Sudah seminggu berlalu semenjak kejadian kemarin.
Dan sampai sekarang Benji masih belum mau bicara dengan Mentari, Benji terus mendiami Mentari.
Sudah berbagai cara Mentari lakukan, namun Benji masih belum memaafkan nya juga.
Mentari melirik ke arah Benji, Benji hanya diam dan fokus menyetir.
Hari ini adalah hari pernikahan Mila dan Dito. Untungnya Benji mau pergi dengan nya.
Tak lama Mobil mereka pun berhenti tepat di depan gedung pernikahan Mila.
Benji segera turun dan di susul oleh Mentari.
Mereka langsung masuk ke dalam. Sudah banyak tamu yang hadir.
Mentari juga melihat beberapa teman sekolahnya dulu.
Mentari dan Benji duduk di salah satu meja.
Mentari melihat ke arah pelaminan, Mila terlihat sangat cantik, Mila sibuk menyalami para tamu.
"Aku mau ambil makanan dulu ya kak.." pam
Mentari berkali-kali menoleh ke pintu ruang kerja Benji. Berharap Benji segera keluar dari sana.Semenjak pulang dari pernikahan Mila tadi, Benji langsung masuk ke ruang kerjanya, dan sampai sekarang belum keluar juga.Mentari lebih baik Benji marah-marah daripada terus diam seperti ini. Membuat dia jadi bingung harus berbuat apa.Mentari kembali masuk ke dalam kamarnya, dia melihat jam sudah jam dua belas malam ternyata.Mentari membaringkan tubuhnya di ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya."Apa aku samperin aja ya..." Ujar Mentari.Sungguh dia tidak bisa tidur kalau begini. Kenapa masalahnya dan Benji jadi berlarut-larut begini sih.Mentari membulatkan tekatnya, dia segera beranjak dari kasur. Lalu berjalan keluar kamar menuju ruang kerja Benji.Mereka harus selesai kan masalah mereka sekarang juga.Ceklek
"kak.. ayo sarapan.." ajak Mentari."Duluan aja, nanti gue nyusul..." Ucap Benji, masih sibuk dengan handphone nya.Mentari mengangguk dia pergi ke bawah duluan."Ibu..." Panggil Mentari. Saat melihat ibunya sudah ada di ruang makan."Sayang ayo makan, Benji mana?" Tanya Mira."Masih di atas, bentar lagi juga turun.." ujar Mentari dengan duduk.Mentari mulai mengambil makanan di piringnya, dia juga mengisi piring Benji."Ibu semalam pergi kan, ke pernikahan Mila?" Tanya Mentari."Pergi dong, masak nggak..." Jawab Mira."Tapi kok aku nggak lihat ibu di sana.." ujar Mentari lagi.Pasalnya kemarin, Mentari sama sekali tidak melihat ibunya di pernikahan Mila."Ibu datangnya terakhir, pas udah mau selesai..." Ujar Mira.Mentari memang pulang cepat semalam, tidak sampai acara se
Mentari menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dia menangis sejadi-jadinya.Benji berjalan menghampiri Mentari.Dia ikut naik ke atas ranjang.Benji mengelus rambut Mentari dengan sayang."Sini..." Ucap nya dengan menarik Mentari ke dalam pelukannya.Mentari membalas pelukan Benji, dia membenamkan kepalanya di dada Benji."Hiks....hiks..." Mentari terus menangis."Ssstttt...." Ujar Benji menangkan.Benji terus mengusap punggung Mentari."Udah..." Ucap Benji."Ibu nggak sayang sama aku hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji juga bingung mau bicara apa."Dengerin gue dulu..." Ucap Benji menjauhkan wajah Mentari dari dadanya, dan melonggarkan pelukan mereka.Benji mengelap air mata Mentari."Ibu mungkin udah mempertimbangkan semuanya..." Ucap Benji.
