Kamar yang sangat berantakan. Apa yang William lakukan kemarin? Mengajak Chelsie jalan-jalan atau bermain di kamar?
Kutarik selimutnya. "Bangun, Will!" Sambil kugoyangkan tubuhnya berkali-kali. "William Thunder, ini sudah menjelang siang!"
Akhirnya dia bergerak sambil melihatku, tapi kenapa menutup mata lagi?!
"William, ayolah," pintaku mulai malas membangunkannya.
"Sudahlah, Chelsie. Aku lelah. Aku ingin istirahat sekarang. Tubuhku sakit karena kamu."
Dia ... masih melindur? Sungguh, pikiranku mulai ke mana-mana sekarang.
Kututup hidung dan mulutnya supaya tidak bernapas. Dengan begini, dia pasti akan cepat bangun.
"Chelsie! Aku bilang cu ... kup- Eh, sayang." Senyuman manisnya muncul.
Kulipat kedua tangan di depan dada, sambil menunjukkan tatapan tajam. "Apa saja yang kamu lakukan kemarin malam? Sampai tubuhmu lelah dan sakit. Seru? Asik?"
Sebenarnya, toko cermin sedang tutup dihari itu. Opsir Justin berusaha menghubungi pemilik toko tersebut. Akhirnya, kami mendapat ijin, tapi hanya di malam hari.Ibu dan Vinny berada di rumah, sudah kusuruh untuk jauhi cermin sementara. Begitu juga keluarga Ashley.Aku turun dari motor William, lalu mengeluarkan tongkat baseball dan linggis."Untuk apa itu semua?" tanya pria tua pemilik toko cermin. "Bukankah kalian datang karena ingin melihat-lihat cerminku?""Memang," jawab William. "Tidak hanya itu saja, ada lagi yang akan kami lakukan."Opsir Justin yang sedari tadi bersama pria tua itu menepuk-nepuk pundak pria di sebelahnya. "Tenang, Pak. Ada kasus di mana dua orang meninggal karena cermin. Jadi, mereka akan mengakhiri semua.""Menyelesaikan dengan menghancurkan semua cerminku?!""Tidak semua, Pak. Hanya beberapa saja." William menjawab lagi. "Akhi
Pemandangan di pagi hari yang sangat memalukan. Melihat lelaki yang berusaha menenangkan dua anjing liar.Tadi William pulang sebentar untuk mandi, lalu mengganti rugi atas cermin yang kami rusak, setelah itu datang kembali dengan membawa obat demam. Tapi, dia berakhir dengan dua anjing liar yang siap menggigitnya.Entahlah, sepertinya dia telah mengganggu dua anjing itu, atau mungkin dua anjing tersebut merasa terganggu oleh kedatangannya."Tenang, kawan. Ayolah, aku tidak akan menggigit kalian. Santai. Duduk." Seketika dia menjadi pawang anjing."Aku bilang duduk!"Mereka tidak mengerti dengan perintahmu, pawang anjing gadungan."Zoe!" Akhirnya, dia memilih untuk dikejar dua anjing liar.Butuh hampir satu jam lebih menunggunya kembali. Astaga ... Terkadang aku menyesal bertemu dengannya, tapi tetap saja aku suka dengan kebodohannya."Hey, Zoe! K
Sedari tadi aku sibuk melihat buku menu, sedangkan William sibuk dengan ponselnya.Apa dia sedang balas dendam padaku?"Dengar, kita harus menyelesaikan semuanya dengan cepat. Di sini ada banyak jenis penggemar fanatik. Dia ingin sekali disahuti oleh idola, walaupun dengan cara buruk sekali pun."Kupikir dia sedang balas dendam dengan memberi pesan pada perempuan lain. Berhenti berpikir buruk."Seperti apa?" Aku belum pernah melihat penggemar yang seperti itu."Ada yang memasuki rumah idola diam-diam, memberi sesuatu pada makanan atau minuman, memberi barang yang sangat jorok," jawab William sambil membaca diinternet."Contoh?" tanyaku penasaran."Di sini tertulis ... Seperti pembalut yang berisikan darah haid milik penggemar, minuman yang diberi lem, memasuki lemari idola diam-diam. Astaga, sungguh menjijikan."Selera makanku jadi hilang seketika
Pagi ini, Charlotte sudah berdiri di depan kami bertiga. Dia tiba-tiba menelpon, jadi kuberikan alamat rumah ibuku. Mungkin dia meminta nomorku dari Danny, atau mengambil nomorku langsung dari ponsel Danny yang tertinggal."Mau sampai kapan ini terjadi?! Apa kalian sengaja memperlambat, supaya bisa dekat dengan Danny?!""Oh, ayolah. Memikirkan rencana itu tidak mudah. Belum lagi, Cassandra ini memiliki orang dalam. Namanya Daniel," balas William yang terduduk di sisi sofa."Daniel?" Tiba-tiba Danny menoleh pada William. "Maksudmu ... Daniel Wellingstone?""Opsir Justin masih menyelidiki siapa Daniel. Jadi, kita belum tahu Daniel ini siapa," balas William lagi.Kujentikkan jari, membuat orang-orang di sekitar menoleh. "Aku punya ide.""Katakan." Charlotte dengan tegasnya menyuruh, sambil mendudukkan diri."Kita biarkan Danny berjalan di malam hari-"
Air dingin ini menenangkan. Pikiranku yang runyam, seketika hilang begitu saja. Mandi di tengah malam ternyata asik juga. Kutambahkan banyak sabun cair supaya bisa mandi busa.Ketika menuangkan sabun cair, ada sesuatu yang muncul dari belakang, berwarna hitam seperti rambut.Ini tidak masuk akal. Rambutku berwarna cokelat, dan juga dijepit ke atas. Bagaimana bisa ada rambut hitam yang muncul di bathub? Apa muncul dari punggungku?Kuraba punggung yang ternyata memang tidak ada apa-apa.Akan kulihat melalui cermin- Ah! Rambut-rambut ini mengikat kakiku!"Lepas!" Rambut-rambut ini semakin mengencangkan ikatan. Bahkan, rambut yang sedang kulepas sekarang malah berpindah ke tangan.Seperti benang layangan yang mudah membuat luka, rambut ini juga. Kaki dan tanganku sekarang sudah mengeluarkan darah, sehingga air di bathub berub
"Vin, tolong turunkan baju belakangku. Tanganku tidak sampai." Aku meminta tolong karena selain tanganku tidak sampai, jahitan dipunggung masih sedikit nyeri."Masih sakit, Kak?" tanyanya sambil meraba jahitan dipunggungku."Jangan sentuh tepat di situ," larangku sambil menahan nyeri. "Jika disentuh, ketika aku membungkuk, atau tiduran di tempat yang keras, rasanya nyeri. Kata dokter, rasa nyeri akan hilang sekitar satu minggu."Vinny mengangguk mengerti. "Untung Kakak bukan akrobat, yang suka salto dan kayang," ejeknya dengan tawa keras.Aku ikut tertawa ketika ada notifikasi pesan masuk."Aku tidak bisa menemanimu ke TKP. Ada urusan keluarga. Ayah memintaku untuk tidak pergi ke mana-mana hari ini."Tawaku berubah menjadi cemberut. Aku juga tidak bisa memaksa, apalagi tentang keluarganya. Ya sudah, satu-satunya orang yang bisa menemani adalah orang yang ada di depanku sekarang.
Melelahkan sekali hari ini. Besok masih ada satu hari lagi sebelum hari ulang tahun. Aku ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, supaya tidak menjadi beban nantinya.Aku baru saja pulang dari rumah Opsir Justin. Sudah kuceritakan semua apa yang kulakukan bersama Vinny. Dan juga rambut hantu itu, juga sudah kuberikan.Untung saja dia sudah membaik. Kalau masih dalam keadaan sakit, aku yang dimarahi oleh istrinya.Oh ya, ngomong-ngomong ... William apa kabar, ya? Terakhir dia hanya mengabari kalau tidak bisa ikut ke TKP. Apa urusan keluarganya masih lama?Aku tidak enak mengganggunya. Telpon? Beri pesan?Hey, Will. Apa urusan keluargamu sudah selesai? Tidak, terlihat sekali aku sedang kesepian.Kamu sedang apa? Tidak, terlalu formal.Harus dengan kalimat apa aku mulai? Ah, sudahlah. Aku berendam saja dulu. Membersihkan diri setelah bertemu dengan hantu rambut hi
Entah kenapa, aku ingin sekali bangun di subuh hari. Anginnya dingin sejuk, bukan hawa dingin. Kubuka jendela untuk melihat pemandangan yang sudah sering kulihat."Kak, tutup jendelanya. Dingin tahu." Vinny menarik selimut sampai menutupi kepala. Pakai AC saja bisa, masa kena udara saja tidak.Aku biasanya tidak terlalu memikirkan hadiah ulang tahun karena ... jarang sekali dirayakan. Cukup bermodalkan ucapan saja sudah senang. Masih ada orang yang ingat dengan kelahiranku.Karena sekarang William yang mengurus semua, aku jadi penasaran sekali. Tempat sudah dia pilih, dekorasi katanya dia juga, ibu, orang tua William, dan para sahabat. Belum lagi kado ulang tahun. Sangat penasaran.Terlalu lama penasaran malah jadi halu. Mandi sajalah."Anak Ibu sudah rapi saja. Mau ke mana?" Tiba-tiba ibu mengecup pipiku dari belakang, sebelum bertanya. "Selamat ulang tahun, sayang.""