan.“Se
“Tadi pagi saat aku joging dengan Andri dan Aldy, aku makin merasa sangat kecil dihadapannya. Sama sepertimu, aku melihat seluruh hati lelaki itu hanya terisi namamu. Tapi dia dengan berbesar hati mendoakanku, mendoakan hubungan kita yang nyata – nyata menyakitkan baginya. Bagi lelaki itu, kebahagiaanmu adalah yang utama. Itu yang mebuatku merasa kalah dihadapannya, aku masih sangat dikuasai ego dan nafsuku. Ego dan nafsu untuk memilikimu. Dan yang lebih membuatku salut adalah Aldy putramu, lelaki remaja itu terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya. Aku tau dimata putramu dia sangat mendambakan kedua orang tuanya kembali bersama, terlebih Andri terlihat sangat dekat dengannya. Namun dengan berbesar hati Aldy berusaha menerimaku, menerima orang asing yang hanya menjanjikan kebahagian bagi ibunya tanpa tau apakah dia betul – betul mampu mewujudkannya.”Air mata Nuri berderai ketika mendengar nama Aldy, Nuri terisak perlahan. Semua tentang anak – anaknya selalu sensitif bagi Nuri. Wanita
Nuri termenung sendirian di dalam kamarnya memikirkan semua yang dikatakan Adit padanya. Danis Raditya, pria berhati lembut yang selalu berusaha membuatnya tersenyum. Dan memang benar Nuri selama ini selalu tersenyum jika ada Adit, pria itu punya sejuta cara untuk berusaha membuatnya bahagia. Namun benar apa yang dikatakan Adit tadi, Nuri tak mendapati Adit di dalam hatinya. Tidak ada perasaan apapun yang dirasakannya saat bersama Adit. Tidak ada getaran halus layaknya wanita yang sedang bertemu dengan kekasihnya. Hatinya kaku, membeku di hadapan lelaki dengan tatapan lembut itu. Ya Allah, bagaimana aku harus menghadapi ini? Kepada siapa aku harus bertanya? Mengapa belum kutemukan jawabannya dalam sujud – sujud malamku? Mengapa masih saja bayangan Andri yang hadir di pelupuk mataku? Bagaimana aku harus menghilangkannya? Bagaimana dengan anak – anakku? Bagaimana dengan bayi Bilqis yang dititipkan Rini padaku sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya? Beberapa hari berlalu setelah A
Adit dan keluarga besarnya? Selalu ada rasa tidak percaya diri ketika Nuri memikirkan lebih dalam tentang mereka. Nuri wanita yang mempunyai kekurangan, dia bahkan sudah mengatakan hal itu pada Adit dan Bu Safa. Meskipun Adit dan Bu Safa sudah menjelaskan padanya bahwa mereka tidak mempermasalahkannya, namun Nuri selalu merasa ragu. Kecintaan Bu Safa pada anak-anak termasuk pada Aldy dan Nanda, membuat Nuri berfikir bahwa sesunggunya wanita paruh baya itu sangat mendambakan cucu dari garis keturunannya sendiri. Hal yang mustahil didapatkannya jika Adit menikahi Nuri. Hal yang menjadi kekurangan Nuri setelah dokter memvonisnya sudah tidak bisa hamil lagi setelah melahirkan Nanda. Lalu Andri? Sampai kapanpun hubungannya dengan lelaki bermata elang itu tidak akan pernah benar-benar berakhir. Ada anak-anak titipan Allah di antara mereka. Ada kewajiban untuk menuntun kedua putra-putri mereka dalam menapaki kehidupan. Ada tanggungjawab besar yang bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat
Aku luruh, larut dalam keheningan yang dirasakannya. Aku larut dalam tetesan air mata yang tak pernah diperlihatkannya di depan siapapun. Aku tau hatinya menangis, aku tau hatinya berdarah, namun wanita itu selalu berusaha menyembunyikannya. Ingin rasanya kumaki pria yang telah membuatnya seperti ini. Aku cemburu setiap kali mendengar namanya, aku cemburu setiap kali melihat di mata Nuri hanya ada bayangannya, tapi aku tak kuasa menepis kehadiran pria itu.Namun kini, aku malah membuat keputusan berani dengan memberinya waktu untuk berpikir kembali. Padahal, di dalam hati kecilku aku sangat takut dia berubah pikiran dan kembali pada pria yang kuyakini telah mengisi penuh relung hatinya.Namun aku harus berani mengambil keputusan ini, aku bukan hanya ingin memiliki raganya tapi juga hatinya. Aku harus berani menerima apapun jawabannya nantinya. Aku tak munafik, aku sangat menginginkannya. Namun aku tak yakin sanggup menjalani hidup dengannya jika hatinya masih milik orang lain.Beberap
POV Andri FirmansyahPagi ini adalah pagi yang sangat ingin kuhindari, pagi yang sangat ingin kuhapus dari kehidupanku. Ingin rasanya aku terjaga dari tidur dan merasakan bahwa aku hanya sedang bermimpi buruk. Ya, pagi ini aku harus bersiap – siap untuk menghadiri pernikahan Nuri, wanita yang sejak aku mengenalnya selalu mengisi penuh ruang hatiku. Wanita yang dulu jiwa dan raganya kumiliki dengan seutuhnya. Wanita yang memberikan belasan tahun terindah dalam kehidupanku. Wanita yang akhirnya kukhianati dengan menikahi wanita lain. Hatiku berdarah –darah membayangkan bahwa pagi wanita itu akan resmi dan sah menjadi milik lelaki lain. Dan kini, aku harus mengubur semua harapan yang sempat hadir didalam hatiku. Aku harus mengubur dalam – dalam perasaanku padanya meskipun aku tak yakin bisa melakukannya. Ada rasa sakit yang aku sendiri tak yakin bisa tersembuhkan. Hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkannya. Biarlah waktu yang mengobatinya. Ada rasa sesal kenapa be
Andri membuka lemari pakaiannya dan memilih kemeja berwarna kuning pucat yang merupakan kemeja favoritnya. Kemeja itu menjadi hadiah ulang tahun terakhir yang dihadiahkan Nuri padanya sebelum akhirnya takdir memisahkan mereka. Bu Aisyah, Aldy dan beberapa kerabat Nuri menyambut kehadiran Bu Susi dan Andri ketika mereka ibu dan anak itu tiba di sana. Bu Aisyah tampak ramah seperti biasanya mengajak Bu Susi mengobrol membicarakan beberapa hal. Sementara perhatian beberapa orang yang ada disana terpusat pada Andri ketika pria itu datang. Nuri hanya mengundang beberapa keluarga dekatnya, dan mereka semua yang ada disana mengetahui siapa Andri. Aldy yang menyambut kedatangan papanya mengajak Andri masuk kedalam rumah dan memilih menemani papanya itu duduk di pojok ruangan. Beberapa orang terlihat hilir mudik mempersiapkan keperluan acara. Rizal menghampiri Andri ketika melihat lelaki itu duduk di pojok ruangan ditemani Aldy. Rizal dan Andri terlibat perbincangan ringan beberapa saat sebe