Mentari terus menghapus air matanya.Mila mengelus bahu Mentari, mencoba menenangkan Mentari.Mentari menarik napas dalam, lalu menghembuskan nya.Kenapa tangisnya tidak mau berhenti, rasanya sedih sekali.Hari ini, hari pernikahan ibunya. Dia sudah mencoba ikhlas, dan merelakan ibunya menikah lagi.Acara pernikahan ibunya hanya di adakan di rumah saja, tidak ada pesta, hiasan juga tidak ada.Hanya mengadakan ijab kabul saja, dan yang datang juga cuma keluarga dekat.Air mata Mentari semakin deras, saat ijab kabul telah selesai dan ibunya sudah sah menjadi istri orang.Mira melihat ke arah Mentari dengan iba. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat.Mira menyesal telah melukai hati Mentari."Kita masuk ke kamar lo aja..." Ajak Mila.Mentari mengangguk, lebih baik dia masuk kamar dan bisa menangis sepuasnya.Kalau di sini dia merasa tidak enak, sedari tadi semua orang terus memperhati
"ayo cepat makan..." Ucap Benji.Benji menyuapi Mentari dengan sabar.Mentari sampai sakit karena terlalu memikirkan ibunya.Mentari menggelengkan kepalanya dia menolak suapan dari Benji."Jangan buat gue marah ya..." Ujar Benji mulai kesal.Dia sudah berusaha sabar dari tadi, karena Mentari lagi sakit."Di suruh makan aja susah..." Ujar Benji lagi.Mentari hanya diam, dia menundukkan kepalanya tidak berani melihat ke arah Benji.Benji segera beranjak dari duduknya, dia mengambil handphone nya."Dok, bisa tolong ke rumah saya. Istri saya sakit..." Ucap Benji, yang ternyata sedang menelpon dokter keluarganya.Mentari mengangkat wajahnya, dia menggeleng kan kepalanya lagi."Aku nggak mau kak..." Tolaknya tidak mau di periksa dokter, lagian dia cuma demam biasa.Benji menaruh handphone n
Mentari menghembuskan napasnya lelah, dia bosan kalau terus begini.Cuma di rumah, terus nggak boleh ngapa-ngapain.Apalagi sekarang tubuhnya mudah lelah, jalan sedikit saja capek.Kerjaannya cuma guling-guling di kasur, terus makan, mandi, nonton. Begitu saja setiap hari.Benji makin sibuk kerja, Mila juga lagi bulan madu."Aduh... Pengen masakan ibu deh..." Ujar Mentari.Entah mengapa tiba-tiba dia pengen masakan ibunya, tapi kan ibunya lagi jauh."Kak Benji mau nggak yah, nganterin ke rumah ibu..." Ujar Mentari.Dia tidak bisa menahan nya, dia pengen banget masakan ibunya.Pokonya nanti malam dia akan bilang ke Benji, minta antar ke tempat ibunya. Kalau Benji nggak mau dia bisa pergi sendiri naik bus.*****Sudah pukul lima sore, Mentari menunggu Benji pulang. Dia menunggu Benji di tera
Setelah lima jam perjalanan menggunakan mobil. Mentari dan Benji akhirnya tiba di rumah ibunya.Walau mereka sempet muter-muter tadi, untuk mencari rumah ini.Tok...tok...Mentari mengetuk pintu rumah itu.Ceklek.Tak lama pintu pun terbuka, nampak seorang pria mudah yang keluar.Mentari mengerutkan keningnya."Apa ini anak nya om Herman...?" Batin Mentari bertanya."Cari siapa ya?" Tanya pria itu."Ibu ada...?" Tanya Mentari."Mentari..." Teriak seseorang dari dalam.Baru saja Reyhan mau membalas ucapan Mentari."Ibu...." Ujar Mentari senang, dia langsung memeluk ibunya.Sementara Benji menatap pria di depannya ini dengan heran. Karena sedari tadi Reyhan terus memperhatikan nya."Preman ..." Ujar Reyhan, saa
Mentari sudah tidur, semenjak hamil Mentari jadi cepat sekali tidur. Padahal Sekarang baru jam delapan malam.Benji keluar kamar, dia ingin menonton TV saja.Benji lagi enak-enak menonton, Reyhan datang dan langsung mengambil remote dari tangannya."Kaku banget lo, nonton berita. Hidup lo nggak seru.." ujar Reyhan.Dia langsung mengganti salurannya, dengan acara musik.Benji memutar bola matanya malas, kalau tidak ingat dia sedang berada di rumah mertuanya, dan Reyhan itu kakak iparnya.Benji sudah memarahi Reyhan habis-habisan."Jangan uji kesabaran gue..." Ujar Benji memperingati.Reyhan menoleh ke arah Benji, lalu dia tertawa."Wow..., adik ipar gue marah..." Ujarnya sok takut.Dan sangat menyebalkan di mata Benji.Reyhan langsung duduk di sebelah Benji."Kenapa Mentari mau sama lo
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj